Chapter 25

50.6K 4.3K 163
                                    

"Jangan sentuh, Pi. Sakit," mohon Lea saat matanya menangkap Arga tengah meraba telapak tangannya.

"Tangan Lea diobati dulu, ya," ucap Sean.

Lea menggeleng. "Gak mau, sakit hiks. Jangan pegang," tolaknya.

"Makanya diobatin dulu biar gak sakit lagi," ucap Leo selembut mungkin.

Sean terus meminta Jerry dan Leo untuk mengajak Lea beradu argumen agar perhatiannya teralihkan, bahkan Sheila dan Ken kini ikut andil dalam mengalihkan perhatian gadis itu.

Sedangkan Arga dan Sean sibuk menarik pecahan kaca berukuran sedang yang menancap cukup dalam di sana.

Air hangat yang dibawa Rena ia gunakan untuk membersihkan kotoran yang ada di sekitar telapak tangan Lea.

Kaca akhirnya terlepas sesaat setelah Lea meringis sakit. Namun, belum selesai di situ, Sean meminta Jerry membawa Lea ke dapur untuk mencuci tangan gadis itu dengan air mengalir, tangan Lea harus benar-benar diperhatikan kebersihannya agar tidak terinfeksi.

Darah terus mengalir dari telapak mungil itu. Si pemilik yang sudah lelah menangis hanya diam di gendongan Jerry, menyandarkan kepalanya di bahu pria itu memperhatikan Sean yang tengah sibuk dengan tangannya.

"Kenapa darahnya gak berhenti?" panik Rena. Lily, istri dari Dimas itu hanya bisa mengusap punggung Rena menenangkan.

Clara maju memberikan sebuah kain pada suaminya. Sean menerima itu dan menggunakannya untuk menekan luka Lea agar menghalangi pendarahan.

Beberapa menit kemudian Sean melepasnya, mencuci lagi tangan Lea lalu mengeringkannya dengan kain lain yang sudah diberikan larutan antiseptik, terakhir Sean membungkusnya dengan perban.

Pria yang memang berprofesi sebagai Dokter itu akhirnya bernafas lega, tangannya terulur mengusap punggung Lea. "Kaki Lea apa masih sakit?"

"Sedikit," jawab gadis itu dengan wajah setengah kantuk. Ia selalu merasa nyaman jika berada di pelukan Jerry.

"Mau cek ke Dokter?" tanya Sean pada Rena dan Arga. "Tapi menurut gue, kakinya udah gak apa-apa meski penyembuhannya tergolong cepat."

Rena menghela nafas lega. "Yaudah besok aja cek ke Dokter nya. Lagian udah malam banget, Lea juga udah ngantuk kayaknya," ucapnya disetujui oleh sang suami.

Arga mengambil alih Lea dari pelukan Jerry, mata anaknya itu beberapa kali terbuka tutup menahan kantuk.

"Yang lain lanjut aja, biar gue yang urusin Lea, jangan lupa pecahan yang tadi di bersihkan," perintah Arga kemudian berlalu menuju kamar sang putri.

"Ngomong-ngomong soal pecahan, Rafa mana, ya?" tanya Jerry saat tak menemukan bocah pelaku pemecah kaca itu.

Lily seketika tersadar, bahwa ia meninggalkan anaknya di taman belakang.

Semua lagi-lagi panik berlari menuju taman belakang. Lily dan Dimas selaku orang tua Rafa akhirnya bernafas lega saat putranya itu tengah asik bermain bersama Dino.

"Rafa," panggil Lily memeluk putra kecilnya. "Makasih ya, udah jagain anak Tante," ucap Lily pada Dino.

Cowok itu tersenyum canggung. "Sama-sama Tante, gimana keadaan Lea, Tan? Tadi Dino mau ikut ke dalam, ehh liat adek ini nangis jadi aku temenin aja di sini," jelasnya.

"Lea baik-baik aja, untung ada kamu. Gak tau lagi deh gimana Rafa kalau di sini sendirian tadi."

"DINOO!" pekik Sheila. "Lo yang makan ayam bakar gue, ya?!" galaknya.

Dino hanya cengengesan.

"Daging panggang gue juga Lo yang makan, ya?!" galak Ken saat melihat piringnya ikut kosong.

Lagi-lagi Dino hanya cengengesan.

"Daripada nganggur, mending dimakan, kan?" batinnya.

***
Lea tersenyum senang di gendongan Arga sebab kakinya sudah tak di gips lagi. Dokter berkata bahwa kakinya sudah tak apa, tinggal menunggu kakinya bisa berjalan dengan normal kembali sebab otot-ototnya masih kaku.

Paginya memang Arga langsung membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan, padahal Lea belum bangun tadi.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang Ayah. Ia meminta digendong di punggung saja sebab Lea ingin melihat-lihat sekitar rumah sakit, jika siang-siang begini rumah sakit tak seseram di film.

"Ken?"

Lea mendongak saat Arga menyebut nama sahabat Kakaknya itu. Benar saja, di depan sana ada Ken yang terlihat memasang senyum menyambut Arga.

"Siapa yang sakit?" tanya Arga saat melihat cowok itu keluar dari ruang rawat.

"Temen, Om," jawabnya.

"Siapa? Temennya Abang juga, bukan?" Kali ini Lea yang bertanya.

Ken mengangguk. "Devian yang sakit," jawabnya lagi.

Mata Lea membulat, ia memaksa untuk turun dari gendongan sang Ayah. Arga menurunkannya, tapi tetap saja ia menjaga sang putri yang masih belum bisa menjaga keseimbangannya.

"Kak Dev sakit apa?" khawatirnya.

"Biasa, habis berantem. Gak parah, kok," balas Ken menenangkan gadis itu.

"Pi, ayo jenguk," pinta Lea.

"Boleh dijenguk?" izinnya pada Ken sebab ia pun ingin memenuhi rasa penasarannya terhadap seorang Devian.

"Oh boleh, Om." Ken segera membuka pintu ruang rawat Dev untuk Lea dan Arga. Niatnya ingin pergi ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya ia urungkan sementara.

"Kak Dev?" panggil Lea.

Membuat cowok yang menutup mata mencoba untuk tertidur kini kembali membuka matanya. Ia tersenyum memandang Lea, tapi tak lama sesaat setelah matanya menangkap sosok lain di belakang gadis itu.

Devian akhirnya mencoba untuk bangkit, duduk bersandar di atas dipan.

"Kak Dev, kenalin ini Papinya Lea. Pi, ini Kak Dev, yang waktu itu Papi mau ketemu." Ucapan Lea berhasil membuat mata Ken membulat.

Ada apa dengan Devian hingga Ayah Lea itu ingin menemuinya.

Arga berbalik, menatap Ken yang berada di belakangnya. "Kamu tadi mau kemana?" Arga yakin jika cowok itu ingin pergi tadi, namun diurungkan sebab dirinya dan Lea datang.

"Ke kantin, Om." Jujur Ken masih belum terbiasa dengan aura Arga yang begitu menakutkan.

"Lea mau kan temenin Ken ke kantin? Papi tunggu di sini, sekalian mau ngobrol dulu sama Devian," pintanya.

Ken yang mengerti jika pria itu ingin waktu berbicara dengan Devian akhirnya ikut mengiyakan permintaan Ayah Leo itu.

Lea menatap Ken yang mengangguk menyetujui kemudian menatap sang Ayah lagi. Kedua tangannya mengadah, meminta sesuatu pada sang Ayah.

"Pi, Lea juga laper, mau makan bareng Bang Ken," ucapnya dengan tatapan lucu.

Tak ada yang bisa menahan kekehannya melihat ekspresi menggemaskan gadis itu.

Arga mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada Ken, meminta cowok itu menjaga anaknya selama ia tak di dekat Lea.

Seperginya Lea dan Ken, Arga kembali memfokuskan perhatiannya pada Devian.

"Jauhi Leandra!"

Jangan lupa votemen 🌟
Kebejatan Devian sebentar lagi akan terbongkar 😁

Ada yang bisa tebak apa yang sudah Devian lakukan?

Salam
Rega♥️

130520

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now