Chapter 27

47.9K 4.2K 220
                                    

"Kamu yakin hari ini mau sekolah?" tanya Rena pada sang putra.

Leo mengangguk, membantu Lea mengoles selai coklat pada rotinya sebab telapak tangan kanan sang adik masih diperban.

"Makasih, Abang," ucap Lea meraih pemberian Leo kemudian melahapnya.

"Emang punggungnya udah gak sakit?" tanya Rena lagi. Bukan apa-apa, ia hanya khawatir. Apalagi di sana ada Devian, bagaimana jika mereka bertemu dan kembali berkelahi.

Melihat kekhawatiran sang istri, Arga menggenggam tangan Rena. Menatap istrinya meyakinkan bahwa Leo tak akan gegabah lagi.

"Udah mendingan, Mi. Leo gak mau ketinggalan pelajaran terlalu banyak. Tugas-tugas juga harus segera Leo kumpulin," jawabnya penuh keyakinan.

Lea tersenyum senang. "Yeyy, akhirnya Abang sekolah, jadi Lea gak usah berangkat bareng Rio lagi."

"Emang kenapa kalau berangkat bareng Rio?" Kali ini Rena melayangkan pertanyaannya pada sang putri.

Bibir gadis itu seketika mengerucut. "Berangkat bareng Rio gak asik. Rio selalu mau jadi Kakak, padahal Lea yang lebih tua. Nyebelin," adunya.

"Udah Abang bilang, Lea itu cocoknya jadi adik," ledek Leo.

"Lea kan mau juga jadi Kakak," rajuknya.

"Kan ada Rafa sama Queen yang bisa jadi adiknya Lea, Rio gak cocok jadi adik kamu," goda Rena.

Lea mendengus sebal. "Itu kan masih kecil."

"Emang Lea udah besar, ya?" jawab Leo.

"Abang!!"

***
Pelajaran kedua tengah berlangsung, tapi Lea bingung harus melakukan apa. Semua teman-temannya ada di lapangan mengikuti arahan guru olahraga.

Ia dilarang bergabung sebab sang guru tau perihal kecelakaannya dengan Leo jadi Lea masih belum diperbolehkan mengikuti kegiatan olahraga kali ini.

Pipinya ia tempelkan di meja, bibirnya mengerucut sesaat setelah menghembuskan nafas panjang.

Ada juga satu temannya yang tak ikut, sebab ia lupa membawa baju olahraga, Lea ingin meminjamkannya tapi gadis itu bilang pasti tidak akan muat sebab tubuhnya cukup berisi.

Teman Lea itu terlihat sibuk mencatat soal di papan tulis, soal pemberian guru olahraga untuk yang tidak mengikuti kegiatan olahraga. Seharusnya Lea melakukan hal yang sama, namun bagaimana caranya. Tangan kanannya diperban begitu erat, bahkan untuk menggenggam sesuatu saja tak bisa apalagi untuk menulis.

"Kenapa liatin gue, Le?" tanya gadis itu.

Lea menggeleng. "Gak apa-apa, Lea cuma bosen aja.

"Kerjain itu aja, tuh," tunjuknya ke papan tulis.

Lea memperlihatkan tangan kanannya, membuat gadis itu seketika mengerti. Ia mendekat dan duduk tepat di sebelah Lea, tangannya meraih bolpoin dan buku tulis milik Lea, menyalin semua materi yang berada di bukunya.

"Ntar kalau tangan Lo udah sembuh, gantian, ya," ucap cewek itu cengengesan. "Catatin punya gue juga," sambungnya.

Lea membalasnya dengan mengangguk setuju dan tersenyum. Untung dia memiliki teman sebaik gadis itu.

***
"Le, gue duluan, ya," ucap Sheila. Sebenarnya Sheila ingin menemani Lea menunggu jemputannya, tapi ia merasa tak enak karena Sheila pun hanya menumpang pulang pada temannya sebab rumah mereka searah.

Lea tersenyum melambai pada Sheila. "Hati-hati, ya."

Setelah kepergian Sheila, Lea kembali diam menunggu di pos biasa. Hari ini memang jadwalnya Leo mengikuti pelajaran tambahan sebagai persiapan ulangan nasional nanti, jadi ia dijemput oleh Pak Somad alias supir yang tak kunjung datang hingga saat ini.

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now