Chapter 28

44.5K 4.1K 208
                                    

"Pak, rumah Lea belok tapi kenapa jalannya lurus?" tanya gadis itu.

Pertanyaan Lea tak digubris sama sekali, membuat gadis itu menjadi curiga.

"Pak?"

"Diam!"

Tubuh Lea menegang, ia tak mengenal orang ini. Bodoh, mengapa ia percaya begitu saja. Apa yang harus ia lakukan? Seketika ia teringat perkataan kakaknya bahwa jika ia bertemu orang jahat, jangan takut. Tetap bersikap biasa saja dan berfikir.

Gadis itu menatap keluar jendela, ia mengigit bibirnya menyembunyikan rasa takut saat melihat jalanan mulai memasuki kawasan hutan.

"Pak, boleh stop dulu, gak? Lea kebelet pipis." Hanya itu yang ada di otaknya.

Namun mobil tak kunjung berhenti. "Aduhh, Lea gak tahan. Pipis di sini aja, ya?"

Trik Lea berhasil, mobil menepi ke pinggir. Melihat itu Lea segera keluar, berjalan memasuki semak dan perlahan bersembunyi di sana.

"Jangan ngintip!!" teriaknya.

Mata bulat Lea memastikan bahwa pria itu sudah tak menatap padanya lagi, perlahan ia berjalan menjauh dari sana.

Meski tak tau arah, Lea yakin jika jalan ini yang tadi mereka lewati. Setidaknya ia harus sampai ditempat ramai dulu baru bisa bernafas lega.

Tapi mungkin, keberuntungan memang tak berpihak padanya. Pria itu berhasil menarik tangannya dan menyeretnya kembali ke mobil.

Lea memberontak, berteriak meminta pertolongan meski mustahil ada orang di dalam hutan seperti ini. Memang mereka belum terlalu jauh memasuki kawasan hutan, itu mengapa Lea berpikir untuk berlari saja agar bisa keluar dari hutan sunyi itu.

"Masuk!"

Tubuh kecil itu dilempar begitu saja ke dalam bagasi, membuat si pemilik meringis sebab kepalanya terbentur dinding mobil.

Lea hanya bisa menangis saat merasakan mobil kembali berjalan. Bagaimana nasibnya, orang itu sangat jahat. Lea tak bisa berpura-pura berani lagi seperti yang pernah Leo katakan padanya.

Dengan tangan gemetar ia mencoba mencari ponselnya. Lea baru teringat dengan keberadaan benda itu. Jarinya menekan sembarang nomor yang tampil di sana.

Ia semakin menangis dan lega secara bersamaan saat ponsel tersambung pada Jerry, nomor pria itulah yang berada paling atas karena Jerry adalah orang yang terakhir menghubunginya.

"Halo, By. Kenapa menangis?"

Bisa Lea dengar nada khawatir dari suara pria itu. "Tolongin Lea, Lea diculik orang jahat, hiks," adunya berbisik. Ia tak ingin ketahuan lagi sebab inilah satu-satunya yang bisa menolong Lea.

"Apa?! Lea di mana sekarang? Tau gak nama tempatnya? Jangan panik, ya, By. Tenang, jelasin apa yang kamu lihat di sana."

"Lea gak lihat apa-apa, Lea masih di dalam mobil. Tapi Lea dibawa ke hutan sepi. Lea takut," isaknya gemetar.

"Oke, jangan matiin teleponnya. Biar Om lacak ponselmu. Udah jangan nangis lagi. Tetap tenang dan kasih tau Om apa aja yang kamu liat di sana."

"Hmm," balasnya. Ia sibuk meredakan tangisnya, rasa takut itu tak bisa membuatnya menjadi tenang.

***
Hal bodoh yang pernah Lea lakukan adalah tidur di saat menegangkan setelah habis menangis.

Sekarang baru ia menyesal, terbangun dengan tangan dan kaki diikat. Ponselnya pun sudah tak tau di mana, tasnya juga hilang. Padahal di sana ada susu kotak pemberian Leo sebelum ia pulang tadi, mengingat itu Lea jadi semakin lapar dan haus.

Kini apa yang bisa dia lakukan? Apa hanya duduk di tempat jelek seperti ini. Tempatnya memang jelek, persis seperti kandang hewan, banyak tumpukan jerami serta beberapa alat ternak yang berdebu di sana.

Matanya menelisik sekeliling, mencari celah agar bisa keluar. Baru saja ia ingin berusaha berdiri untuk meraih salah satu alat yang sekiranya bisa mengiris tali di tangannya, tiba-tiba pintu terbuka. Lea terkejut bukan main melihat seorang cowok menggunakan penutup wajah berjalan ke arahnya.

"Mau ngapain, tadi?" tanya cowok itu.

Lea mengerut bingung, ia seperti mengenali suara itu. Meski terkesan diubah menjadi lebih berat, Lea ingat pernah mendengar suara itu sebelumnya.

"Kamu, siapa?"

Cowok itu tertawa kecil. Tangannya bergerak mengusap pipi Lea dengan lembut. "Kamu gak perlu tau," bisiknya. "Andai waktu itu Leo gak datang, mungkin aku gak akan begini sama kamu," sambungnya.

"Maksud kamu apa?"

Cowok itu menarik tangannya dari wajah Lea, matanya menatap intens gadis di hadapannya. "Leo, Kakak kesayanganmu sudah menghancurkan keluargaku! Karena dia, aku dibenci Ayahku. Karena kedatangan dia, orangtuaku selalu bertengkar, satu membelaku dan yang satu membenciku. Itu semua terjadi hanya karena kehadiran Kakakmu yang brengsek itu!"

Sebenarnya Lea ingin bertanya apa arti dari kata brengsek yang cowok itu katakan, tapi karena tau jika ia adalah dalang di balik penculikannya akhirnya niat itu Lea urungkan.

"Abang gak sejahat itu! Kamu yang jahat! Abang gak pernah ganggu keluarga kamu, tuh! Dasar pembohong!" balas Lea.

Seketika Lea meringis saat rambutnya ditarik kuat oleh tangan cowok itu. "Jangan asal bicara jika tak tau apa-apa!"

"Lea emang gak tau apa-apa, tapi Lea tau kalau Abang gak salah! Gak mungkin Bang Leo sejahat itu!" balasnya tanpa rasa takut. Sebenarnya ada sedikit rasa takut di dirinya, tapi mendengar cowok itu terus menjelek-jelekkan Kakaknya, Lea tak bisa terima begitu saja.

"Gak ada orang baik di dunia ini! Kamu terlalu naif Leandra!"

"Kamu yang jahat, makanya semua orang kamu anggap jahat juga! Kamu terlalu bodoh dalam menghadapi masalah! Kalau keluarga kamu hancur kenapa malah salahin Abang?! Coba kamu introspeksi diri kamu sendiri, pikirin masalah apa yang buat keluarga kamu hancur, terus perbaiki. Jangan bisanya cuma nyalahin orang!"

Skak mat.

Perkataan Lea berhasil membungkam nya. Ia berdiri, mengikutsertakan rambut Lea yang masih ia genggam erat. "TAU APA KAMU ANAK KECIL!"

Lea menjerit kecil saat tubuhnya dilempar begitu saja oleh cowok itu. Tubuhnya ia balik, ditatapnya wajah cowok yang tertutup itu dengan marah. Tapi tetap saja terlihat lucu, dengan alis mencuram dengan bibir mengerucut ditambah mata yang menyipit.

"Lea emang anak kecil! Tapi Lea bisa bedain mana yang baik dan mana yang buruk dilakukan buat menyelesaikan masalah! Kata Abang kalau punya otak itu dipake mikir, biar gak tumpul kaya otak orang bodoh!" sengitnya.

Brakk

Dua orang itu menoleh pada pintu yang terbuka kasar. Di sana, ada Jerry yang sudah terbahak mendengar penuturan Lea yang begitu polos namun menusuk.

Dua bodyguard nya dengan cepat menangkap cowok penculik yang hampir saja kabur itu.

Melihat kepanikan si penculik, Jerry mendengus. "Anak ingusan ternyata," sinisnya melirik cowok itu, postur tubuhnya masih terlihat muda, seperti seumuran dengan Leo.

Jerry melangkah mendekati Lea, membantu gadis itu melepas ikatan pada kaki dan tangannya. Wajah cemberut seketika Lea tampilkan pada Jerry. "Kenapa telat? Badan Lea udah sakit tau dibanting tadi," adunya.

"Sorry, tadi ponsel Lea sempat gak bisa dilacak soalnya mati. Untung ada warga yang lagi cari kayu bakar di sekitar hutan tadi yang liat kamu dibawa ke sini," jawab Jerry mengecup gemas pipi Lea.

Ia membantu gadis itu berdiri, perhatiannya kembali fokus pada cowok penculik itu, tapi tangannya tetap bertengger manis di pinggang Lea.

"Buka penutup wajahnya!"

Jangan lupa votemen 🌟
Tunggu nextnya besok ya, aku gak bakal kasih target lagi, kok😂

Salam
Rega♥️

160520

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now