Chapter 17

57.3K 4.7K 69
                                    

Mata bulat itu menelusuri sekeliling dengan kening mengerut, menatap bingung pemandangan yang begitu asing.

Mengapa ia tiba-tiba berada di tengah padang ilalang. Bahkan tubuhnya tak terlihat sebab tinggi ilalang yang mencapai bahu.

Gadis itu memutar tubuhnya, mungkin saja menemukan pemandangan berbeda dari hamparan ilalang yang terlihat tak berujung.

Kakinya terus melangkah, mendekati sebuah pohon besar, satu-satunya pemandangan yang terlihat berbeda untuknya.

"Oma?" panggilnya.

Wanita yang dipanggil itu menoleh, menatapnya dengan senyum tulus. Sangat cantik.

"Lea? Kemari, sayang."

Gadis itu berjalan mendekat, entah sejak kapan tumbuhan ilalang itu mulai menghilang, menampakkan tubuh Lea yang dibalut gaun putih sebatas lutut.

Kakinya yang tak beralas terhenti tepat di sebelah wanita itu. Wanita yang tak pernah ia temui sebelumnya, namun anehnya Lea seperti memiliki hubungan dekat dengannya, bahkan bibir itu dengan spontan memanggil wanita itu dengan sebutan 'Oma'

"Oma?" tanya Lea sekali lagi.

Wanita cantik itu mengangguk, seketika Lea tersadar jika wanita itu memiliki kemiripan dengan Ibunya.

"Iya, panggil aku Oma. Kau cucuku," ucap Wanita itu mengusap lembut rambut Lea.

"Cucu?"

Wanita itu mengangguk. "Pergilah, Lea. Mereka menunggumu."

Lea menggeleng. "Lea takut," jawabnya.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum. "Tak apa, pergilah."

Air mata Lea menetes, jika boleh ia ingin tetap di sini saja bersama wanita itu. Meski baru bertemu, Lea sudah merasa nyaman.

"Lea takut Abang pergi hiks, Lea juga takut Mami marah," jawabnya.

Kali ini wanita itu ikut menggeleng. "Dia tidak akan marah, Oma janji pada Lea."

Tangisannya terhenti. "Janji?"

"Janji," balas wanita itu yakin. "Pergilah, ikuti kakakmu," tunjuknya pada Leo yang berada jauh di depannya.

Lea mengikuti arah telunjuk itu, matanya berbinar menemukan sosok sang Kakak yang membelakanginya.

"Abang!" panggil Lea.

Gadis itu menoleh lagi, terkejut saat sudah tak menemukan Oma nya di sana. Ia mengedarkan pandangannya. Nihil, Lea tak melihat siapa-siapa di sebelahnya.

Tanpa pikir panjang, gadis itu berlari mengejar sang Kakak. Namun, semakin Lea mengejar, Leo semakin terasa jauh. Padahal, kakaknya itu tak bergerak sama sekali dari tempatnya.

Ia berhenti saat melihat sang kakak mendekati jurang yang begitu lebar. Lea menggeleng, "jangan dekat-dekat, nanti jatuh," ucapnya.

Dengan sekuat tenaga Lea kembali berlari mencoba menghentikan sang Kakak yang sama sekali tak mendengar teriakannya.

"Lea?!"

Dadanya bergemuruh, kakinya terhenti, ia menoleh mencari sumber suara. Siapa yang telah memanggilnya? Mencoba tak peduli, Lea kembali fokus pada Leo.

"Abang!" Lea histeris saat melihat Leo malah sengaja menjatuhkan tubuhnya ke sana. Ia berjongkok, menangis mengigit jarinya. "Abang, hiks."

"Lea, bangun!"

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang