32. Abang?

754 73 0
                                    

Ternya selama ini aku yang bodoh.
Terjerumus kedalam jurang buatan ku sendiri, jurang yang semakin curam tiap kali mendengar hinaan orang lain.

🍁🍁🍁

"Kajen.." panggilan itu membuat Jena langsung mengalihkan pandangan nya kearah gadis kecil yang berada di atas berangka.

"Rea udah bangun, syukurlah. Sayang mau apa?" kata Jena saat melihat Tiffany yang hanya mengerjap polos.

"Minum" jawabnya pelan. Jena langsung mengambil minuman yang ada diatas meja samping tempat tidur Tiffany dan membantu nya minum.

"Tunggu sebentar kajen panggil dokter dulu buat periksa rea ya" kata Jena dan langsung keluar dari ruangan itu.

Tidak lama kemudian Jena datang bersama seorang pria ber jas putih yang diyakini adalah salah satu dokter disana. "Hallo" sapa Dokter itu.

Tiffany hanya diam tidak menjawab karena dia tidak mengenal orang itu. "Perkenalan saya Dokter Zein. Nama kamu siapa?" kata Dokter zein dengan ramah.

"Tiffany tapi Temen temen sering panggil Rea" jawab Tiffany yang mulai membuka diri.

"Oh ya nama yang cantik. Berarti saya boleh panggil kamu rea ya?" kata Dokter zein yang mendapat anggukan dari Tiffany.

"Keadaan kamu sudah membaik, beberapa hari lagi kamu bisa pulang" ucap Dokter zein tersenyum hangat.

"Ini hadiah untuk kamu" lanjut Dokter zein memberi Tiffany sebuah boneka beruang berwarna coklat.

Tiffany tersenyum, ada binar bahagia di mata nya saat menerima Boneka itu. "Makasih banyak Dokter" jawab Tiffany semangat.

"Wah.. Kalau semangat kayak gini kamu bisa cepat sembuh sayang rasa" puji Dokter Zein membuat Tiffany tersenyum malu.

"Selamat ulang tahun rea" ucap Dokter zein yang membuat Tiffany diam mematung.

"Dokter tau?" tanya Tiffany tidak percaya.

"Iya, saya tahu. Itu hadiah buat kamu" jawab Dokter Zein sambil mengusap surai merah Tiffany.

"Makasih banyak dokter" ucap Tiffany. Jena yang melihat itu tersenyum haru, air mata mengalir dari sudut matanya membuat nya cepat cepat menghapus air mata itu, karena tidak mau Tiffany melihat karena jika tiffany melihatnya ia akan menyalahkan dirinya sendiri karena membuat Jena bersedih.

"Dokter baik! Rea suka. Dokter mau gak jadi teman Rea? Soalnya rea gak punya teman eh tapi punya. Rea punya teman tapi sedikit" kelu Tiffany dengan raut sedih.

"Wah.. Dokter mau kok jadi teman Rea! Jadi teman rea ada berapa?" tanya Dokter Zein.

Tiffany dengan semangat mulai bercerita tentang dirinya. "Rea punya teman namanya Ezra, Fabian, Brian sama Denis" jawab Tiffany.

"Cowok semua? Kenapa nggak ada cewek nya?" tanya Dokter zein bingung.

Tiffany yang tadinya bersemangat mulai lesu. "Rea nggak punya teman perempuan. Mereka jahat! Mereka selalu ejek ejek Rea, katanya Rea anak haram karena nggak punya papa. Ibu mereka juga ngelarang rea buat dekat dekat sama anaknya sampe rea dilempar pas deketan sama anak anak mereka. Padahal rea punya papa! Tapi papa jarang jenguk rea" jawab rea pelan. Jena yang mendengar itu kemudian terdiam membalikkan badannya memilih melihat kearah luar jendela membiarkan air mata nya berjatuhan tidak kuasa melihat dan mendengar keluhan Tiffany.

Dokter Zein juga diam tidak mampu berkat apa apa, pikiran nya mulai berkelana kenapa anak sekecil ini dibebani oleh hal yang seharusnya tidak ia dapatkan.

La Vida [Completed✅]Место, где живут истории. Откройте их для себя