Chapter 33

50.3K 4K 438
                                    

Kini Lea, Leo, dan Jerry tengah berada di suatu ruangan bawah tanah milik Jerry. Tempat biasa pria itu menyimpan senjata koleksinya. Tempatnya berada jauh dari apartemen di mana tempat pria itu tinggal. Hanya orang-orang terdekat Jerry yang tau tempat itu, dan ia pun telah memiliki izin dari pihak berwenang.

Di sini pula Jerry mengurung Ken sambil menunggu sampai Arga dan Leo datang. Dan kini, mereka sudah berada di ruangan itu dengan Ken yang duduk terikat serta Leo berdiri menjulang di hadapannya. Lea dan Jerry hanya menonton dari sofa yang tak jauh dari keberadaan Leo dan Ken.

Gadis itu asik bersandar di dada sang Om sambil memainkan ponsel Jerry, sedangkan Jerry asik menyuapi Lea buah dengan senyum manis yang tak pernah luntur.

Dia bosnya di sini.

"Abang jangan lupa, tas sama ponselnya Lea masih sama Bang Ken," pintanya masih fokus pada game.

Leo hanya bergumam membalasnya, ia menatap tajam seorang Ken yang menunduk di hadapannya.

"Jelaskan!" dingin Leo.

Tanpa perlu bertanya lagi, Ken pun tau jika Leo memintanya untuk menjelaskan semua perbuatannya selama ini. Cowok itu mengalihkan pandangannya, merasa tak pantas saat Leo masih memberinya kesempatan untuk menjelaskan semua kesalahan yang telah ia perbuat.

"Jelaskan, Kenzo Miguel Alvarado!" geram Leo. Tangannya mengepal siap untuk menghajar cowok itu.

"Gu-gue ngaku gue salah. Tujuan gue cuma mau buat Lo ngerasain apa yang udah gue rasain. Hidup Lo rasanya serba mudah, Lo pintar, nyokap bokap Lo peduli sama Lo tanpa melihat apa yang ada di diri Lo. Lo sama Lea, kalian beruntung. Dan gue iri akan hal itu," jelasnya.

"Lea kem- "

"Sssttt." Ucapan Lea terpotong saat Jerry menutup mulut gadis itu dengan telapak tangan lebarnya. "Dengar dulu penjelasan dia, setelah itu Lea bebas mau maki maki juga gak apa-apa," bisik Jerry.

Mendengar itu Lea mengangguk paham. "Oke," balasnya kemudian kembali asik dengan ponsel sang Om.

"Sejak Lo datang sebagai murid akselerasi, semua prestasi gue pindah ke Lo. Bahkan guru yang selalu bangga banggain gue dulu, malah udah gak peduli lagi sama gue. Sejak itu juga, bokap gue yang memang dari dulu udah mewanti-wanti gue soal prestasi marah karena prestasi gue yang menurun, dia bahkan sempat ngusir gue karena malu punya anak bodoh. Untung ada Mama, cuma Mama yang selalu belain gue. Dan karena itu, nyokap bokap gue akhirnya milih buat pisah. Pernikahan mereka yang udah belasan tahun hancur gitu aja. Semua karena kedatangan Lo, Leo," ucap Ken.

"Kamu tuh yang gak pernah belajar, makanya prestasinya jadi turun," sela Lea. "Kata Papi Lea dulu, kalau Lea mau lebih hebat dari orang pandai, maka berusahalah lebih baik lagi. Contohnya bisa dimulai dari jadwal belajar yang harus diperbaiki, kalau biasanya Bang Ken belajar cuma waktu mau ulangan aja, sekarang coba belajar tiap malam. Belajar juga gak harus baca buku, di sekeliling Bang Ken juga banyak yang bisa dipelajari. Misalnya mencari tau kenapa Lea gak pernah menang main game padahal Lea udah berusaha sebaik mungkin, pasti masih ada yang harus Lea perbaiki dari diri Lea, atau mungkin Lea emang gak berbakat di game ini. Itu artinya Lea harus beralih ke game lain, sesuatu yang terlalu dipaksakan juga gak baik."

Jerry tersenyum bangga pada gadis kesayangannya itu. Ditariknya dagu Lea agar mendongak kemudian mengecup pipi gadis itu dengan gemas. "Sering deket-deket Om Jerry, Lea jadi makin pinter aja," ucapnya.

Lea menggeleng. "Lea diajarin Papi. Om Jerry kan dulu juga bodoh waktu sekolah sampai-sampai gak naik kelas dua tahun," ledeknya.

Jerry mendengus, digigitnya pipi gadis itu sangking gemasnya, pipi bulat serta wajah lugu itu semakin mempermanis seorang Leandra. Membuat Jerry geregetan sendiri.

"Bener apa yang Lea bilang, semua orang pasti punya keahlian masing-masing. Dan kalau Lo merasa udah berusaha maksimal, mungkin emang keahlian Lo bukan di bidang itu. Lo bisa coba sesuatu yang lain, misalnya kembangkan hobi Lo, tunjukkan ke bokap Lo kalau orang juga bisa sukses di bidang lain. Bukan malah menyalahkan orang bahkan sampai membahayakan nyawa! Gimana kalau sampai Om Jerry gak bisa nemuin Lea, baru sebentar aja Lo udah nyakitin dia! Lo tau kan Lea siapa?! Sekali lagi Lo nyakitin dia, hidup Lo benar-benar gak akan tenang!" tajam Leo.

Dadanya bergemuruh saat mengingat cerita Lea tentang Ken yang menyalahkan dirinya, menarik rambut adiknya kuat bahkan sampai melempar keras tubuh Lea.

Harus ia apakan cowok yang sudah berani menyakiti adiknya ini.

Leo mengusap wajahnya kasar, ia ingin berbalik namun otaknya menolak. Dirinya ingin menghajar cowok itu tapi ada Lea di sini.

Jerry yang paham segera memeluk gadis itu, menyembunyikan wajah Lea di dadanya.

"Om Jer," sebalnya.

Jerry tak menghiraukannya, pria itu mengangguk mempersilahkan Leo melakukan apa saja tanpa perlu memikirkan sang adik, Lea sudah aman bersamanya.

Bughh

Bughh

Bughh

Jerry menahan kepala Lea yang ingin berbalik. Suasana jadi mencekam tiba-tiba, teriakan lemah Ken mampu membuat gadis itu takut. Tangannya yang memeluk tubuh Jerry mencengkram erat kemeja pria itu.

"Om Jerry, Lea takut. Ayo pulang aja, Abang kalau marah serem," bisiknya, takut-takut Leo mendengar.

Jerry terkekeh geli. "Tunggu sebentar lagi, Lea harus liat gimana orang jahat itu selesai dihukum," balas Jerry ikut berbisik.

"Tapi kalau Bang Ken mati gimana? Nanti Abang masuk penjara, kalau Abang masuk penjara, Lea sama siapa?" tanya Lea masih berbisik.

"Kan ada Om Jerry. Nanti kalau udah lulus sekolah, Lea bakalan jadi istri Om Jerry dan tinggal sama-sama Om," balas bisik pria itu diselingi kekehan.

Lea menggeleng cepat. "Gak mau, Lea maunya tinggal sama Mami sama Papi," bisiknya lagi.

"Yaudah, Mami Papi mu juga tinggal bareng kita. Jadi Lea tetep jadi istri Om dan Lea juga tetep tinggal sama Mami, Papi, sama Leo, oke?"

"Okee," balas gadis itu.

Jerry sudah cengengesan tidak jelas.

"Udah tembak aja, Le. Itu pistol ada banyak," kompor Jerry pada Leo yang masih memberi pelajaran pada Ken.

"Lea mau!" antusiasnya. "Lea mau pakai tembakan yang ada di game tadi. Yang itu," tunjuknya pada salah satu koleksi Jerry yang tergantung di dinding.

"Oke." Jerry beranjak, menggapai senjata yang ditunjuk Lea. Membantu gadis itu memegangnya dengan benar kemudian mengarahkan moncongnya tepat di kepala Ken.

Lea senyum-senyum saja sebab berfikir itu hanya mainan seperti milik Rafa, anak dari Dimas dan Lily yang masih berumur 4 tahun.

"Tekan ini, Le," perintah Jerry.

"Oke." telunjuknya bergerak, menekan pelatuk hingga menciptakan suara nyaring.

DORR

Jangan lupa votemen 🌟
Yang dari kemaren nyari nyari Jerry, nih silahkan 😂

Salam
Rega♥️

200520

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now