86 : Berbagi Luka

1.3K 265 23
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Langit pagi ini tak berpihak pada Aqilla, ia cerah mempesona tak seperti gadis yang bermuram durja di pendopo kampusnya. Aqilla mengenakan kaos putih polos dengan cardigan berwarna abu-abu, ia mencari keberadaan Tama di kampus, tetapi ia tak menemukan apapun. Bahkan teman-temannya Tama yang ia kenal, tak melihat Tama belakangan ini. Tama memang masuk, tapi tiba-tiba saja menghilang tanpa disadari.

Aqilla memutuskan untuk mendatangi kosan Tama lagi, ia mendapati sosok ibu kos.

"Siang, Bu," sapa Aqilla sopan.

"Eh, Aqilla, nyari Tama ya? Tama nya belum pulang, tadi pagi berangkat bawa gitar. Biasanya sih pulang malem," ucap Bu Ros.

"Yah, yaudah deh." Aqilla memutar badannya dan memasang wajah kecewa.

"Aqilla." Seseorang memanggilnya.

Aqilla menoleh ke arah sumber suara. "Mbak April," balas Aqilla.

April mengajak Aqilla masuk, dan Aqilla mengikutinya.

"Gimana kuliah kamu?" tanya April.

"Baik, kok--Mbak ga mau pulang?" tanya Aqilla.

"Ayah ada di rumah?" tanya April balik.

"Lagi keluar kota sih--" Belum selesai Aqilla berbicara, April memotong ucapannya. "Yaudah besok mungkin aku pulang dulu, udah lama juga ga pulang ke rumah."

Ya, Aqilla adalah adik dari April. Sebelumnya April pernah berkata bahwa ia memiliki adik yang berkuliah di ISI dan tinggal di Gejayan, Aqilla adalah orangnya. April menatap layar ponsel Aqilla, terpampang foto Tama di sana. Ya, ia paham sekarang, kenapa Aqilla berada di sini.

"Aku kira, kamu cariin aku. Ternyata cariin cowok itu." Tunjuknya ke ponsel Aqilla.

Wajah Aqilla memerah. "Lagian, Mbak ga bilang-bilang kalo pindah kos, ya mana aku tau kalo ini kosan mbak. Mana ga pernah bales chat atau angkat telpon juga!" balas Qilla.

"You know lah, aku males berdebat panjang lebar sama, Ayah," balas April.

"Ikut aku yuk, nanti malem," ajak April.

"Kemana?"

"Udah ikut aja, kamu ga akan nyesel kok."

Aqilla setuju untuk ikut dengan kakaknya, sekali-kali tak ada salahnya menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Malam telah tiba, selain setuju dengan April, Qilla juga meminta untuk menginap di kosan April malam hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah tiba, selain setuju dengan April, Qilla juga meminta untuk menginap di kosan April malam hari ini. Mereka berdua sampai pada sebuah kafe kecil bernama Chilong. Tak sebesar Mantra, tapi cukup ramai.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang