84 : Lone Wolf

1.4K 259 31
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Serigala adalah hewan yang kompak, mereka selalu bersama dalam berbagai situasi, baik berburu atau bertahan dari serangan predator lain. Namun, serigala adalah makhluk yang rentan bila sendiri, mereka lemah. Dalam kasus ini, Tama adalah serigala yang terpisah dari kelompoknya.

Mentari pagi ini masih seperti mentari pagi yang biasanya, sinarnya tak sopan! Menerobos masuk ke dalam kamar minimalis yang hanya berukuran 3x3 ini, melewati celah-celah jedela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mentari pagi ini masih seperti mentari pagi yang biasanya, sinarnya tak sopan! Menerobos masuk ke dalam kamar minimalis yang hanya berukuran 3x3 ini, melewati celah-celah jedela. Ia masuk tanpa permisi, membangungkan Tama dari tidurnya.

Dilihatnya jam dinding yang berada tepat di depannya, cukup tinggi tergantung. Dilihatnya pukul tujuh pagi, Tama segera mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi.

Sekeluarnya Tama, ia langsung mengenakan kemeja berwarna mocca dan celana jeans hitam, lengkap dengan sarung tangan hitamnya. Tak ada lagi secangkir kopi, tak ada lagi secangkir teh, tak ada lagi segelintir percakapan atau guyonan pagi, ia kini hidup sendiri di sebuah kos yang terletak tak jauh dari kampusnya, di daerah Sewon, Bantul. Pertengkarannya dengan Andis, membuatnya harus meninggalkan mantra. 

Tama berdiri di depan kaca, wajahnya terlihat lusuh, rambutnya berantakan. Terlihat lingkaran hitam di kantung matanya, seperti orang yang tak bisa tidur. Ya, memang beberapa hari ini Tama selalu insomnia, menurutnya kopi tak lagi berefek apapun. Pergi dari mantra adalah kafein yang paling tinggi dosisnya, membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak.

Tama berjalan keluar dengan sebuah gitar lengkap dengan hard case nya di punggung. Ia tak pernah menggunakan sepeser pun uang yang diberikan orang tuanya, ia hidup dengan penghasilannya di mantra. Kini ia tak punya penghasilan, ia juga enggan untuk menggunakan uang orang tuanya, Tama memutuskan untuk mencari pekerjaan sambilan. Ia tak tahu harus ke mana, yang ia pikirkan hanyalah pertunjukan musik jalanan. Ia akan melakukan busking di daerah Malioboro. Tentunya setelah ia pulang dari kuliah.

"Pagi, Mas Tama," sapa Bu Ros, ibu kos Tama yang baru.

"Pagi, Bu," balas Tama.

Sebenarnya ia enggan untuk berbicara, tapi keadaanya sekarang tak memungkinkan untuk menjadi dirinya sendiri. Ia harus berubah menjadi seseorang yang ramah terhadap orang-orang di sekitarnya, karena bisa jadi jika Tama diam, mereka akan tersinggung dan membangun jarak.

"Kuliah pagi?" tanya Bu Ros.

"Iya nih, Bu," jawab Tama seadanya.

Tanpa percakapan lebih, Tama segera menuju vario birunya di parkiran. Ia menyalakan motornya dan memanaskan mesinnya beberapa menit. Setelah cukup panas, ia segera melesat ke kampus. Sudah beberapa hari ini ia menghindari Aqilla, ia tak ingin Aqilla melihatnya yang terlihat kacau. Ia tak ingin menunjukan sisi lemahnya di hadapan wanita kesayangannya dan memilih untuk menghilang. Setelah kegiatan kampusnya selesai, ia langsung pergi menuju Malioboro.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now