20 : Pencarian

2.3K 471 31
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Dirga dan Tama tiba di mantra, mereka baru pulang dari rumah sakit.

"Udah sehat Tam?" tanya Andis.

Tama mengangguk.

"Lu kenape Dir? suram gitu keliatannya"

"Horror parah itu rumah sakit" jawab Dirga.

Mereka menceritakan pengalaman tentang malam itu pada Andis, dan Andis hanya tertawa.

"Kalo lu liat mereka, anggap aja ga ada" ucap Andis sambil membuat moccacino.

"Terus jangan tatap matanya langsung, kalo dia berinteraksi, anggap lu ga denger" lanjutnya.

"Jangan tunjukin rasa takut lu, karena itu makanan mereka"

"Tapi lu suka berinteraksi sama mereka Dis?" ucap Dirga.

"Karena gua tau, mana yang jahat dan mana yang ga punya niat jahat" sambil menuangkan moccacino yang ia buat kedalam botol pelastik.

"Ya intinya gitulah, gua ngampus dulu ye" Andis pergi dengan topi kupluk ala-ala letto dan tas selempangnya.

***

Sesampainya di kampus ia belajar tentang seputar broadcasting. Seusai jam kuliah, Andis berjalan menuju bangku yang berada di dekat parkiran. Di perjalanan ia menguping pembicaraan duo orang yang tak penting.

"Eh tau ga ada akun instagram yang suka nge upload gambar kampus kita?" ucap seorang yang tidak penting sambil berjalan.

"Coba mana liat?" balas temannya yang tidak kalah penting.

"Oh iya ya banyak banget postingan gambar kampus kita"

Andis yang menguping pembicaraan orang-orang yang tak penting dalam cerita ini hanya berjalan biasa tak peduli omongan mereka, namun Andis tetap mendengar semua obrolan-obrolan yang tak kalah penting dari orang-orang itu.

"Nama akunnya @kuntiSekar"ucap orang tak penting yang pertama kali membuka topik obrolan.

Gubrak !!!

Mereka menoleh kebelakang, Andis terjatuh.

"Ma--mana coba liat dong?" tiba-tiba Andis ikut nimbrung dan menjadi karakter yang tak penting diantara para mantra. Mereka menular seperti racun.

"Lah ini si Sekar pasti selfie, tapi ga ketangkep kamera" gumam Andis dalam hati.

Andis bergegas menuju tempat Sekar dan meninggalkan para cecunguk itu.

Sesampainya di dekat parkiran. Ia duduk di kursi tempat Sekar biasa nongkrong.

"Tumben jam segini udah dateng?" tanya wanita tembus pandang itu.

"Iya nih, kan mau bantu kamu nyari si Bayu-bayu itu" ucap Andis.

"Oh iya--" Andis mengeluarkan kopi moccacino dari tas selempangnya.

"Wiiiiiw kopi cinocino" ucap Sekar sangat senang.

"Moccacino kampret" balas Andis sambil tertawa ngakak perkara cinocino.

"Enak, Aku suka !" ucap Sekar penuh semangat.

"Eh kamu suka selfie ya pake arwah handphone yang aku kasih?"

"Apa itu selfie?" tanya kunti yang kurang pergaulan itu.

"Ih makanya main sama arwah-arwah anak gawl keles, selfie itu ya foto diri sendiri" Andis menerangi Sekar apa itu Selfie.

"Hihihihi iya, cantik ga aku?" tanya Sekar.

"Ya ga ketangkep kamera laaaah, cuma keliatan background nya aja"

Sekar merasa sedih karena merasa percuma berfoto kalau akhirnya tidak ada yang bisa melihatnya meskipun itu Andis.

"Kok murung?" tanya Andis.

"Gpp"

"Dih bete" ucap Andis kaget.

"Ada kuntil anak bt?" gumamnya.

"Biarin aja kali kalo ga ada yang bisa liat foto selfie Sekar"

Sekar masih merasa sedih.

"Yang penting aku biasa liat Sekar"

Sekar menoleh ke arah Andis.

"Nanti aku cemburu kalo orang lain bisa liat cantiknya Sekar" ucap Andis sambil tersenyum.

Wajah Sekar memerah.

"SEKAAAR !!" panggil Andis kaget.

"Muka kamu merah, darah kamu ngalir lagi?" tanya Andis.

"E--Enggak, aku kan udah mati" jawabnya malu-malu.

"Tapi merah loh" sambil tangan Andis menyentuh pipi Sekar.

Sekar menutup matanya karena ini pertama kalinya sejak ia mati, ada orang yang menyentuhnya.

1.. 2.. 3.. Tidak terasa apa-apa, Sekar membuka mata kembali, ia melihat Andis yang sedang tertawa sambil menggerakan tangannya ke kanan dan ke kiri sambil menembus kepala Sekar.

"Andis ngapain?" tanya Sekar.

"Nembus cuy ahahaha baru mau cubit pipinya Sekar yang merah" ucap Andis.

Andis tiba-tiba terdiam.

"Memang ya, meskipun kamu ada di hadapanku, kita berada di dimensi yang berbeda" dengan wajah murung Andis menyentuh pipi Sekar bak menyentuh hologram.

"Seandainya Andis datang lebih dulu" ucap Sekar lirih.

"Eh apa?" tanya Andis yang tidak mendengar perkataan Sekar barusan"

"Hihihihi Andis kepo"

"Ih tau tauan kepo?"

"Aku kan kuntil remaja sekarang, bukan kuntil anak lagi huehuehue" sambil menyombongkan diri.

"Kalo remaja, bisa jatuh cinta dong ya?" tanya Andis.

Andis beranjak dari duduknya.

"Kalo gitu ayo kita cari Bayu nya Sekar, biar sekar bisa tenang" ucap Andis tersenyum.

Andis berjalan pergi, mencari seseorang yang entah siapa dan entah dimana.

.

.

.

Aku tak perlu Bayu untuk bisa menjadi arwah yang tenang, aku sudah menemukan apa yang aku cari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak perlu Bayu untuk bisa menjadi arwah yang tenang, aku sudah menemukan apa yang aku cari. Cukup kehadiran mu yang membuat aku merasa tenang. Terimakasih telah hadir dalam kematianku.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang