7. Papa II

924 87 3
                                    

Kata orang Waktu adalah uang. Tapi kata gue, Waktu adalah tentang seberapa sering lo menghabiskannya bareng keluarga dan temen temen lo, sampai waktunya lo berpindah Alam.

🍁🍁🍁

Pagi sudah berganti siang, siang sudah berganti sore dan sore sudah berganti malam. Semunya berubah tapi tak merubah keadaan diantar dua sosok anak manusia itu. Keduanya masih diam, berinteraksi pun secukupnya saja makan bila di panggil dan pergi bila sudah selasai.

Keduanya sekarang sedang duduk berdua diruang tamu yang ada televisi, entah kenapa teman temanya tidak ada yang datang satupun hari ini.

"Anda tidak mau pulang? Ini sudah malam" Tiffany memecahkan kebisuan antara keduanya, hanya suara televisi yang menyala sedari tadi memenuhi ruang persegi itu.

"Kenapa? Papa pengen nginep disini" Ya.. Dia adalah Arnold, papa Tiffany yang belum pulang sedari pagi ah.. Tidak. Bukan pagi tapi yang sedari kemarin malam datang.

"Huh! Anda bisa tinggal dihotel atau tempat yang anda inginkan, kenapa harus disini?!" tanya Tiffany kesal.

"Jangan lupa, ini rumah papa Tiffany jadi papa bebas mau tinggal dan tidur dimana aja" raut masam Tiffany tak luput dari pandan Arnold dan ia tersenyum kecil melihatnya, menggemaskan pikirannya.

"Kamu tidur. ini udah malem"

"Nggak nanti aja, masih pengen nonton" sahut Tiffany berbaring di sofa panjang sedangkan Arnold duduk di single sofa.

"Yaudah" Entah kenapa Tiffany merasa kesal dengan jawaban papanya itu, dia ingin... Dia ingin diperhatikan dan di sayang tapi egonya mengalahkannya, egonya terlalu tinggi hanya untuk berdamai dengan papanya.

Tiffany bingung melihat Arnold berdiri tapi dia mengacuhkannya. mungkin mau ke kamar mandi pikirnya. Namun kemudian dia terdiam saat melihat papanya berjalan kearah dimana dia berbaring dan langsung mengangkat kepalanya untuk dipindahkan ke atas paha sang papa sebagai bantalan.

"Apa yang and--" saat Tiffany ingin protes tangan Arnold langsung mengarah ke bibirnya mengisyaratkan untuk diam.

"Udah. Papa pengen kayak gini, papa kangen kamu. Ini waktu kita. Waktu papa sama kamu dan gak ada yang boleh mengganggu" ujarnya sambil mengelus surai anaknya.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Arnold setelah beberapa saat terdiam.

"Baik kok, malahan seru banyak temen" ujarnya girang, melihat itu membuat Arnold tersenyum.

"Gimana rasanya jadi ketua OSIS? Kamu suka?"

"Dari mana papa tau aku jadi ketua OSIS?" tanya Tiffany penasaran.

"Papa jauh sama kamu bukan berarti papa nggak tau semua kegiatan kamu dan apa yang terjadi sayang, Papa tau semuanya. Dari kamu punya temen cowok semua, sampai kamu nolak semua orang yang suka sama kamu. Papa kasian jadinya sama anak anak yang kamu tolak itu" kekehnya di akhir kata.

"Ih..papa!"

"Hahahah kenapa? Muka kamu udah merah tuh" suasana hangat menyelimuti antar ayah dan anak itu.

"Papa juga tau kamu kerja sayang, tapi kenapa kamu kerja? Apa uang yang papa kirim kurang dan setau papa kamu juga nggak pakai uang dari papa. kenapa?"

"Eh! Itu.. Anu.. apa.. Gini. Aku cuman mau coba hidup mandiri kok, soal uang yang aku nggk mau pake itu gegara aku juga nggak mau ngebebanin papa"

"Kamu sama sekali nggak ngebebanin papa, kamu kan anak papa jadi wajar papa selalu kirimin kamu uang. Jadi kamu harus pake uangnya ya!" pinta Arnold masih mengelus rambut Tiffany.

La Vida [Completed✅]Where stories live. Discover now