The Girl, Unusual Moment

7.4K 1.2K 130
                                    

Eva menatap Harry yang sedang duduk termenung di depan perapian di dalam ruang rekreasi Gryffindor. Tidak ada siswa yang berkeliaran di sana karena sekarang sudah lewat jam sebelas malam. Pemuda itu tahu siapa Sirius Black sebenarnya dan itu membuatnya tidak tenang. Eva menarik Harry ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan pemuda itu agar tidak berlarut dalam kesedihannya.

"Aku benar-benar tidak menyangka. Pria brengsek itu tega mengkhianati orang tuaku. Padahal dia adalah sahabat mereka." Ujar Harry yang kemudian terisak.

"Setiap kali aku mendengar namanya, aku merasa jijik. Dia adalah pengkhianat yang pantas membusuk di Azkaban." ucap Harry penuh dendam.

Gadis itu menghela nafasnya. "Karena itulah orang-orang memanggilnya brengsek, Harry."

Harry masih terisak di dalam pelukan gadis itu. Eva menenangkan temannya persis seperti kakaknya yang menenangkan dirinya yang baru saja dimarahi. Ia tidak tahu bagaimana rasanya dikhianati seperti itu, tapi ia berusaha untuk menenangkan Harry.

"Hei, apa yang kau pelajari bersama Profesor Lupin hari ini?" tanya Eva mencoba menghibur Harry.

"Aku mempelajari mantra Patronus. Aku menghabiskan banyak tenaga hanya untuk melawan satu Boggart. Mengeluarkan mantra itu benar-benar membuatku kelelahan." Sahut Harry mulai sedikit tenang.

Eva tersenyum tipis. "Kau bisa mengajariku mantra itu."

"Dengan senang hati aku mau mengajarimu, tapi aku masih belum bisa menguasainya." Harry menghela napasnya.

Keduanya terus berbincang mengenai apapun. Tanpa sadar matahari perlahan naik dari ufuk timur. Eva berpamitan pada Harry untuk kembali ke kamarnya dan bersiap-siap untuk sarapan. Gadis itu melihat Hermione yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Kau dari mana saja?" tanya Hermione.

Eva menghempaskan dirinya di atas kasur dan berbicara. Hermione tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya karena ia membenamkan wajahnya di atas bantal. Ia benar-benar tidak sadar waktu ketika berbicara dengan Harry semalaman.

"Mione, kurasa aku hanya ingin tidur seharian." Eva membalik tubuhnya dan menghela napasnya. Matanya terasa sangat berat. Ia bahkan tidak mau pergi sarapan. Dia tak peduli jika ia lapar, yang penting waktu tidurnya terpenuhi.

Hermione menghela napasnya karena temannya yang satu ini tidak biasa meninggalkan sarapan. Well, sekali karena ia pernah bermimpi buruk. Sejujurnya, sampai sekarangpun Eva masih memikirkan apa yang sebenarnya pesan yang ingin disampaikan oleh mimpi itu.

Ia mengingat beberapa detail dari mimpi itu. Ia sedikit meragu karena ia melihat kalau wanita di mimpinya mengenakan jubah Slytherin dan berdiri di depan sebuah bangunan besar seperti kastil. Eva berpikir kalau bangunan itu adalah Hogwarts tapi ia menggeleng karena ia yakin itu hanyalah kastil biasa. Lagipula, bukankah banyak bangunan berbentuk kastil di Inggris?

"Baiklah, aku akan membawakanmu sesuatu dari Great Hall. Aku harus berurusan dengan tikus Ron yang hilang, lagi." Hermione mendesis.

Eva terkekeh dalam tidurnya. "Scabbers hilang lagi?"

Hermione mendengus. "That bloody rat! Dia sering menghilang tahun ini dan Ron selalu menyalahkan kucingku."

Eva tak lagi mendengar celotehan Hermione karena alam mimpi sudah menariknya jauh ke dalam.

-o-

Hermione baru saja kembali setelah bertemu dengan Hagrid. Eva terlihat sedang menulis surat karena ada seekor burung hantu yang terlihat seperti elang di atas nakas di samping tempat tidurnya.

Her, Riddle ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang