23 : Hakim Kematian

2.4K 445 51
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Dirga dan Uchul berjalan mencari tempat para arwah berkumpul untuk menuju nirvana, entah apa nama tempat itu. Sang Suratma memiliki julukan lain seperti Citragupta yang berarti rupa yang tersembunyi. Sang Suratma bekerja sebagai pencatat kebaikan dan keburukan manusia sewaktu mereka masih hidup, dia adalah eksekutor yang akan menentukan dimana letak arwah tersebut di tempatkan, apakah menuju nirvana atau mendapat siksaan atas Karma mereka. Dia melihat segala pergerakan manusia di bumi dari alam Suratma.

Sambil berjalan Uchul bertanya kepada para arwah dimana letak tempat itu, ia dan Dirga terus berjalan di tengah badai kabut yang menyelimuti alam ini sambil bertanya pada arwah yang mereka jumpai, hingga mereka menemukan suatu tempat yang dimana banyak sekali arwah sedang mengantri panjang, mereka berjalan mengikuti para rombongan arwah yang sedang mengantri itu, namun Dirga dan Uchul tidak ikut mengantri, melainkan berjalan di samping arwah-arwah itu langsung menuju sumbernya.

Mereka terus berjalan hingga mereka berada di sebuah altar yang berstruktur seperti pengadilan, di pusat altar terlihat seseorang yang bertubuh besar seperti raksasa sedang duduk, wajahnya menyeramkan dengan taring-taring yang panjang, dengan sebilah pena ia duduk di kursi sambil mencatat pada selembar kertas di atas mejanya.

Altar tersebut adalah pengadilan para arwah, dimana amal sewaktu mereka masih hidup di pertimbangkan untuk langsung dimasukan ke nirvana atau akan mendapatkan karma berupa siksaan di alam suratma. Banyak juga arwah yang keberatan terhadap putusan sang hakim dan menuntut karma terhadap arwah yang sedang di adili. Mereka yang bernasib buruk akan di siksa dan di pekerjakan terlebih dahulu di alam Suratma hingga keburukan mereka berguguran dan barulah di perkenankan untuk menuju nirvana. Berat dan lamanya siksaan tergantung apa yang mereka perbuat semasa hidupnya.

Dirga dan Uchul menghampiri hakim kematian itu. Suratma menatap mereka berdua.

"Budayakan antri bosque" ucap sang hakim kematian sambil mempersilahkan Dirga dan Uchul untuk mengantri.

"Kami berdua masih hidup bosque" ucap Dirga.

Sontak para arwah yang tadinya ribut dan berisik menjadi diam dan menatap Dirga dan Uchul. Uchul menatap Dirga.

"Sorry" ucap Dirga.

Suratma memukul mejanya dengan palu baja yang berada di atas mejanya.

Bruak !!

"Diam semuanya" ucap Suratma.

"Lah kan emang udah pada diem" gumam Dirga dalam hatinya.

Suratma beranjak dari tahtanya, tubuhnya sangat besar saat dia berdiri.

"Apa yang dilakukan manusia di tempat orang-orang mati?" tanya Suratma.

Sebelum mereka berdua menjawab, Suratma berbicara sendiri.

"Bagaimana cara mereka masuk ke alam ini?" sambil memikirkan cara manusia yang masih hidup bisa masuk ke alam suratma.

Suratma merasakan aura yang sangat mencekam dari mata seblah kiri milik Uchul. Ia mendekatkan wajahnya pada Uchul dan memperhatikan mata nya.

"Dari mana kau mendapatkan sesuatu yang seperti ini?" tanya Suratma heran.

"Rahasia" jawab Uchul sambil menyeringai.

"Berani-beraninya manusia tidak menjawab pertanyaan sang hakim kematian" balas Suratma.

"Akan ku beritahu jika kau menjawab pertannyaan ku wahai sang hakim kematian" Uchul mengajukan pertukaran.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now