The Girl, Investigate

5.9K 1K 89
                                    

Up lagi deh~

-o-

Dua jam ia habiskan dengan melempar ratusan pertanyaan pada orang tua kandungnya. Kini ia tak lagi dirundung rasa penasaran akan mimpi buruk dan segala kejadian aneh yang ia alami. Tak hanya mereka yang bercerita, Eva pun ikut menceritakan tentang apa yang sudah dilaluinya. Meski sebagian besar sudah diketahui oleh Carlos maupun Laura, keduanya tetap antusias mendengarkan cerita putri semata wayang mereka.

'Tidak baik menyimpan dendam terhadap orang lain. Meski kau membenci mereka sekalipun, tetap lepaskan rasa dendam yang ada di hatimu. Karena jika kau terus memupuknya, your soul will be consumed by it.'

Laura mengingatkan Eva agar tidak menyimpan dendam terhadap Harry maupun Ron. Eva terpaksa menceritakan tentang awal mula dirinya tak lagi berbaur bersama The Golden Trio pada kedua orang tuanya. Namun ia lega setelah mengeluarkan beban yang ada di dalam hatinya.

Memang tidak mudah untuk menghapus dendam, tapi Eva sedang mencoba untuk tidak memupuk rasa benci terhadap Ron maupun Harry dan moving on with her life.

"Hei, Eva, can we talk for a bit?" Pansy muncul di hadapan Eva yang baru saja keluar dari ruangan Profesor Dumbledore.

"Sure, Pansy." Sahut Eva cepat.

Keduanya memilih untuk berbicara di dekat kelas Herbologi. Selain dengan suasana yang tenang, dua gadis berbeda asrama itu setidaknya harus berada di ruangan terbuka.

"Aku dengar kau akan pindah dari Hogwarts." Kata Pansy. Sesaat sebelum Eva melayangkan pertanyaan, langsung disela olehnya. "Aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan ibumu. I felt sorry."

"Yeah, you're right. Aku akan segera pindah. Happy?" Ucap Eva ketus. Mood-nya tiba-tiba memburuk.

"Happy? No! Mengapa aku harus senang? Malah seharusnya aku merasa sedih. I consider you as my friend now and I'm sad to know that I'm going to lose one." Sahut Pansy tulus.

Eva terkekeh. "Kukira kau akan senang karena sainganmu untuk mendapatkan Draco berkurang."

"About that, bagaimana dengan Draco? Don't you think of him?" Tanya Pansy.

Eva terlihat menerawang ke angkasa. Matahari pukul empat sore tak lagi membutakan matanya. Semilir angin sepoi-sepoi menambah kesan dramatis dan serius di antara keduanya. Sekilas, Eva tersenyum kecut. Ia tidak mengatakan apa-apa selain terus membiarkan wajahnya menunduk pada gravitasi.

Pansy menggerakkan tangannya untuk mengusap bahu Eva, namun ia mengurungkan niatnya. Ia masih merasa agak canggung di sekitar Eva meskipun sudah menganggap gadis itu sebagai temannya. Bagaimanapun, dia pernah menjelek-jelekkan Eva di tahun ketiga.

Insiden Buckbeak, ingat?

"Life is about choice. You decide where to go." Ujar Pansy tiba-tiba. "As long as you don't get lost."

Eva menoleh untuk menatap Pansy yang tengah tersenyum ke arahnya. Ada satu hal yang tertahan di bibirnya tanpa bisa terucap secara gamblang begitu saja. Namun mendengar Pansy memberi kata petuah untuknya sudah cukup membuat hati kecilnya tenang.

Yeah, Pansy tidaklah seburuk kelihatannya.

"Eva, kau siap?" Tanya Carlos dan Laura yang muncul entah dari mana.

Pansy menatap Eva curiga. "You're leaving now?"

Eva hanya tersenyum penuh misteri dan melambaikan tangannya kepada Pansy.

Her, Riddle ✔️Where stories live. Discover now