BIF 9

18.5K 3.2K 224
                                    

Kita Akan Terus Bersama

Aku berkaca kesekian kalinya, sudah rapi dengan kemeja putih dan celana hitamku. Hari ini aku akan pergi ke pertemuan bisnis orang tuaku, tentu ketiga monster akan ikut—mereka juga sudah tapi dengan seragam mereka.

"Papa, apa aku sudah tampan?" tanya Zio menunjukan gigi susunya.

"Iya, kau sangat tampan seperti Papa," jawabku mencubit pipi gembulnya.

"Tidak! Aku mau tampan sepelti paman Evano," ucap Zio membuatku seperti tercekik.

Bukankah aku ayahnya? Tentu dia mirip denganku, kenapa dia menolak takdir?

Hei monster kurang tampan apa diriku huh?

Amarahku hanya bisa diluapkan di hati, karena aku tidak mengizinkan satu kata amarah pun keluar dari bibir sexyku. Meski kadang terasa gatal saking ingin mengumpat.

"Ah, baiklah kau tampan seperti paman Evano," ucapku bohong, iyain saja.

"Yeii! Kakak, Vio, aku sudah setampan paman Evano!" seru Zio begitu bangga pada kedua saudaranya.

"Aku sudah sepelti Manulios," ucap Vio merapikan rambutnya.

Ya tuhan, kenapa anakku begitu genit sekarang?

"Aku sepelti Papa," ucap Nio membuatku berbinar, hanya anak itu yang mencintaiku.

"Maaf Papa, aku hanya kasihan padamu, jika tidak … aku sudah milip dengan Zain Malik," ucap Nio membuatku ingin menangis sejadinya.

"Tega sekali kalian. Tidak bisakah bohong sedikit padaku, hem? Buat aku senang sedikit," ucapku tertunduk sedih.

"Papa, sesungguhnya manusia itu harus menelima takdil," ucap Nio layaknya ustadz.

"Sesungguhnya Papa begitu tampan, jika dilihat dengan mata teltutup," ucap Vio membuatku sesak napas.

"Sesungguhnya Papa itu tampan atau cantik?" tanya Vio pada kedua saudaranya.

Ya Tuhan, berilah aku kesabaran dengan fitnah dan zholim ini, dan maafkan ketiga monster ini, sesungguhnya mereka belum sadar sepenuhnya.

"Sudahlah, lebih baik kita berangkat sekarang. Bibi sudah menunggu kita, ayo!" ucapku mengakhiri zholim yang mereka lakukan padaku.

Mereka berjalan bertuntunan, memegang tangan satu sama lain agar tak terpisah—sedangkan aku berjalan sendiri tanpa ada yang menuntun, seharusnya ada wanita yang menuntunku.

~~~~

Kini aku sudah sampai di sebuah ruangan, di mana aku mengurung ketiga monsterku. Dua jam pertemuan bisnis di lakukan, aku memang tidak mengurus perusahaan—padahal aku pewaris tunggal, karena aku harus merawat monster—akhirnya membuat Shelin yang mengurus perusahaan untukku.

Aku masuk ke ruangan di mana aku menitipkan ketiga monster itu pada karyawan wanita, kulihat ruangan kosong.

"Mereka kemana?" gumamku hendak melangkah pergi, tetapi seseorang memanggilku.

"Tuan!" seru seorang wanita yang menggendong Nio.

"Di mana yang lainnya?" tanyaku mengambil Nio dari gendonganya.

Because I'm Father (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz