BIF 22

10.5K 2K 195
                                    

Reuni

Kini, akhirnya kakiku menginjak tanah Universitas tempat dulu aku berkuliah. Menuntut ilmu, sedangkan aku sadar ilmu tidak salah apa pun padaku.

Hari ini aku begitu tampan, memakai kemeja hitam yang kulipat lengannya. Kupastikan hari ini Andra, Evano dan Zidan datang. Sebelumnya aku telah menitipkan ketiga monster pada neneknya.

Aku bernapas lega, bisa hidup sebagai manusia normal. Pergi bersama teman, reuni, bersenang-senang. Aku kehilangan waktu bahagia itu karena menghabiskannya bersama ketiga monster kecil. Bahkan hal sepele seperti makan saja mereka selalu menggangguku. Minta ini dan itu, tidak membiarkanku makan dengan tenang.

Aku langsung masuk ke aula, tempat reuni diadakan. Bahkan aula sudah disulap layaknya kafe mewah. Restoranku bahkan ikut andil dalam acara reuni kampus hari ini.

Kedatanganku disambut oleh teman-teman. Semua mendadak mendekat, entah memberi salam, menanyakan kabar atau yang paling heboh adalah—menanyakan ketiga anakku.

"Kau masih tampan meski sudah memiliki tiga anak," ungkap Riani tampak wajah malu-malu. Dulu dia menyukaiku, sayang aku berpacaran dengan Aruna dan menikah.

"Riani benar, kau seperti belum menikah. Kau lebih menawan dari pada kami yang masih lajang," tutur Viko membenarkan dan tentu mengundang tawa.

"Hei, lihat aku. Aku bahkan seperti sudah memiliki cucu," ujar Darko yang juga belum menikah.

"Alden beruntung memiliki wajah setampan itu, kalian itu memang terlahir mengenaskan," cela Pia, membuat suasana penuh dengan tawa.

Beginilah jika sudah berkumpul dengan teman. Banyak hal yang dibahas, bahkan bahan bercandaan kami menjadi habis. Kini aku menjadi pusat perhatian sebagai Ayah muda. Aku tidak sendiri, ada Malvin. Dia memiliki satu anak perempuan, seumuran dengan anakku.

Itu dia, si Malvin datang. Aku tidak pernah akur dengannya. Dia sempat ingin merebut Aruna dariku. Aku bersorak, seandainya saja Malvin yang menikah dengan Aruna, apa dia akan sekuat diriku?

Kini si albino itu menjadi pusat perhatian. Semua orang mendadak fokus padanya. Meski sudah setampan ini, aku tetap kalah menarik dari albino itu. Lelaki itu pandai berbicara. Apalagi ditambah ucapan Shanet, istrinya, wanita itu tidak jauh berbeda dari Malvin.

Akhirnya, aku hanya bisa berkumpul dengan makhluk lama, Andra, Evano dan Zidan. Sepertinya mereka senasib denganku. Tidak ada cerita menarik yang harus dipamerkan pada reuni kali ini, selain keseharian yang membosankan tentang anakku, apalagi?

Reuni memang selalu dijadikan ajang pamer. Bahkan MC dan seisinya sudah mulai memamerkan diri mereka.

"Hai, Al, apa kabar? Aku dengar kau memiliki tiga anak kembar. Wah, kau bisa sehebat itu," ujar Malvin. Benar-benar terdengar tidak enak di telinga.

"Tentu saja, itu alasan Aruna memilihku," sahutku, menskakmat Malvin.

Hatiku bersorak, tertawa begitu senang.
Rasakan itu Malvin.

Namun, lelaki saingan bisnisku itu malah tertawa. Sungguh, Dajjal satu itu memang pandai bersikap menyebalkan. Tidak tahu malu.

"Aku bersyukur tidak bersama Aruna, karena mungkin aku tidak sekuat dirimu," ucap Malvin. Persis seperti yang aku katakan.

Because I'm Father (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant