107 : Ketika Ajal Datang Menjemput

1.3K 268 24
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Beberapa bulan sebelumnya.

Pagi itu Anna terbangun dari tidurnya, ia melihat Tama yang hari ini akan berangkat KKN. Ia beranjak dan melompat dari meja tempatnya tertidur, ia menghampiri Tama yang sedang mengikat tali sepatu.

"Meow." Anna menyundul-nyundul manja kaki Tama.

"Hei." Setelah Tama mengikat tali sepatunya, ia mengambil Anna dan memeluknya sambil mengusap-usap kepalanya.

"Aku berangkat dulu," ucapnya sambil menghirup aroma kucingnya yang semalam baru saja habis di grooming di ruko sebelah.

"Jangan nakal ya, Anna." Tama memasukan Anna ke dalam mantra, lalu Andis turun dari tangga dengan membawa dua helm. Andis memberikan satu helm pada Tama dan mengenakan helm miliknya, setelah itu ia mengunci pintu mantra dan segera melesat ke Stasiun Tugu.

Seperginya mereka, Anna kembali tertidur. Namun, tiba-tiba instingnya membuatnya terkejut, ia sontak terbangun dengan napas yang ngos-ngosan, ia melihat malaikat maut dalam benaknya.

"Sudah waktunya ya?" gumamnya lirih sambil menatap karpet yang merupakan alasnya tidur.

Anna bukanlah arwah penasaran, ia adalah Jin. Yang di mana, seperti halnya manusia, ia bisa mati. Anna sudah hidup dalam kurun waktu yang panjang, ia memang terlihat muda dengan sosok manusianya, tapi faktanya ia adalah jin tua. Sudah menjadi kodrat tuhan bahwa, setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Ia merubah dirinya menjadi wujud manusia dan merapalkan mantra illusi di sekitar mantra.

Sesampainya Andis setelah mengantar Tama, ia tak melihat keberadaan Anna. Ia berpikir, mungkin Anna mengikuti Tama yang pergi keluar kota, secara semua anggota mantra tahu siapa sosok Anna, kecuali Tama. Yang Tama tahu adalah Anna bersosok kucing itu adalah sosok yang berbeda dengan Anna bersosok manusia. Tak lama setelah Andis masuk ke dalam mantra, ia merasakan kantuk berat datang menggerogoti kantung matanya, ia tiba-tiba saja terjatuh dan tertidur di lantai.

Cring~ 

Seorang wanita berparas cantik masuk ke dalam mantra, ia membangunkan Andis dari tidurnya. Andis menatap wanita berambut pendek seperti Aqilla dan mengenakan kacamata itu. Ia mengenakan outfit bernuansa hitam.

"Maaf, kami belum buka," ucapnya pada wanita itu.

"Saya cuma mau menyampaikan pesan aja kok, Mas," ucap wanita itu menghampiri Andis dan menyentuh pundak Andis, sontak membuat Andis merinding disko. Wanita itu mendekatkan bibirnya pada telinga Andis.

"Selamat tinggal ...," bisiknya pada Andis yang hanya diam seribu bahasa. Tatapannya kosong, ia seperti tak sadarkan diri.

Wanita itu menyentuh kening Andis dengan jempolnya, ia masuk ke dalam pikiran Andis. Seketika itu panas menyelimuti tubuh wanita itu, hawa di dalam pikiran Andis membuatnya ke panasan.

"Sedang apa kau, Isabella?" ucap Geni yang sedang duduk, ia tinggal di dalam tubuh Andis.

"Segor Geni?" tatap Anna heran.

"Sudah waktunya, ajalku tiba ...," ucap Anna.

"Jadi?" tanya Geni.

"Aku hanya tak ingin mereka menangisiku, jadi aku ingin menghapus semua ingatan mereka tentangku ...,"

"Hahahaha apa kau yakin?" Geni beranjak dari duduknya dan mempersilahkan Anna untuk mengambil segelintir memori Andis tentang dirinya.

"Kau pernah melakukan ini pada peti hitam dan berhasil lolos, tapi apa kau ingat? Kemampuan mu untuk menghapus ingatan mereka itu tak berlangsung selamanya," ucap Geni.

"Tak masalah ...," ucap Anna yang sudah mengambil bola-bola kenangan tentang dirinya di dalam pikiran Andis.

Anna keluar dari pikiran Andis, tetapi Andis belum juga tersadar. Anna berjalan dan menyentuh dinding-dinding dan kaca mantra coffee. Memang singkat kenangan yang ia rasakan di sana namun, siapa sangka jika kenganan singkat itu merupakan kenangan terindah yang ia punya. Selama hidup di jalan, ia tak pernah dihargai. Selama menjadi peliharaan Mikail, ia hanya menjadi alat.

Anna mulai meneteskan air mata, ia memunguti makanan dan tempat makanan miliknya, ia juga mengangkat karpet yang merupakan tempat tidurnya, serta tempat pasir miliknya. Anna membawa benda-benda itu semua keluar mantra.

Begitu Anna keluar, Andis tersadar kembali. Ia meneteskan air mata.

"Lah? Ngapa ini?" ucap Andis sambil menghapus air matanya.

"Masa iya sedih gara-gara ditinggal KKN? Ah telpon Uchul, ah."

Anna mengubur semua benda-benda yang ia ambil itu di halaman mantra. Ia menghilang dari mantra dan mengawasi di suatu tempat, tak jarang ia mengunjungi mantra sebagai pelanggan. Dan Andis selalu menggodanya, ia hanya tertawa dengan semua guyonan Andis.

Hingga tiba saatnya Dirga, Ajay dan Tama kembali dari KKN. Anna melakukan hal serupa pada Dirga, Ajay dan Tama. Tak ada lagi Anna, tak ada lagi kucing hitam yang biasa tertidur di atas meja atau di karpet yang berada di pojok ruangan mantra. Wanita kucing itu bersembunyi dalam dimensi dunianya dan mengawasi mantra sambil menunggu ajalnya datang, terutama Tama, ia selalu mengawasi majikan kesayangannya sepanjang hari.

Jujur saja, Tama bisa secepat itu dalam menyelesaikan skripsinya, bukan tanpa alasan. Anna menggunakan illusi untuk membuat dosen pembimbing Tama selalu memberikan acc pada bimbingannya. Ia juga ikut andil dalam sidang skripsi Tama, tentu saja berkat illusi yang menipu dosen pengujinya, Tama bisa keluar tanpa ada hambatan di dalam ruang pembantaian itu.

Namun, semua tak berjalan sesuai dengan rencana milik Anna. Tama tiba-tiba mengingat sosok kucing hitam kesayangannya itu. Tentu saja ia bertanya pada Andis, Dirga dan Ajay tentang keberadaan kucing peliharaannya, tetapi Tama tak mendapatkan jawaban yang ia butuhkan, justru jawaban teman-temannya hanya membuatnya bingung.

Anna hanya mengkhawatirkan jika tiba-tiba mereka semua jadi mengingatnya kembali dan semuanya jadi sia-sia, ia terpaksa harus turun tangan. Anna menjelma menjadi sosok manusianya. Tama tak mengingat dirinya, pria itu hanya mengingat sosok kucing hitamnya. Ia tak mengira akan ada momen ini, di mana menjadi momen terakhirnya bersama majikannya itu. Dan waktu ini persis seperti ketika Tama bertemu dengan sosok manusianya untuk yang pertama kalinya.

Jujur, Anna berusaha menahan air matanya agar tak keluar. Ia dan Tama berbicara seperti halnya yang pernah terjadi dulu, ketika pria itu cemburu pada Tara dan pergi sambil menggendong Anna untuk menemaninya makan. Namun, karena Anna menghilang dari angkringan, Tama berkeliling untuk mencarinya.

Dan ini adalah kedua kalinya, Tama pergi mencari Anna yang hilang. Anna tahu bahwa pria itu sangat mengkhawatirkannya dan tahu bahwa hanya Tama yang mengkhawatirkannya di dunia ini. Ia mulai berbincang dengan Tama dan berushaa menghibur Tama yang terlihat getir.

Ketika perbincangan mereka selesai, Anna mencium pipi majikannya yang biasanya selalu menciuminya ketika dalam bentuk kucing. Anna masuk ke dalam ingatan Tama dan mengambil bola-bola ingatan yang sebagian telah kembali, ia menghapus keberadaannya sendiri dari ingatan majikannya.

Setelah pertemuan Tama dengan Anna untuk yang terakhir kalinya, Anna dengan wujud kucingnya berjalan-jalan di sekitar mantra sambil mengintip ke dalam lewat pintu depan mantra yang memang full terbuat dari kaca. Terlihat keempat orang sahabat itu sedang tertawa bersama di dalam sana, sambil melayani para penikmat kopinya.

Seorang pria berpakaian hitam memungutnya, sosok itu mengenakan topi hitam dan membawa tongkat.

"Apa sudah tak ada penyesalan yang tertinggal?" tanyanya pada Anna.

Kucing itu hanya mengangguk.

"Ku pastikan kau tak akan merasa sakit," ucap pria itu.

Ia meletakkan Anna di tanah dan pergi meninggalkan kucing itu sendiri. Sosok kucing hitam itu terbujur kaku di pinggiran halaman mantra, raut wajahnya terlihat puas, dengan mata tertutup dan mulut yang membentuk senyuman. Hujan mulai turun dan membasahi bumi, air itu turun menjadi utusan langit yang bersedih atas kepergian kucing hitam itu.

Terimakasih telah mengisi hari-hari di mantra coffee, terimakasih juga karena telah membantu untuk melawan peti hitam. Selamat tinggal sobat kecil~

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now