The Girl, Messed Up

6K 1K 75
                                    

Jangan lupa vote and comment :)

-o-

Laura Rosier dan wanita yang ada di mimpinya adalah orang yang sama?

Kebetulan macam apakah itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang di kepala Eva sejak ia pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tua kandungnya di ruangan Profesor Dumbledore. Sungguh, ia merasa seperti orang yang paling bodoh di dunia.

Jadi selama ini dia adalah seorang penyihir? Apakah karena itu 'orang tuanya' menganggap dirinya seorang yang freak selama ini? Apakah Liam dan Peter tahu masalah identitas dirinya?

Kini ia berjalan tak tentu arah mengikuti kemanapun kakinya melangkah. Beberapa kali gadis itu menabrak siswa Hogwarts lainnya saking berkecamuknya pikiran Eva saat ini.

"E-Eva!"

Gadis itu menoleh sejenak dan mendapati seorang pemuda berambut merah yang sangat ia hindari. Cepat-cepat Eva berbalik arah dan berlari menjauhi Ron yang mendekat ke arahnya.

"Tunggu dulu!" Ron mencegat langkah Eva dengan mencengkeram sebelah tangan gadis itu.

Namun dengan sigap Eva mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengarahkan benda kayu itu tepat ke wajah Ron. Siswa Hogwarts yang tadinya berlalu-lalang di koridor spontan menjauh dari Eva agar tidak terkena kutukan dari gadis itu.

"E-Eva, jangan begini." Desah Ron memelas.

Eva menatap Ron dengan tatapan marah. "Apa maksudmu jangan begini? Bukankah kau yang memulai semua ini, Weasley?"

Ucapan gadis itu cukup membuat Ron mematung di tempat. Benarkah Eva baru saja memanggilnya dengan sebutan 'Weasley'?

"Now before I jinx you, stay the f**k out of my way." Ucap Eva dengan suara bergetar.

Ron perlahan-lahan melonggarkan pegangannya pada tangan Eva dan membiarkan gadis itu meninggalkannya. Pemuda itu menatap kepergian Eva dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Kacau sudah persahabatan mereka.

Demi Merlin!

Seseorang tolong kutuk pemandangan di hadapan Eva saat ini.

Benarkah ia sedang melihat sang Draco Malfoy sedang berpelukan dengan Savannah Crawford di tengah-tengah koridor seperti ini?

Pikirannya kalut, sungguh gadis itu merasa sangat terkhianati. Belum lagi melihat wajah terkejut Draco ketika mendapatinya berdiri di keramaian dengan mata yang sudah memerah menahan tangis.

"Eva, wait for me!" Draco dengan susah payah melepaskan dirinya dari cengkeraman Savannah Crawford di sekeliling tubuhnya. Eva sudah berbalik dan berjalan meninggalkan Draco yang masih mengejarnya.

Tak butuh waktu lama bagi pemuda itu untuk menyusul Eva dengan sepasang kaki panjangnya. Wajah gadis itu sudah berlinang air mata. Niat hati ingin membawa gadis yang dicintainya ke dalam pelukan hangat. Namun Eva dengan kasar menepis tangannya yang sudah separuh merengkuh tubuh gadis itu.

"Don't touch me." kata gadis itu dingin.

Draco menggeleng. Ia menggenggam erat kedua tangan kecil Eva.

"Please don't cry." pinta Draco lirih.

Eva sekonyong-konyong menarik pergelangan tangannya yang dipegang oleh Draco. Ia benar-benar tidak ingin membuat harinya lebih kacau dari ini.

"Cukup orang tuaku.." ucap Eva lirih, "..cukup mereka yang memporak porandakan hatiku hari ini."

Hati Draco mencelos. Apa benar, mereka datang untuk menjemput Eva?

Her, Riddle ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang