Chapter 3

67.3K 5.3K 66
                                    

"Gimana? Boleh gak?"

Lea menggeleng manyun. "Abang gak bolehin, katanya kalau gak punya tujuan mending di rumah aja."

Sheila terdiam sejenak, otaknya berfikir keras untuk menemukan alasan yang tepat. "Ohh, bilang aja kalau kita mau ke mal buat beli perlengkapan tugas kelompok," hebohnya.

Lea menyatukan kedua alisnya. "Emang, iya?"

Sheila mengangguk, matanya kemudian menoleh pada tiga orang cowok yang berjalan menuju bangku mereka.

"Halo, dedek," sapa salah satu cowok.

Lea tersenyum lebar, "Hai, Bang Ken."

"Hai, mantan," sapa Ken lagi. Kali ini untuk Sheila.

Sheila hanya menatapnya sinis. "Sok asik banget, deh!"

Leo mengulurkan tangannya memberikan sekotak bekal untuk adiknya. "Abang udah jauh-jauh ngambilin buat Lea, jadi harus dimakan."

Lea mengangguk, kemudian berterima kasih pada saudaranya karena sudah mengambilkan bekalnya yang tertinggal di mobil tadi pagi.

"Abang, udah makan?" tanya Lea.

"Belum, baru mau ke kantin habis dari sini. Kalo gitu Abang pergi dulu, jangan lupa bekalnya dihabiskan," ucap Leo mengelus rambut adiknya kemudian berlalu pergi.

Ken mengedipkan matanya pada Lea sebelum ikut mengekor dengan Leo. Sedangkan teman Leo satu lagi masih menatap Lea yang kini berbincang dengan Sheila.

Devian Charlie Marques, cowok yang selalu menatap Lea, tak ada yang tau maksudnya. Devian cukup cuek dan tertutup hanya untuk sekedar menebak isi otaknya.

Tangan cowok itu menyentuh tangan Lea, membuat si pemilik menatap bingung padanya. "Kak Dev, kenapa?"

Devian hanya tersenyum. Senyum yang membuat beberapa siswi kagum dengan wajahnya. Ibu jarinya mengusap punggung tangan Lea.

Banyak yang membanding-bandingkan Leo dan Devian, mereka sama sekali tak bisa memilih antara kedua orang itu. Apalagi, mereka sama-sama terlihat perhatian pada Lea.

Cowok itu kemudian berdiri tanpa mau menjawab pertanyaan Lea. Gadis itu hanya mengangkat bahunya acuh lalu melanjutkan obrolannya bersama Sheila.

***
"Jangan terlalu dekat, gue gak suka!"

Devian tersenyum miring. Sedangkan Ken asik dengan makanannya, ia sudah biasa mendengar Leo berbicara dengan nada tak suka pada Devian yang hanya dibalas senyum miring oleh cowok itu.

"Kenapa, Lo takut?!" tantang Devian.

"Lea bukan mainan Lo! Jangan beri dia perhatian lebih dan malah buat dia nyaman!" peringat Leo.

"Emang itu yang gue harap!" balas Devian lagi.

Ken yang jengah dengan perdebatan dua orang itu pun menghela nafas berat. "Dev, cari cewek lain aja. Lea gak cocok buat lo!"

"Tapi gue lebih tertarik dengan Lea!"

"Bukan tertarik! Lo cuma penasaran! Penasaran karena Lea sama sekali gak pernah balas perhatian Lo, Lea sama sekali gak pernah tertarik dengan pesona Lo, Lo cuma penasaran!" jelas Leo.

Bukannya marah, Devian malah tertawa pelan. "Kalau gitu, harusnya Lo gak usah khawatir! Lea gak akan tertarik!"

Leo mengusap wajahnya kasar. "Gue cuma takut Lea luluh, dia orangnya mudah kasihan."

"Gue pasti bisa bikin dia nerima gue tanpa rasa kasihan," mantap Devian.

"Gue tetep gak setuju! Lea gak boleh kenapa-napa!"

"Emang gue kenapa? Gue punya kasus kejahatan apa sampai Lea gak boleh kenapa-napa sama gue!"

"Lo gak waras, Devian!"

***
Lea terkikik geli, mata bulatnya memandang guru plontos berkacamata itu dengan lucu.

"Sheila," bisiknya memanggil teman sebangkunya itu.

Sheila menoleh, melihat apa yang Lea tunjukkan padanya. Seketika tawa Sheila meledak, membuat seisi kelas yang sunyi menoleh ke padanya termasuk sang guru.

Lea buru-buru menyembunyikan ponsel yang ia perlihatkan pada Sheila tadi. Matanya menatap horor teman sebangkunya itu.

Pak Gunawan, guru botak itu berjalan ke arah Lea. Menurunkan kacamatanya menatap muridnya itu dengan tajam. "Apa yang kamu sembunyikan?!"

Lea menggeleng. "Gak ada, Pak."

"Berikan, atau saya laporkan ke wali kelasmu!"

Lea mendengus, tangannya memberikan ponsel itu pada Pak Gunawan. Ia menggigit bibirnya berharap sang guru tak melihat gambar yang ada di ponselnya.

"APA INI LEANDRA?! KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!!"

Lea segera berdiri, menatap tak enak pada Pak Gunawan. "Maaf ya Pak, Lea tadi cuma iseng aja. Soalnya Lea ngantuk."

"Keluar saya bilang!!"

Lea menghela nafas pasrah, berjalan keluar kelas dengan bibir mengerucut. Padahal ia tidak salah, dirinya hanya bosan dan mengantuk sampai ide jail terlintas di pikirannya.

Ia memotret Pak Wawan dari belakang, kemudian foto itu diberi hiasan seperti pita atau coretan coretan lucu.

Hanya itu tak lebih.

Kepalanya menoleh ke sekeliling. Kemana lagi ia harus pergi, Lea sudah bosan mengelilingi sekolah saat sedang diusir dari kelas seperti sekarang.

Lea memang sering membuat masalah, itulah yang sering membuat Rena mengomel sepanjang hari padanya. Akhirnya karena kesal, Lea menyembunyikan ice cream Mamanya. Ini salah satu alasan mengapa mereka jarang sekali akur.

Kini kakinya melangkah menuju taman belakang sekolah. Di sana ada kursi panjang tempat biasa ia tidur jika di larang memasuki kelas.

Sekarang Lea kembali mengantuk, tubuhnya ia baringkan di kursi dengan posisi menyamping. Untung ada pohon yang yang melindunginya dari sinar matahari. Udaranya juga sejuk, ini memang tempat terbaik untuk tidur.

Akhirnya ia terlelap.

Hingga bel pulang berdering.

***
Dahinya mengerut saat merasa seseorang mengganggu tidurnya. Perlahan ia membuka mata menyesuaikannya dengan cahaya.

"Ayo pulang," ajak Leo.

Lea bangkit, menatap sebentar kakaknya yang menjulang sambil menggendong tas pink milik Lea di bahu kemudian kembali menutup matanya.

"Kenapa lagi?" tanya Leo. Jika Lea sudah berada di taman ini, itu artinya gadis itu sudah melakukan kesalahan lagi.

Meski mata itu belum terbuka sepenuhnya, tapi bibir Lea tetap maju beberapa centimeter. "Lea diusir Pak Gunawan terus ponsel Lea di sita," rajuknya.

"Lea buat salah apa lagi?!"

Lea menggeleng. "Lea bosen, jadi Lea foto Pak Gunawan terus fotonya Lea kasih hiasan biar lucu."

Gadis itu mempertahankan kesadarannya mati-matian. Ia benar-benar mengantuk, Lea ingin melanjutkan tidurnya, tapi Leo malah mengintrogasi.

Melihat itu Leo menghela nafas pelan. Tas Lea ia pasang di punggung adiknya, kemudian cowok itu menggendong Lea yang sudah kembali larut dalam mimpi.

Mobilnya ia taruh tak terlalu jauh dari taman. Sekolah yang sudah sepi membuat Leo bisa parkir seenaknya.

Lea ia baringkan di samping kursi kemudi, tas adiknya ia lepas kemudian di lempar ke kursi belakang.

Leo mengecup kening itu dengan sayang lalu mengacak rambut adiknya.

"Siap-siap aja kena omel lagi!"

Lanjut gak?
Jangan lupa vote komennya 🌟
Biar bisa update cepat terus😉

Salam
Rega♥️

2142020

Bad Twins (Selesai)Where stories live. Discover now