BIF 6

21.7K 3.5K 47
                                    

Berlibur

Tubuhku sudah terasa remuk. Tidak di sangka mengajak monster kecil ke pantai sama saja bunuh diri. Ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri, lagi pula Kakak perempuanku itu tidak membantuku sama sekali, malah asik berfoto.

Dasar wanita.

"Hei, tidak bisakah kau bantu aku menjaga monster?" tanyaku yang tak jauh darinya setengah berteriak.

"Itukan anakmu. Kau yang membuatnya, urus saja sendiri," ucapnya kembali sibuk dengan ponselnya.

Ya tuhan, Kakak durhaka. Kalau dia menikah dan punya anak, aku tidak akan mau menjaganya sedetik pun.

Kenapa aku jadi balas dendam begini.

Sudahlah, Shelin benar—aku yang membuat monster kecil itu terlahir ke dunia, aku juga yang harus menjaga mereka dengan tubuh remukku ini. Jika dilihat, aku semakin kurus saja, jangan-jangan aku gizi buruk? TIDAK, kalau aku mati—siapa yang merawat ketiga monster? Aku harus kuat.

"Hei jangan pergi ke pinggir! Main pasir di sini saja!" teriakku saat Zio hendak pergi ke pinggir pantai.

"HEI!" teriakku saat Zio malah semakin berlari ke pinggir pantai, sedangkan ombak bisa saja membuat tubuh kecilnya terjatuh.

"ZIO BERHENTI!" teriakku karena anak itu benar-benar tersapu ombak. Mataku membulat. Segera aku berlari dengan langkah selebar mungkin, aku lihat dia tenggelam tersapu ombak hingga tergiling.

"ZIO!" teriakku panik. Kuambil tubuhnya yang terlentang. Zio mengambil napas begitu banyak dan terbatuk, sepertinya sudah meminum air laut.

"Kau tidak apa-apa, Zio??" panikku saat membopong tubuh mungilnya.

Zio tidak menjawab, semakin membuatku frustasi dan hawatir. Aku berlari menuju kedua putraku yang lain.

"Tetap di sini jangan kemana-mana! Papa akan segera kembali," ucapku pada kedua monster yang terlihat tidak tau apa-apa itu.

Tidak peduli apa pun lagi—aku berlari ke hotel. Aku takut jika Zio terlalu banyak minum air laut, apa jadinya aku nanti. Jika salah satu dari mereka kenapa-napa, rasanya jiwaku seperti diambil.

"Papa," panggilnya lirih.

"Papa akan menyelamatkanmu, jangan banyak bicara," ucapku yang setengah telanjang ini membawa Zio ke kamar, lalu mendudukannya di toilet. Namun, tubuhnya tetap aku pegang.

"Muntahkan semua air yang kau minum tadi. Cepatlah!" ucapku hawatir, apa seperti itu caranya menolong orang tenggelam? Aku begitu bodoh, aku bahkan tidak tau caranya membuat orang muntah, apa aku harus kentut agar Zio muntah? Atau aku tepuk punggungnya? Siapa pun beri tahu aku!

"Tadi itu lasanya asin," ucapnya menjilat bibirnya.

Apa dia sedang menikmati asinya air laut?

"Cepat muntahkan Zio. Jangan membuatku frustasi," ucapku menepuk pelan punggungnya.

Kulihat wajahnya, bukanya muntah —dia malah mengantuk dalam keadaan baju yang basah dan duduk di toilet. Aish anak ini benar-benar, apa air laut membuat orang mabuk?

Because I'm Father (END)Where stories live. Discover now