Chapter 15

57.6K 4.7K 214
                                    

"Makan dulu, Lea," perintah Arga.

Sudah dua hari Lea menetap di rumah sakit. Ia sempat terkejut saat tak bisa menggerakkan kakinya, rasa ngilu seketika mendera.

Sejak itu pula ia tak pernah bertemu Rena, hanya Arga yang begitu setia menjaganya. Sesekali Rio atau Alya yang menggantikan sang Ayah saat ada pekerjaan mendadak dan tak bisa diwakilkan begitu saja.

Keadaannya pun lumayan membaik, hanya kaki dan sedikit goresan di wajahnya yang belum sembuh. Lea tak masalah asal ada Arga yang selalu menemani.

"Lea gak lapar, Pi. Papi aja yang makan, Lea masih kenyang."

Arga menghela nafas panjang. "Lea mau sembuh, kan? Mau cepat-cepat jenguk Abang, kan? Jadi harus makan, kalau gak makan Lea dapat tenaga darimana biar bisa jalan lagi," jelas Arga.

Gadis itu terdiam, menunduk memandang kosong selimut yang ia kenakan. "Meski Lea makan, Lea tetap gak akan bisa jalan," lirihnya.

Seketika Arga tersadar dengan apa yang telah ia ucapkan. Pria itu segera menenggelamkan tubuh kecil sang putri ke dalam pelukannya.

"Lea masih bisa jalan. Kaki Lea cuma butuh istirahat sebentar," jawab Arga.

Lea balas memeluk sang Ayah. "Tapi pasti lama, Lea pengen ketemu Abang. Lea mau liat kondisi Bang Leo. Kenapa Bang Leo belum bangun juga sampai sekarang?"

"Kata Dokter, Abang kecapean jadi tidurnya lama. Nanti kalau udah gak capek, Abang pasti bangun dan ke sini nemuin Lea." Arga mengecup kening putrinya berkali-kali, mengungkapkan rasa sayang sekaligus sedih melihat keadaan putrinya yang terus menerus merasa bersalah atas keadaan Leo sekarang.

"Kalau Mami? Kenapa Mami gak pernah ke sini nemuin Lea?"

Arga diam sebentar, mencoba memilih kata yang tepat agar tak menyakiti hati putrinya. Sejak mendengar penjelasan Lea secara detail mengenai kecelakaan itu, istrinya seperti menjaga jarak dengan sang putri.

Rena begitu menyayangi Leo, ia pun tak begitu suka Lea bergantung pada Kakaknya. Lagi-lagi istrinya berpikir bahwa Lea tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan diri.

Ia tak suka Lea yang hanya diam tanpa melakukan apapun, mendengar Leo sengaja melindungi Lea membuat hati Rena teriris, harus kah anak laki-lakinya itu mencelakakan dirinya sendiri.

"Mami lagi ngurusi Bang Leo. Papi bagiannya jagain Lea, kasian kalau Bang Leo gak ada temennya," jelas Arga.

Lea mengangguk paham.

"Halo, Lea."

Keduanya menoleh, pandangan Lea seketika berbinar melihat siapa yang datang menjenguknya.

"Uncle Aldo," pekik Lea merentangkan tangannya bermaksud minta dipeluk.

Aldo dengan senang hati memeluknya. Mengecup pipi gadis yang sama persis seperti pipi adiknya itu. Kakak dari Rena ini jika melihat Lea persis seperti melihat adiknya saat dulu. Menggemaskan.

"Aunty Sarah sama Dedek Queen, mana?" tanya Lea.

"Lagi di ruangan Leo. Sebentar lagi ke sini," jawab Aldo. "Lea gimana keadaannya?"

"Lea baik-baik aja, tapi Lea pengen ketemu Abang, Lea kangen sama Bang Leo," jelasnya dengan mata berkaca.

Aldo menatap Arga sekilas kemudian beralih menatap Lea yang masih berada di pelukannya itu. "Lea belum sembuh, Lea harus istirahat dulu."

Gadis semakin menenggelamkan wajahnya. Mengingat Leo membuat Lea kembali merasa terpukul, ia yang memang cengeng tak bisa lagi membendung air matanya.

"Tapi kapan Lea sembuh hiks? Lea gak mau di sini terus. Lea takut, Lea takut Abang gak bisa bangun lagi. Lea yang udah bikin Abang sakit, Lea pengen liat keadaan Abangnya Lea," ucapnya. "Lea juga takut dijauhin Mami karena udah buat Abang kaya gini," bisiknya sangat pelan.

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang