91 : Aroma Badai

1.3K 263 46
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Pagi ini, Dirga mengenakan kaos hitam polos lengan buntung. Seperti biasa, setiap pagi Dirga selalu melakukan jogging, dilanjutkan dengan push up dan sit up yang ia lakukan di depan mantra. Tanpa sadar, dua pasang bola mata sedang memperhatikannya.

"Jangan ngiler gitu, Bung," ucap Tiara.

"Sexy banget ga sih? Kotak-kotak perutnya," balas Bunga.

"Kerenan, Tama," balas Tiara lagi sambil mengingat pertemuannya dengan Tama di depan ruko.

"Oh, kamu suka sama, Tama?"

"Eh, maksdunya--" Tiara diam sejenak dan berpikir.

"Maksdunya, dalam arti lain kok," sambungnya.

"Arti lain gimana?" tanya Bunga sambil tersenyum.

"Ya, better than, Dirga deh pokoknya."

Bunga hanya senyam-senyum sendiri, mengetahui bahwa sepertinya Tiara menyukai Tama. Namun, ia tak begitu peduli, ia hanya fokus menatap Dirga yang sedang melakukan sit up.

"Ehmm."

Suara itu menghentikan sit up Dirga, ia menoleh ke arah Bunga yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawakan minuman.

"Thanks buat yang kemarin, ini minuman buat kamu, kelihatannya capek banget." Bunga melempar minuman botolan itu pada Dirga.

"Thanks juga ya buat minumannya." Dirga menangkap botol yang dilemparkan oleh Bunga.

"Kamu pasti kuat ya?"

"Sorry?" tanya Dirga bingung.

"Mau adu panco?" ajak Bunga yang duduk di sebelah Dirga sambil mempersiapkan tangannya untuk beradu panco.

"Ya ga imbang dong," balas Dirga.

"Just, try it." Bunga masih menunggu.

"Oke." Dirga menyambut tangan Bunga.

Gadis itu merasakan sentuhan dari tangan kekar milik Dirga, ia tersenyum dan mulai menghitung.

Brak

Dirga terkejut, ia tumbang dalam sekali hantam.

"Lagi?" ledek Bunga.

Yang tadi itu ... atma, kan?

"Enggak deh, gokil, kamu bisa sekuat itu." Dirga mengajak Bunga untuk bersalaman. Bunga menjabat salaman Dirga.

"Braja ...," ucap Dirga lirih.

Energi listrik mengalir dari tubuhnya menuju tangan Bunga. Seketika itu juga Bunga merinding dibuatnya, sekujur tubuhnya lemas, tetapi tak ada efek setrum.

"Orang biasa, udah pasti kesetrum," ucap Dirga.

Dia juga bisa? Kalo dia pake atma, udah pasti aku yang kalah tadi, batin Bunga.

Bunga tersenyum pada Dirga. Selain menyukai sex appeal Dirga, ia juga menyukai Dirga yang mampu menggunakan atma.

"Aku masuk dulu ya, mau mandi." Dirga pergi meninggalkan Bunga di depan mantra coffee.

Bunga memberitahukan Vitaya, bahwa Dirga bisa menggunakan atma. Insting Vitaya semakin tajam, ia bisa merasakan bahwa mantra coffee bukanlah kafe biasa. Siang ini Vitaya datang berkunjung ke mantra membawakan makan siang.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now