28. Rumah sakit

808 77 1
                                    

Happy Reading!!

***

Tiffany melihat keadaan nya didepan cermin besar yang ada di kamar nya, satu kata yang mendeskripsikan nya.

Kacau.

Kantung mata yang semakin menghitam disetiap hari nya, lelah, wajah kusut serta jejak air mata di kedua pipnya. Dia tidak tidur sampai pagi menjelang, terlalu takut untuk menutup mata. Tubuhnya terasa lemas, dia kemudian masuk kekamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.

Dengan keadaannya yang seperti ini orang orang pasti akan menatapnya kasihan dan  Dia tidak boleh dipandang kasihan oleh orang orang karena dia sangat benci saat orang lain memandang nya kasihan, dia tidak butuh di kasihani.

Setelah selesai bersiap siapa tiffany langsung turun kelantai bawah tidak lupa menyapa para maid yang ia lewati dengan senyum tercetak dibibir nya menandakan dia baik baik saja. "Pagi" sapanya saat tiba di meja makan yang sudah berisi keluarga nya.

"Pagi sayang, tumben lama" ujar Arnold saat Tiffany sudah duduk disamping nya.

"Siapin buku, tadi malam lupa" ucap nya pelan.

"Lupa? Bilang aja kamu malas" sinis Hana melirik tiffany.

Tiffany memilih tidak menjawab karena dia terlalu malas berdebat di pagi hari, tiffany sadar ada yang janggal disini. Arkam memperhatikan nya walau tanpa tiffany melihatnya, entah kenapa dia memperhatikan nya hari ini tidak seperti biasa acuh tak acuh, mungkin karena tadi malam? Entah.

Tiba tiba entah kenapa reaksi tubuh Tiffany mulai berubah tidak enak, Dia diam sambil tangan nya bertumpu pada meja, tangan terkepal kuat merasakan ngilu disetiap bagian tubuhnya dan kedua matanya terpejam merasakan reaksi yang sangat dia kenal yang terjadi pada tubuhnya sekarang. "Kamu Kenapa?" tanya Arnold khawati melihat tiffany yang terdiam dengan mata terpejam.

Varro melihat kearah Tiffany, janggal satu kata yang ia lihat dari Tiffany kemudian varro beralih melihat makanan yang dimakan Tiffany. "Astaga!" kaget Varro yang baru menyadari sesuatu.

"Kenapa lo bisa makan ini?!" sentak Varro sambil menjauhkan piring Tiffany, berhubung dia yang duduk dekat Tiffany jadi dia bisa cepat bertindak.

"Kenapa?" tanya Rendra tak kalah khawatir. Varro menunjuk makanan yang ada di piring Tiffany dan seketika wajah  Rendra berubah merah padamu menahan amarah.

"BUKANNYA SAYA SUDAH BILANG MAKANAN TIFFANY BEDA DENGAN MAKANAN YANG LAIN! KENAPA KALIAN SAMA KAN?!" bentak Rendra dengan wajah memerah menahan marah melihat Laila si kepala pelayan.

Mereka semua kaget mendengar Rendra membentak kepala kepala pelayan, laila meras ketakutan dan bingung dengan tingkah Rendra, rendra tidak perna membentak orang seperti ini,  Laila diam belum Menyadari kesalahan nya, sedangkan Varro yang ingin menyentuh Tiffany tiba tiba di tepis.

"Jangan sentuh gue! Sakit." Desis Tiffany dengan nada rendah menekan kan kata sakit.

"Rea! Kam--"

"Jangan pegang sakit" lirihnya pelan saat Rendra ingin mengendong nya.

"Tiffany kenapa Varro?" tanya Ayyana khawatir pada anaknya itu.

"D..dia salah makan" jawab Varro melihat anggota keluarga yang lain melihat nya penuh tanda tanya.

"Sayang kita rumah sakit ya" kata Arnold yang ingin menyentuh Tiffany tapi lagi lagi Tiffany menepis tangan nya sama seperti yang dilakukan pada Varro dan Rendra.

"Jangan sentuh!" Desis Tiffany tidak suka.

"Bagaimana mungkin kita bisa bawa kamu ke rumah sakit Tiffany, kalau sedari tadi kamu ngelarang orang sentuh kamu!" kata Stella yang kesal sekaligus khawatir, kesal karena Tiffany tidak mau disentuh dan khawatir melihat adiknya yang sedang menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Kalau disentuh makin sakit!" jelas Varro tanpa mengalihkan pandangan nya dari wajah pucat Tiffany.

Lemas.

Satu kata yang ia rasakan saat ini, perlahan lahan wajah yang tadi menahan sakit berubah menjadi rileks namun itu tidak membuat Rendra dan Varro tenang karena mereka sudah berpengalaman, malahan wajah tenang Tiffany adalah hal yang paling mereka hindari sampai kapan pun.

Tidak mampu menahan tubuhnya, Tiffany langsung pingsan membuat semua keluarga nya kaget melihat nya.

"Tiffany!" panggil Rendra dan Arkam bersamaan. Arkam yang ingin menggendong Tiffany langsung di dorong oleh Rendra, Rendra menatap nyalang kearah Arkam seakan ingin memukulnya saat itu juga.

"Nggak usah sok peduli!" sarkas Rendra melihat Arkam yang ingin menggendong Tiffany.

"Dia adik gue! Peduli gue wajar!" kata Arkam yang tak mau kalah.

"Ck! Kemana aja lo kemaren kemaren! Menjauh! Lo cuman buat Tiffany sakit!" desis Rendra menatap marah kearah Arkam.

Arkam yang tak terima langsung membalasnya. "Dia adik Gue, adik kandung gue! Lo cuman sepupunya! Seharusnya gue yang lebih berhak bangsat!" bentak Arkam yang marah mendengar saat mendengar penghinaan dari Rendra.

"Sialan lo Anjing! Lo Abang yang gak berguna buat Tiffany! Lebih baik lo jauh jauh! Dia adik gue!" kata Rendra tak mau kalah.

"Sialan lo! Lo cuman sepupu! Cuman sepupu! Gue abang nya dan lebih berhak!" emosi mulai menguasai keduanya membuat suasana di meja makan itu memanas.

"Tapi gue selalu ada saat dia butuh! Gak kayak lo bangsat!" bentak Rendra. Saat Arkam akan mulai membalas Arnold langsung menengahinya.

"Kalian mau adik kalian kenapa napa?! Berhenti bertengkar! kita harus bawa Tiffany ke rumah sakit!" kata Arnold yang mulai jengah dengan tingkah anak dan keponakan nya itu.

Dengan cepat keduanya kembali fokus pada Tiffany, rendra yang tak ingin kalah start langsung menggendong Tiffany menuju kearah mobil yang diparkir dihalaman mansion, yang lainnya mengikuti dari belakang.

Tanpa mereka sadari dua orang yang sedari tadi bersama mereka tersenyum misterius kearah tubuh Tiffany yang di gendong Rendra, raut khawatir yang semula ditunjukkan sekarang digantikan dengan senyum puas tercetak diwajahnya.

'Sebentar lagi tunggu saja! Kau akan segera pergi dari sini!" batin orang itu saat mobil rendra mulai menjuhi halaman mansion untuk segera pergi ke rumah sakit.

🍁🍁🍁

Setelah beberapa lama mereka menunggu akhirnya mereka semua di persilahkan  masuk oleh dokter yang menangani Tiffany, dia sudah di pindah kan ke ruang VVIP yang ada disana khusus ruangan Pemilik rumah sakit.

Ya.. Rumah sakit yang sekarang menangani Tiffany adalah rumah sakit keluarga Martadinata, Salah satu Rumah sakit yang terkenal dengan peralatan medis yang sangat lengkap.

Hanya beberapa yang menunggu tiffany di rumah Sakit seperti Arnold papa Tiffany, Ayyana, Allana, Stella dan Silvia karena Arnold menyuruh yang lain melakukan aktivitas seperti biasa walau tadi sempat berdebat tapi akhirnya mereka mematuhi perintah, sedangkan stella dan Silvia mereka menunggu karena hari ini tidak ada kelas di kampusnya.

Arnold duduk disamping Tiffany yang sedang tertidur dengan pulas, wajah damai namun menyimpan banyak rahasia di balik kedamaian nya tanpa seseorang pun tahu, Arnold setia menggenggam tangan Tiffany, batin yang tak berhenti berucap mendoakan kesembuhan anak perempuan nya itu.

Sebelumnya Arnold sudah menyuruh Ayyana, Allana, silvia dan stella pulang tapi mereka tidak mau dan ingin  menunggu.

🍁🍁🍁

TBC....

Jangan lupa vote and comment!!!
🌻🍁🍃

La Vida [Completed✅]Where stories live. Discover now