Chapter 21

50.1K 4.2K 159
                                    

Makan malam kali ini, Lea meminta untuk makan di kamar saja sebab ia tak bisa turun naik tangga seperti biasanya lagi.

Gadis itu meminta asisten rumah tangga untuk membawakan makanannya serta makanan Leo ke kamar sang Kakak, Lea berencana ingin makan bersama Abangnya itu.

"Abang?" panggil Lea sebelum tangannya memutar gagang pintu.

Di sana, tepat di atas tempat tidur, Lea bisa melihat sang Kakak tengah memainkan ponselnya dengan lesu. Leo pasti bosan, sebab itu jugalah yang ia rasakan saat tak bisa keluar kamar.

"Abang, makan malam, yuk. Bibi udah bawain makanannya," ucap Lea bersamaan dengan Bibi yang meletakkan nampan berisi dua piring makanan serta dua gelas air putih di atas nakas.

Leo tersenyum kemudian mencoba untuk bangkit, melihat itu Lea segera duduk di sisi tempat tidur sang Kakak dan menyadarkan tongkatnya di dinding. Tangan kecilnya mencoba membantu Leo untuk duduk dengan benar.

"Abang, punggungnya masih sakit, ya?" tanya Lea khawatir.

Leo menggeleng, mengelus pipi adiknya dengan sayang. "Udah mendingan karena ada Lea," jawabnya.

Gadis itu mengerut bingung, membuat Leo mengatupkan bibir menahan tawa. Ia menatap ART yang masih setia berdiri itu, memberi isyarat lewat mata agar meninggalkan mereka berdua.

"Apa hubungannya?" bingung Lea.

"Ada. Tadi Abang sendiri, tapi karena sekarang ada Lea, Abang jadi lupa sama rasa sakitnya. Obat yang ampuh buat Abang adalah liat Lea baik-baik aja. Kalau Lea baik, pasti Abang juga akan baik-baik aja," jelas Leo.

Lea seketika merasa terharu, tangannya bergerak memeluk leher Leo. "Terima kasih karena udah mau jagain Lea. Kalau Abang gak ada, Lea gak tau nasib Lea bakal gimana."

Dengan senang hati Leo membalas pelukan sang adik. "Itu udah kewajiban Abang sebagai Kakaknya Lea, sebagai gantinya Lea harus nurut apa kata Abang."

Lea mengangguk. "Lea sekarang udah nurut, Kok. Tadi aja Mami paksa Lea minum jamu, jamunya pahit banget, Bang. Tapi kata Mami itu demi kesehatan Lea juga," jawabnya.

Leo tertawa pelan, melihat ekspresi adiknya yang berubah-ubah saat bercerita membuat kesan tersendiri untuknya. "Pinter," ucap Leo mengelus rambut Lea lembut. "Gimana sekolahnya?"

"Baik-baik aja. Tadi teman sekelas pada tanyain Lea, mereka tanya-tanya tentang kecelakaan itu. Lea sampai pusing dengernya, ada juga yang tanya keadaan Abang, tapi keadaan Lea gak ditanya!" rajuknya.

Lagi-lagi Leo dibuat tertawa gemas. "Kan mereka udah liat Lea, kenapa mesti di tanya lagi," jawab Leo.

Dalam hati Lea membenarkan. Berbicara tentang sekolah, ia jadi teringat dengan perkataan Dino.

"Abang, Dino bilang Abang berantem ya sama Kak Dev," ucapnya.

Senyum Leo seketika luntur, menatap Lea dengan kening mengerut seolah-olah tak tau. "Enggak, kok. Emang Dino tau darimana?"

"Kata Dino, waktu pulang sekolah temannya Dino ada yang mau nongkrong di rooftop, tapi gak sengaja liat Bang Leo berantem sama Kak Dev, katanya di sana juga ada Bang Ken," jelas Lea.

"Mungkin temannya Dino salah liat, Abang gak pernah berantem sama siapa-siapa," bohong Leo.

"Tapi temannya Dino dengar Abang nyebut nama Lea, mereka gak mungkin bohong."

"Leaaaa Leooooo!"

Dua kakak beradik itu sama-sama menoleh ke arah pintu yang terdorong menampilkan Rena yang berdiri membawa sepiring puding.

"Udah makan belum?" tanya Rena.

"Belum, Mi," jawab Lea.

"Kirain udah, nih Mami bawain puding. Ngobrol apa sih? Serius banget sampai-sampai makanannya gak disentuh," kepo Rena.

"Ohiya, makanannya!" pekik Lea kelupaan. Tangannya meraih satu piring dan memberikannya pada Leo. "Ini makanan, Bang."

"Terima kasih," ucap Leo menerima pemberian Lea.

"Sama-sama."

Rena ikut bergabung ke atas ranjang Leo. "Mami mau tanya sesuatu, boleh?"

Kedua anaknya mengangguk meski fokus dengan makanannya.

"Kalau kalian Mami pisahin, gimana? Mau, gak?" tanya Rena random. Ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama anak-anaknya tapi tak tau harus apa, akhirnya ia bertanya secara acak sesuai apa yang ada dipikirannya sekarang.

Lea seketika manyun. "Baru juga Lea bisa peluk peluk Abang, masa dipisah lagi, sih, Mi." Pasalnya baru kali ini lagi ia bisa dekat dengan Kakaknya setelah seminggu terpisah di rumah sakit.

"Bukan sekarang, maksudnya nanti kalau kalian udah punya pasangan masing-masing, emang Leo sama Lea belum punya pacar, ya?" tanya Rena.

Keduanya menggeleng. "Masih mau fokus sekolah dulu," jawab Leo.

Rena mendengus. "Gaya banget pake fokus segala, emang gak bosen apa jalannya sama Lea mulu. Di rumah Lea, di sekolah Lea, main keluar pun bareng Lea," celoteh Rena.

Lea menatap sengit Maminya, ujung-ujungnya pasti dia yang kena. "Kenapa sih, Mi? Sirik aja, deh."

Rena terkikik melihat ekspresi anaknya. "Gak sirik, Le. Kasian aja liat Abang ketemu Lea terus," candanya.

"Terus Mami gak kasian gitu sama Lea?" rajuknya. Piring yang berada di pangkuannya sudah ia taruh kembali di atas nakas sebab isinya telah lenyap.

"Kasian, sih. Tapi Lea kan teman berantemnya Mami, masa Mami mau belain Lea," balas Rena.

"Iya juga, sih," gumam Lea meraih air putih yang diulurkan Leo kemudian meminumnya.

Leo hanya tertawa geli, merasa gemas dengan keluguan adiknya. Hanya Lea lah satu-satunya yang paling mudah dibodohi di rumah ini. Gadis itu akan langsung percaya dan akhirnya kalah beradu argumen.

"Mi, nanti temenin Leo tidur, ya," pinta Leo setelah selesai menenggak air putihnya juga hingga tandas.

"Lea ikut," antusiasnya. Bahkan sangking semangat Lea hampir terjungkal kalau saja tangannya tak di tahan Leo.

"Hati-hati Lea," peringat Leo.

"Seneng banget mau tidur sama Mami," pede Rena.

Matanya Lea menyipit dengan bibir mengerucut. "Bukan sama Mami, tapi sama Abang."

"Oh gitu? Oke Mami peluk Abang aja, Lea tidur dipojokan," ucap Rena.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan Arga yang datang dengan rahang mengeras. Ia melempar ponselnya ke pangkuan Leo.

"Apa maksudnya itu, Leo?! Mau jadi apa kamu, hah!"

Jangan lupa votemen 🌟
Ada yang mau visualisasi Lea, Leo, Rena, Arga, atau yang lain? Komen aja😉

Salam
Rega♥️

090529

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang