Chapter 23

51K 4.6K 161
                                    

Arga lupa jika hari ini weekend, padahal ia sangat ingin mengetahui lebih jauh tentang anak yang bernama Dev itu. Seberapa besar nyalinya hingga berani menyentuh putri semata wayangnya.

"Arga! Kenapa melamun?" tanya Rena yang kini ikut duduk di sebelah suaminya.

Mereka berdua berada di halaman belakang, lebih tepatnya Arga menemani sang istri untuk mempersiapkan acara barbeque untuk malam nanti sebagai rasa syukur mereka atas pulangnya Lea dan Leo dari rumah sakit.

Arga menggeleng menjawab pertanyaan istrinya. Ia menatap wanita yang sudah hampir delapan belas tahun menjadi pendamping hidupnya itu. "Aku kepikiran tentang Leo," ucapnya seraya memeluk Rena dari samping, menenggelamkan wajahnya di leher sang istri.

"Soal yang semalam? Aku juga bingung, deh," balas Rena.

"Bingung kenapa?" tanya Arga yang mulai mengangkat tubuh kecil Rena ke atas pangkuannya. Ia terkekeh geli menatap istrinya. "Kok kamu jadi makin berat, sih?"

Seketika sang istri menatapnya tak santai. "Kamu aja tuh yang udah mulai tua! Tenaganya udah termakan usia!" sinis Rena.

Arga menggeleng mengelak ucapan istrinya. "Tapi aku masih kuat gendong Lea, tuh."

"Yaiyalah! Gak liat apa badan Lea sekecil apa?!" balasnya tak terima.

"Gak sadar diri, Lea kecil juga turun dari kamu, kan?" ledek Arga lagi.

"Udah, gak usah body shaming! Gini-gini juga kamu takut kehilangan aku," jawabnya sambil mengibas rambut, bahkan senyum sombong sudah terpasang di wajah awet mudanya.

Melihat tingkah Rena membuat tawa Arga seketika pecah, selama ini hanya sang istri lah yang bisa membuat Arga tertawa begitu lepas seperti sekarang.

"Udah diem, deh! Aku mau cerita, nih!" omelnya.

"Yaudah, cerita apa?" tanya Arga di sisa tawanya.

"Kamu merasa aneh gak, sih? Kenapa Leo gak dapat surat panggilan karena udah berantem di sekolah sedangkan Lea yang cuma gak sengaja nonjok hidung Dino malah dapat surat panggilan," jelasnya.

Arga mengangguk-angguk setuju mendengar pernyataan sang istri.

"Yang kirim itu beneran guru, kan?" tanya Rena.

Arga mengangkat dua bahunya tak tahu. "Mungkin, aku juga gak begitu tau. Aku cuma dikirimin video lewat email dan dia ngaku sebagai guru Leo di sekolah,"jawabnya.

"Email bisa di telpon gak, sih?" tanya Rena bersandar di dada suaminya.

Arga tertawa pelan. "Gak bisa."

"Terus gimana, dong?"

"Masalah itu biar aku sama Leo aja yang menyelesaikan. Kamu cukup dukung kita dan ikut campur kalau memang situasinya gak bisa kita atasi sendiri," jawab Arga. Sebab jika ia dan Leo benar-benar tak bisa mengontrol diri, maka hanya Rena lah yang bisa menenangkan mereka.

"Hem, yaudadeh. Kamu hubungi yang lain, gih. Semuanya, ya! Termasuk Jerry!" galak Rena. Ia tau betul suaminya itu, Arga tak suka pada Jerry sebab pria itu terus saja mengganggu putrinya.

Arga hanya mendengus sebal. "Nanti, aku masih suka kayak gini," balasnya sambil menciumi wajah Rena. "Ohiya, semalam aku tidur bareng Lea," sambungnya.

Rena memutar bola matanya malas. "Iya tau, kok!"

Arga terkekeh pelan. "Bukan, maksudnya aku semalam tidur sama Lea dan dapat satu informasi tentang Leo."

"Apa?"

"Dino bilang ke Lea kalau Leo pernah berantem sama Dev, tapi Leo bilang kalau itu bohong." jelas Arga.

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang