BIF 26

8.4K 1.7K 115
                                    

Buka Tujuh

Selesai sarapan, dan dapur sudah mulus seperti semula, kini waktunya monster kecil mandi.

"Waktunya mandi anak-anak. Jangan membuat Papa kesal hari ini saja!" pintaku tidak ada yang menggubris.

Aish, mereka ini. Kulihat mereka sibuk sendiri tanpa berniat pergi mandi.

"Nio sedang tidul, Nio tidak dengal," ucap Nio, menarik selimut dan berpura-pura tidur. Apa-apaan anak itu.

"Vio--"

"Mega Man, Mega Man." Vio malah asik bernyanyi menirukan serial kartun dengan memainkan motor mininya.

Harapanku tinggal Zio, sebelum aku benar-benar meninggal.

"Zio, anak yang paling baik. Ayo ke kamar mandi, sebelum airnya berubah dingin," pintaku masih berusaha tersenyum malaikat.

Anak itu malah tidak mendengarkanku. Terus menyedot jusnya dan mengacak-acak baju di keranjang yang sudah aku rapikan. Sebentar lagi aku akan pingsan. Demi apa pun, aku sudah tidak tahan!

Meminta mereka mandi tidak semudah saat meminta mereka makan. Waktu makin siang, tetapi aku harus membuang sampah di perut agar selamat lebih dulu. Sepertinya aku mengalami diare.

Akhirnya pantatku duduk di kloset. Seketika bunyi aneh itu berulang kali terdengar. Kuingat kembali, makan apa aku kemarin. Aku tidak merasa menelan kadal, mengapa bisa diare.

Setelah selesai, aku kembali ke ruang tengah. Para monster masih tenang dengan mainan mereka. Terkutuk sambal yang tadi malam aku makan telah merusak perutku.

Tiba-tiba, telepon masuk dari Mama. Waktu yang tepat untuk memberitahu aku tengah sekarat.

"Cepatlah datang, bawa semua anakmu. Shelin berulang tahun, kita buat kejutan."

"Ma--" Belum sempat aku menyahut, wanita yang melahirkanku itu menutup teleponnya.

Tamat riwayatku.

••••

Di rumah Mama, kami sibuk menyiapkan kejutan, memasang balon dan atribut lainnya. Bahkan, para monster tidak luput dari atribut menggemaskan. Mereka memakai sayap di punggung, tampak seperti malaikat sungguhan. Pipi bakpao ditambah kulit putih bersih merah di pipi, mereka memang anakku.

"Ya Tuhan, kalian adalah hadiah terindah dari yang kuasa. Beruntung aku menyaksikan ini, karena kedua anakku sangat tidak bisa diandalkan," ujar Mama, begitu gemas pada ketiga monster, tetapi enddingnya menjatuhkanku juga.

"Shelin sudah dekat, cepat nyalakan lilinnya. Kita ke depan pintu sekarang," titah Papa, dan kami langsung berdiri di belakang pintu utama.

Sembari menunggu kami menaburkan bunga di jalan menuju kue di meja. Tampak sangat hebat acara ulang tahun kali ini. Meski tidak ada yang diundang, hanya keluarga inti.

"Di mana Zio?" tanyaku, saat satu monster tidak berada dalam pengawasan.

Si kembar hanya bergeleng, memegangi sayap mereka. Akhirnya aku menoleh ke meja di mana kue besar ada di sana. Demi apa pun, dia tengah menikmati kuenya. Tamat sudah riwayatku.

"Astaga, apa yang dia lakukan?" Mama berlari dan membuat si tersangka Zio menjauh dari kuenya.

Biang kerok satu itu memang hebat dalam membuat kekacauan. Aku hanya bisa melihatnya, sembari menahan perutku yang mulas, membiarkan Mama membereskan masalah Zio.

Because I'm Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang