Chapter 22

49.3K 4.7K 238
                                    

Leo tak menjawab, ia memilih mengambil ponsel milik Arga dan memutar video yang terpampang di sana. Video yang tak memiliki suara, hanya ada gambar dirinya dan kedua temannya.

Cowok itu mengerut bingung, siapa yang sudah merekam perkelahiannya dengan Devian.

"Kamu dapat dari mana?" tanya Rena penasaran. Ia tak percaya jika yang ada di video itu adalah putranya.

"Aku dikirimin guru, mereka bilang Leo mukul salah satu temannya cuma karena temannya itu gak mau menuruti keinginan dia! Benar itu Leo?!" tanya Arga dengan tangan mengepal.

Lea yang melihat kemarahan Ayahnya hanya bisa menunduk takut, tak berani mengangkat kepala. Ia pun penasaran dengan video itu, tapi Lea urungkan niat untuk ikut menonton karena aura Arga yang begitu tajam di dekatnya.

Leo menggeleng, rahangnya ikut mengeras saat tau seseorang tengah menjebaknya. Memberi berita palsu dan menghilangkan suara pada video tersebut hingga tak ada yang tau apa yang dikatakan Leo saat itu.

"Papi percaya?! Video itu bahkan gak ada suaranya! Gak ada penjelasan tentang alasan aku mukul dia di video itu!" balas Leo tak kalah tajam.

Melihat situasi yang tak kondusif, Rena berdiri. Ia memasang diri di tengah dua pria itu agar tak terjadi hal buruk. Rena tau watak dua orang yang tak jauh beda ini, mereka kadang sabar tapi juga bisa lepas kendali.

"Sekarang jelasin yang sebenarnya, Leo," tegas Rena.

Leo diam, bukan karena ia tak ingin menjelaskan. Tapi di sini masih ada Lea, Leo belum mau memberitahu semuanya pada sang adik, ia ingin Lea tau sendiri kebenaran itu atau Devian sendiri yang akan memberitahu adiknya.

"Kenapa diam?! Sadar kalau kamu salah, heh!" sinis Arga.

"Aku gak salah!" ucap Leo begitu dingin. "Jangan hanya menyimpulkan sesuatu dari apa yang kalian lihat, emang Papi tau aku ngomong apa di video itu?! Alasan yang Guru itu bilang kalau aku mukul dia karena dia gak nurut sama aku emang sudah terbukti benar?! Kalau iya, Papi bisa hajar Leo sesuka Papi."

"Papi pegang omongan kamu!"

Leo mengangguk, matanya terarah pada sang adik yang sedari tadi menunduk.

"Kenapa nunduk? Takut, ya?" tanya Leo kembali tersenyum manis menenangkan sang adik.

Dengan ragu Lea mengangkat kepalanya, sedikit melirik Arga kemudian merapatkan duduknya dengan Leo. Setelah melakukan itu Lea merasa sesuatu membungkus tangannya, ternyata Arga tengah berjongkok di sebelah Lea sambil menggenggam tangan sang anak.

"Maafin Papi udah bikin Lea takut," ucap Arga mengusap puncak kepala anaknya.

Lea menggeleng. "Gak apa-apa, Pi."

"Udah malam, waktunya Lea tidur," balas Arga merentangkan tangannya dengan maksud ingin menggendong putri kesayangannya.

Lea menggeleng lagi. "Lea mau tidur di sini sama Mami sama Abang," jawabnya.

"Ohiya? Terus Papi tidur sama siapa?" tanya Arga pura-pura merajuk.

"Papi tidur sendiri aja, di pojokan," balas Lea terkikik lucu.

Rena mendengus. "Gak kreatif banget ngikutin kata-kata Mami."

***
Akhirnya setelah berdebat menentukan siapa yang tidur dengan siapa, di sinilah Lea berada. Di kamar orang tuanya bersama sang Ayah.

Lea mengalah untuk tak tidur bersama Kakaknya sebab Leo sudah ditemani oleh Rena, kini ia akan menemani Ayahnya tidur sebab tak tega.

Arga memeluk putrinya erat, mengusap lembut kepala Lea agar segera terlelap.

"Pi, tadi kenapa Papi marah? Abang bandel, ya?" tanya Lea berusaha menghilangkan rasa ingin tahunya.

Arga bergumam menjawab pertanyaan Lea di sela rasa kantuknya, bahkan mata hijau itu sudah terpejam.

"Abang ngelakuin hal bandel apa, Pi?"

Sepertinya Lea tak akan mengizinkannya untuk tidur semudah itu. Persis seperti Rena, sebelum tidur gadis itu akan banyak bicara hingga lelah dan tertidur sendiri. Jika jengkel dengan celotehan sang istri, Arga akan langsung mengusap punggung Rena agar segera terlelap.

"Abang cuma melanggar aturan sekolah, itu gak boleh ditiru," jawab Arga.

Meski tak tau alasan di balik Leo memukul temannya sendiri, tapi Arga percaya anaknya itu tak memulai jika tidak ada yang mengganggu, sekarang ia hanya perlu mengetahui alasannya. Mungkin, ia bisa mengoreknya melalui Lea.

"Lea, Abang punya musuh gak di sekolah?" tanya Arga.

"Musuh?"

"Emm, maksudnya ... " Sejenak Arga berfikir. "Apa ada orang yang gak suka sama Abang? Atau ada orang yang sering jahatin Lea?"

Hanya dua alasan itu yang menurut Arga bisa membuat Leo gegabah. Antara ada seseorang yang mengusiknya atau ada orang yang mengganggu adik kesayangan Leo ini.

Lea menggeleng. "Gak ada, tuh."

"Kalau yang suka deket-deket Lea, ada gak?" tanya Arga saat baru teringat jika Leo melarang keras Lea berpacaran, termasuk dirinya juga.

"Dekat-dekat? Sheila suka dekat-dekat Lea, kita duduknya semeja, Pi," jawabnya begitu polos.

"Hem, okey." Tak apa, memang butuh kesabaran penuh untuk berbicara dengan Lea. Lagipula ia yang salah, kenapa dirinya malah memberi pertanyaan yang sulit dimengerti oleh otak lemot Lea. "Ada gak cowok yang suka pegang-pegang Lea, misalnya pegang tangan, atau usap-usap kepala Lea kayak yang Papi lakuin sekarang?"

"Ada," jawab gadis itu. "Bang Leo, Bang Ken, sama Kak Dev suka usap-usap kepala Lea juga."

"Bang Ken sama Kak Dev, siapa?" penasaran Arga.

"Bang Ken itu temannya Abang, kalau Kak Dev teman Abang juga, yang tolongin Lea waktu nyasar gara-gara kejar copet," jelasnya.

Arga mengangguk-angguk paham, tapi otaknya berpikir keras untuk membuat pertanyaan lagi yang bisa dimengerti putrinya.

"Abang pernah bilang sesuatu gak tentang Bang Ken sama Kak Dev?" tanya Arga lagi.

Lea menggeleng, alisnya mengerut tanda bingung. "Kenapa Papi tanya tentang Abang terus? Tanya tentang Lea aja," ucapnya.

Arga terkekeh kecil, mengecup kening putrinya dengan gemas. "Yaudah, Lea gimana sekolahnya tadi?"

Kali ini Lea mengangguk. "Baik, semua teman-teman Lea ngucapin semoga cepat sembuh, tapi Dino gak ngucapin Lea. Dino malah cerita tentang Abang," ceritanya.

"Dino cerita apa?" Lagi-lagi ia dibuat penasaran.

"Dino bilang, Abang berantem sama Kak Dev waktu pulang sekolah. Tapi waktu Lea tanya Abang, kata Abang itu bohong," jawabnya.

"Dino bilang gak alasannya kenapa Abang berantem?"

"Gak, Dino cuma bilang kalau Abang sebut-sebut nama Lea waktu berantem."

Dugaan Arga benar, pasti cowok bernama Dev itu lah yang mengusik Leo. Entah apa yang dilakukan cowok itu hingga bisa memancing emosi Leo.

"Kalau Kak Dev itu gangguin Lea, langsung lapor ke Papi, ya. Jangan terlalu dekat sama Kak Dev lagi, bilang ke Papi kalau Kak Dev berani pegang-pegang Lea," perintah Arga.

Lea mengangguk patuh. "Pi, Kak Dev udah pernah pegang tangan Lea, Kak Dev juga sering cium-cium dahi Lea," jawabnya tanpa dosa.

Rahang Arga mengeras. "Besok, Papi yang antar ke sekolah. Lea tunjukin yang mana Kak Dev!"

Jangan lupa votemen 🌟
Suka deh baca komen kalian😂
Thanks💗💗

Salam
Rega♥️

100520

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now