BIF 30

8.9K 1.7K 253
                                    

Vaksin

Sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk diberi vaksinasi. Kini, sebagai orang tua tunggal, aku harus membawa ketiga anakku untuk vaksinasi.

Pagi tadi Dokter telah menghubungiku untuk membawa para monster vaksin. Orang lain membawa satu anak, itu saja sudah menangis, tiga anak? Lihat saja apa yang terjadi saat ini.

Ruangan menjadi rusuh seperti bonek. Tanganku digigit oleh Zio, sedangkan Vio berlari kesana kemari dengan jeritan Tarzannya. Nio menggelengkan kepala bagai kipas angin rusak. Ini sudah bisa disamakan dengan kerusuhan antar suporter.

Jangan ditiru. Hanya dilakukan oleh profesional.

Seharusnya aku membawa Shelin untuk membantuku menangani ini. Sialnya aku tidak membawa dot atau susu. Habis sudah ideku untuk menenangkan para monster ini untuk diam.

"Apa yang akan kau lakukan untuk menenangkan mereka?" tanya Dokter, menghawatirkanku.

"Aakk, dia menggigitku lagi!" teriakku saat Zio menggigit lagi.

Vio berlari padaku, menarik celanaku hingga hampir melorot.

"Hentikan itu! Asetku!"

Rumah sakit ini akhirnya seperti hutan. Aku menjadi seorang Ayah seperti tidak ada harga dirinya.

Aku memegangi Nio yang berada di pangkuanku. Melihat jarum suntik tengah dicentil, aku menggeram layaknya kucing melihat pacarnya berguling di kebon dengan yang lain.

"Aku belum menyuntik," kata Dokter memberitahuku.

Sebenarnya aku juga takut jarum suntik.

Demi kesejahteraan bersama, aku pergi ke tempat menyusui. Membawa Nio yang telah divaksinasi.

Aku berikan botol mineral, tetapi Nio menolak, hanya ini yang bisa aku lakukan. Ideku sudah berakhir bersama tenagaku yang melayang entah kemana. Nyawaku tinggal 5 Watt lagi.

"Ayolah, hanya ini yang bisa aku lakukan," ucapku saat Nio masih menjerit kesakitan.

Suster tiba-tiba masuk. Mengantar satu korban lagi yang menangis kencang, padahal satu monster kecil saja belum dapat kutangani.

"Kau sedang apa?" tanya dia panik.

Bukankah dia lihat aku sedang di ruang menyusui?

Tentu saja menenangkan para monster, meski aku tidak memiliki penenang yang jitu.

Setelah memberikan Zio yang telah divaksinasi padaku, Suster itu bergidik melihatku. Memangnya apa yang aku lakukan? Aku adalah Orochimaru, bisa menjadi Ayah dan Ibu sekaligus.

Mendengar tangisan dua monster. Akhirnya aku terduduk di lantai.

"Selamatkan telingaku Tuhan," gumamku lemas.

Vio akhirnya datang setelah divaksinasi. Berkumpulah kami para lelaki malang, menangis bersama-sama di ruang petak tempat menyusui ini. Seharusnya tempat ini terisi oleh Ibu-Ibu. Lihatlah, bagaimana dunia ini terbalik, dan malah terisi empat laki-laki ini.

Because I'm Father (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt