104 : Tertinggal

1.2K 250 44
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Hari ini Tama tampak lebih tampan sepuluh kali lipat. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari wisuda kekasihnya, tentu saja ia harus terlihat berbeda.

"Gokil, keren lo hari ini," puji Andis yang baru saja turun dan melihat Tama sedang menikmati secangkir teh.

Hari ini Tama mengenakan kemeja batik berwarna biru dengan celana hitam dan sepatu custom oldskool batik yang selaras dengan kemejanya. Jam tangan silvernya membuatnya terlihat elegan. Kemeja Tama merupakan bahan yang sama dari rok kebaya wisuda milik Aqilla, ya mereka membeli bahan bersama.

Mereka berempat langsung menuju kampus ISI untuk memberikan selamat kepada salah satu pelanggan tetap, alias kontributor tetap mantra coffee. Sesampainya di kampus, Tama dan kawan-kawan menunggu diluar gedung, karena hanya orang tua yang mendapat undangan saja yang boleh memasuki gedung itu.

"Mas, Tamaaa," panggil Amel.

Tama menoleh ke arah Amel, ada April juga di sana.

"Kalian ga masuk?" tanya Tama.

Cuma ayah yang masuk.

Deg deg

Ayah? Jantung Tama berdetak dengan sangat cepat.

"Ayah galak loh, bisa disobek-sobek muka, Mas Tama nanti," ucap Amel.

"Hus." April menjitak Amel.

"Diemin aja, Tam. Dia emang iseng anaknya, udah kamu tenang aja ya, rileks," ucap April berusaha menenangkan.

"Mel, tadi, Ayah bawa pisau ukuran apa?" tanya April pada Amel.

"P--pisau?" ucap Tama gemetar.

"Oh, bisa takut ya?" April hanya iseng meledek Tama, ia tak menduga orang seperti Tama bisa merasa gugup.

Tak berselang lama, satu persatu wisudawan dan wisudawati mulai keluar dari gedung. Banyak di antara mereka yang saling berfoto dan bertukar selamat. Hingga Aqilla mulai terlihat, ia sudah membawa banyak sekali bawaan, sepertinya ia cukup populer, banyak pria yang memberikannya hadiah juga.

"Tama ga bawa bucket KFC lagi?" tanya April.

"Enggak, aku ga bawa apa-apa," ucap Tama enteng.

Aqilla berjalan dengan pria dewasa yang mengenakan kacamata, pria itu menatap tajam ke arah Tama, ia menyadari ada kesamaan antara batik Tama dan rok kebaya Aqilla.

"Jadi kamu?" tanya pria itu.

Tama mengajak ayah Aqilla untuk bersalaman, ia tak lupa tata krama terhadap yang lebih tua, Tama mencium tangan ayah Aqilla.

"Ternyata Aqilla dan April ga melebih-lebih kan ya--" ucap Ayah.

"Kamu ganteng banget, makasih ya udah jagain Aqilla, dan maaf kalo dia ngerepotin kamu," ucapnya pada Tama.

Ni orang enaknya dipanggil apa nih? Om? Paman? Uncle? Pakle? Papa? Ayahanda? batin Tama.

"Aqilla ga ngerepotin saya kok, Yah," ucap Tama.

"Yah?" tanya Ayah Aqilla.

Andis, Dirga, Ajay, Mbak April dan Amel menahan senyumnya, sejujurnya mereka ingin tertawa.

"A--ayah," jawab Tama.

"Hahahaha lucu juga kamu, saya denger-denger, Aqilla juga manggil, Mama kamu, Bunda ya?" tanya si ayah.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now