Chapter 2

75.8K 5.7K 691
                                    

Hari Sabtu adalah hari paling bahagia bagi Lea, selain bisa bermalas-malasan di rumah karena libur sekolah, ia juga bisa bermanja-manja dengan sang Ayah sebab Arga pun hari ini tidak bekerja.

Dengan semangat Lea berlari kecil menuju meja makan. Namun, langkahnya memelan saat melihat tak ada kehadiran Arga di sana.

"Papi, mana?"

Rena menoleh sejenak, kemudian melanjutkan kegiatannya menyusun meja makan. "Keluar kota," jawabnya.

Lea seketika cemberut. "Kok gitu, sih? Kan ini hari libur, kenapa masih kerja?"

"Ada urusan mendadak katanya." Selesai menata makanan, Rena pun menarik salah satu kursi dan duduk di sana.

Lea akhirnya ikut duduk di depan sang Ibu. "Papi berapa hari di sana?"

Rena terlihat berfikir. "Mungkin pulangnya hari Selasa."

Seketika wajah Lea menjadi semakin suram. Bibirnya sudah maju beberapa centimeter, kedua alisnya mengerut tak santai, serta kehilangan selera makan secara tiba-tiba.

"Terus Lea bakalan menghabiskan hari libur sama siapa kalau Papi gak ada? Padahal kemarin udah janji mau ajak Lea jalan-jalan. Kata Papi, Mami hari ini ada arisan di rumah Tante Lily jadi kita bisa jalan berduaan," jelas Lea panjang lebar.

Seketika Rena menatap sengit anak perempuannya itu. "Kalian janjian tanpa sepengetahuan Mami? Gak mungkin, Papi lebih sayang sama Mami daripada kamu. Pasti ini akal-akalan kamu supaya bikin Mami cemburu. Mami gak akan terperangkap sama muka polos kamu, ya! Masih bocil udah sok-sok janjian sama suami orang," dumelnya.

"Mami kenapa, sih? Itu kan Papinya Lea juga. Emang Mami doang yang mau manja-manjaan sama Papi, Lea juga mau!"

"Gak boleh! Papi punya Mami, kamu mending cari pacar!" saran Rena.

Seketika mata Lea berbinar. "Emang boleh?"

"Gak boleh!"

Cup

Cup

Leo datang dan ikut bergabung setelah mengecup pipi dua wanita kesayangannya. Ia tau jika Lea dan Rena sudah berdua tanpa didampingi dirinya atau Sang Ayah, pastilah terjadi adu mulut seperti tadi.

Sejak dulu Maminya memang sering jengkel melihat kemanjaan Lea terhadap Arga jika sudah berlebihan. Lea pun adalah tipe gadis yang tak mau kalah meski itu dengan Ibunya sendiri.

"Abang, Mami yang suruh loh! Masa ditolak, Lea kan harus patuh kepada orang tua," ucapnya penuh cengiran.

"Kamu masih kecil, belum tau apa-apa. Jadi jangan coba-coba untuk pacaran. Abang, gak akan mau temenan sama Lea lagi!"

Lea mengerucutkan bibirnya. Apalagi saat melihat Maminya tersenyum mengejek semakin membuat Lea tak selera untuk menyantap makanannya.

"Udah, sekarang makan. Setelah itu kita jalan-jalan," bujuknya pada sang adik. "Mami biar Leo yang nganterin ke rumah Tante Lily," lanjutnya.

"Tuh, contoh Abang kamu. Gak disuruh tapi tau tugasnya sendiri, gak kaya kamu yang harus di marahin dulu baru mau ngerjain," nasehat Rena.

***
Sesampainya di rumah Lily, Rena membuka seat belt serta pintu mobil. Namun, sebelum turun ia memberikan amanat untuk Leo agar tak membawa mobil terlalu kencang. Atensinya kemudian beralih pada Lea yang duduk di kursi belakang.

"Ingat ya Lea, jangan nyusahin Abang. Kamu udah besar, gak usah ngelakuin hal yang aneh-aneh di sana!"

Lea hanya mengangguk malas. Sejak di ruang makan tadi, Maminya itu selalu saja mengomel pada dirinya. Berbeda dengan Leo yang selalu di banggakan.

Terakhir Rena mengecup pipi Leo kemudian berlalu pergi. Lea yang tak mendapat perlakuan seperti Leo pun hanya bisa menatap kosong kepergian sang Ibu.

"Lea, sini pindah ke sebelah Abang," ajak Leo. Ia tau perasaan adiknya. Lea memang sering mengeluhkan perlakuan sang Ibu yang selalu membeda-bedakan mereka.

Setelah Lea berpindah tempat, Leo dengan lembut mengusap kepala sang Adik.

Cup

"Kalau Lea gak bisa dapat sesuatu dari Mami, Lea boleh minta itu sama Abang," ucap Leo.

Lea mengangguk setuju. "Lagian Lea juga gak suka kok dicium sama Mami. Dulu waktu Lea kecil Mami sering cium-cium, pipi Lea jadi basah kena iler."

Leo terkekeh geli. Lea memang selalu bisa mencairkan suasana, itulah kenapa ia begitu menyayangi adiknya ini.

"Abang, emm Lea boleh gak nanti jalan bareng Sheila?" tanyanya hati-hati.

Leo seringkali melarangnya untuk keluar bersama teman-temannya meski itu Sheila sekalipun.

"Mau kemana?"

"Gak tau, Sheila cuma bilang mau ajak Lea jalan."

"Gak boleh! Kalau gak punya tujuan mending di rumah aja, jangan sampai kamu dibawa ke tempat macam-macam sama dia!"

"Enggak, Sheila gak gitu kok. Sheila baik."

"Kamu mana bisa bedain orang yang baik sama yang pura-pura baik. Buktinya waktu Abang bilang Aland gak baik, kamu selalu bilang dia baik. Akhirnya apa? Kamu di jahatin kan sama dia."

Skak Mat.

Lea memang pernah ditipu, hampir saja ia dilecehkan oleh cowok yang bernama Aland itu jika Leo tak datang menolongnya.

Waktu itu Lea dekat dengan Aland, kakak kelasnya yang terkenal baik dan ramah. Mereka sudah hampir menjalin hubungan sebelum akhirnya kakak kelasnya itu membawanya secara paksa ke gudang sekolah dan mencoba melakukan hal yang tak pantas padanya.

Gadis itu memasang wajah cemberut, tangannya sibuk memainkan ujung bajunya seraya menunduk. "Yaudah, nanti biar Lea tanya dulu sama Sheila," patuhnya.

"Gak usah, Abang gak bolehin Lea pergi!"

***
"Ya Ampun Lea! Belanja apa aja kamu? Pasti manfaatin Abangnya lagi, ya?!" tuduh Rena.

Setelah asik berkeliling mall, mereka baru pulang tepat jam 7 malam. Lea yang sudah terlalu lelah dan ingin segera berbaring di kasur akhirnya menawarkan diri pada Leo untuk membawakan belanjaan, sedangkan kembarannya itu masih memarkirkan mobil di bagasi.

Namun, baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, Rena sudah datang berteriak padanya seolah ia adalah anak gadis yang baru pulang subuh.

Lea menggeleng menjawab penyataan Rena. "Bukan punya Lea semua kok, Mi. Punya Abang juga ada, nih."

"Tapi belanjaan mu pasti yang lebih banyak, kan?!" tuduh Rena lagi.

"Buk- "

"Sudah, sekarang kamu masuk kamar! Mami mau lapor ke Papi biar uang jajan kamu di potong," ancam Rena.

"Kok gitu sih, Mi. Ini gak pake uang Abang kok," bela Lea.

"Bohong! Mami gak percaya, kamu kan boros, kerjaannya jajan terus! Udah sana masuk," perintah Rena.

Lea mendengus kesal, kakinya berjalan menghentak menuju kamar. "Nyebelin," dumelnya.

"Liat aja nanti, es krim Mami bakal Lea umpetin. Biar Mami bete!" sambungnya dengan senyum lebar.

Sangat lebar.



Lanjut gak?

Jangan lupa vote komennya ya 🌟
Biar bisa up cepet terus😁

Salam
Rega♥️

2042020

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang