Chapter 31

49.6K 4.7K 495
                                    

Target udah tercapai, makasih kalian yang sudah vote♥️

Happy Reading 😉

Lea berjalan pelan menuju arah belakang rumah di mana gudang berada. Di jam sekarang pasti Leo sedang mengerjakan tugas sekolah.

Ia begitu penasaran dengan apa yang ada di gudang, jadi setelah membersihkan diri ia langsung memutuskan untuk memeriksa gudang belakang. Namun, sebelum itu ia sudah mengambil kunci gudang di dapur, tempat biasa digunakan untuk menggantung berbagai kunci.

Kakinya mengendap-endap saat sampai di depan pintu gudang, mengintip melalui celah yang ada.

Gelap.

Seketika bulu kuduk Lea meremang, tapi rasa penasarannya lebih mendominasi. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu itu, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah seseorang yang terikat dengan mata tertutup tergeletak di lantai kotor begitu saja.

Perlahan ia melangkah mendekat. Tangannya terulur untuk melepas penutup mata itu.

"Kak Aland?"

Aland yang awalnya mengerjap pun terkejut, bagaimana gadis itu bisa sampai ke sini.

"Lea? Ngapain Lea ke sini? Leo mana? Pasti Leo gak tau Lea di sini," ucap Aland.

Lea mengangguk saja, entah mengapa ia ingin menangis melihat keadaan Aland sekarang.

"Harusnya Lea yang tanya, kenapa Kak Aland bisa di sini? Kenapa wajah Kak Aland lebam semua? Papi sama Abang pasti jahatin Kakak, ya?" balas Lea, tangannya sudah sibuk mengusap air matanya yang terus menetes.

Aland tertawa kecil, senang melihat gadis kesayangannya mengkhawatirkan dan tak membenci dirinya lagi.

"Sini, biar Lea bantu lepasin ikatannya," ucapnya lagi.

Aland menggeleng. "Lea balik aja, nanti dimarahin Leo."

"Gak mau, Lea mau tolongin Kak Aland dulu. Kasian, pasti Mamanya Kak Aland nyariin," jawabnya.

Lea tau bagaimana keluarga Aland, ia pernah berkunjung ke rumah cowok itu. Kondisinya jauh dari kata baik, apalagi Ibunya Aland sering sakit-sakitan. Jika Aland di sini, lalu siapa yang menjaga Ibunya.

Lagi-lagi Aland tersenyum haru, merasa menyesal telah berbuat buruk pada gadis itu. Andai ia tidak bodoh dan memilih menuruti perkataan Devian, pasti sekarang mereka akan terus bersama.

Lea meraih gunting rumput, memotong tali yang mengikat pergelangan Aland. Setelah terlepas, cowok itu bangkit menatap intens Lea.

"Makasih, aku janji kalau aku sudah ketemu Mama dan memastikan keadaan Mama baik-baik aja, aku akan balik lagi ke sini," ucapnya.

Senyum Lea yang tadi mengembangkan seketika memudar. "Kenapa Kak Aland mau balik lagi? Kak Aland suka, ya, di culik?"

Aland tertawa renyah, kepalanya menggeleng. "Semua kesalahan pasti ada konsekuensinya, dan sekarang Kakak lagi bertanggung jawab untuk menebus semuanya," jelas Aland seraya mengusap puncak kepala gadis itu dengan sayang.

Tiba-tiba ponsel Lea berdering--ponsel lama milik Leo untuk ia gunakan sementara--tertera nama sang Kakak di sana. Mendadak jantungnya memompa begitu cepat, ia mengigit bibirnya gugup. Semoga ia bisa berbohong dengan lancar.

"Halo, Bang?"

"Lea di mana? Abang cariin gak ada."

"Emm, Lea lagi main di rumah Rio," bohongnya.

"Bohong! Abang udah telpon Rio dan dia bilang Lea gak di sana. Lea di mana sekarang?!"

Tutt

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang