{The Journey - III}

4.3K 549 17
                                    

'Kau pikir ini kerajaan kuno atau bagaimana? Pangeran pertama mulai memimpin, itu artinya peradaban akan semakin maju.'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Blazar terus berlari tergopoh-gopoh menggendong tuannya yang tidak sadarkan diri. Hyades dan Sideris ikut berlari dibelakangnya dengan perasaan campur aduk. Mereka berbelok ke belakang istana lalu menuruni tangga layaknya menuju ke sebuah ruangan bawah tanah. 

Langkah kaki mereka terhenti saat tiba didepan sebuah pintu besar mengkilap yang terbuat dari semacam bahan alumunium. Blazar berusaha meraih sebuah kotak kecil hitam yang di tempel di samping kanan pintu. Ia meletakkan jari-jari kanannya dengan susah payah lalu terdengar bunyi ‘bip’. Pintu didepannya terbuka menggeser kesamping secara otomatis sontak mengundang decak kagum dari kedua pangeran dibelakangnya.

Blazar terus berlari, membuka pintu kaca otomatis sekali lagi yang membuat Hyades dan Sideris mematung. Blazar mengisyaratkan agar mereka tidak ikut masuk kedalam.

“A-apa ini?” desis Hyades. Ruangan ini bernuansa putih dengan properti berbahan dasar stainless dimana-mana seperti meja-meja, lemari, rak, dan lainnya. Sebuah layar hitam besar dan berbagai tombol didekatnya. Keduanya menatap heran hingga akhirnya Blazar keluar dari ruangan kaca tadi.

“Blazar! Apa semua ini?!” bentak Sideris. Semakin banyak saja pertanyaan yang belum terjawab dibenaknya.

“Ini.. laboratorium. Aku , Luminos, dan Prince Aphelion yang membuatnya.” jawab Blazar.

“Tapi untuk apa? Kenapa Prince Equinox dimasukkan kedalam kubah kaca itu Blazar?! Apa yang terjadi?!” pekik Sideris hampir menangis.

“Tenang tuan. Aku berjanji akan menjelaskan semuanya.” Blazar meraih bahu Sideris. Hyades memijit pangkal hidunya pening.

“Kenapa hyung tidak mau mengatakannya langsung padaku?” gumam Sideris.

“Astaga! Kau tidak apa?” panik Hyades kala tubuh Sideris merosot ke lantai. Sideris menggeleng. Ia menatap ke dalam kubah kaca dimana hyungnya terbaring dengan mata menutup.

“Hyung..”

“Tenanglah tuan. Jangan panik.”

“Bagaimana bisa aku tidak.. panik? Blazar. Katakan padaku. Bagaimana bisa?” Sideris menatap sendu.

.

.

.

.

Nebula {The Puzzle of Memory} [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now