BIF 27

8.3K 1.8K 140
                                    

Menikah

Tidak aku sangka, tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Hari ini, hari pernikahanku. Semua terasa mendadak, tidak direncanakan.

Aku lihat pantulan cermin, pria tampan ini tampak begitu menawan. Ini seperti pernikahan pertama untukku. Rasa berdebarnya sama seperti dulu.

Akhirnya aku melangkah pada pelaminan. Wanita cantik telah menungguku di sana. Gaun putih menjuntai dia pakai, bahkan senyumnya menyambut kedatanganku.

Betapa bahagianya aku hari ini. Karpet merah di gelar hanya untuk aku melangkah. Karangan bunga menghiasi pernikahanku hari ini. Terasa begitu sakral.

Aku memakai kemeja dan jas warna senada. Putih kami pilih untuk pernikahan dadakan ini. Jika tahu menikah sebahagia ini, aku sudah melakukannya sedari awal.

Para monster kecil membawa bunga di tangannya. Mereka kompak memakai jas hitam dengan dasi kupu-kupu, menghampiriku di pelaminan.

"Selamat menikah, Papa," ucap mereka bergantian, sembari memberi buket bunga.

Shelin menuntun mereka agar tidak melakukan kesalahan. Tidak aku sangka aku telah menikah hari ini. Para monster akhirnya memiliki Mama, dan aku memiliki teman tidur. Begitulah seharusnya.

Orang tuaku tampak bahagia. Mama menangis untuk hari impiannya ini. Aku berharap, ini adalah pernikahan terakhirku, hingga kematian memisahkan kami.

Selesai akad, semua tahu bukan aku akan kemana dan apa? Tentu kembali ke apartemen, ke rumah bersama istri dan ketiga anakku.

"Aku mencintaimu, terima kasih telah menerima pernikahan ini," ucapku begitu tulus.

Istriku tersenyum, mengecup pipiku sekilas lalu memelukku. Mendadak para monster ikut mencium pipiku. Membuat tawaku pecah karena ulah mereka.

Tiba-tiba, aku menjadi ingat ini hari pertama penikahanku. Tentu ini malam pengantin bukan? Baik, aku bukan lagi perjaka, tetapi tetap saja itu berlaku bukan?

Kutatap para monster, kemana mereka akan aku buang malam ini? Ah, tentu mereka harus tidur lebih dulu.

"Siapa yang ingin susu cokelat?" seruku, tentu ketiga anak kembar itu langsung berdiri dan mengangkat tangan dengan tinggi.

"Aku mau, setengah gelas saja," pinta Nio, anak itu memang selalu minum setengah gelas.

Setengah gelas dewasa maksudnya.

Sambil aku mengeloni mereka, aku suruh istri cantikku itu pergi ke kamar kami lebih dulu, dan aku akan menidurkan para monster pengganggu ini.

"Papa, aku senang punya mama," ungkap Vio, kembali meminum susunya dengan dot.

Kedua saudaranya sudah terlelap, tetapi yang satu ini memang sangat cerewet dan sulit tidur.

Sangat tidak pengertian. Cepatlah tidur, ini malam pertamaku Vio.

Bukannya tidur, Vio malah mengajak menonton Pororo. Terpaksa aku menurutinya.

"Hei Tayo, hei Tayo." Vio bernyanyi dengan asal, suara manisnya menggelitik.

Because I'm Father (END)Where stories live. Discover now