Chapter 5

61.3K 5K 549
                                    

"Argaaaa," teriak Rena berlari memeluk suaminya. "Kok pulangnya cepet, bukannya besok, ya?"

Arga membalas pelukan Rena tak kalah erat, mengecup kening istrinya singkat. "Kerjaan udah selesai, jadi aku cepet pulang, kangen sama kamu," ucap Arga.

Alhasil Lea hanya bisa cemberut. Kasihan sekali nasibnya, sudah ditinggal sendiri, dijauhi kakaknya, dan sekarang malah di perlihatkan adegan mesra oleh orang tuanya.

"Lea kenapa?" tanya Arga pada Rena. "Kenapa kaya gembel gitu duduk di lantai?!" candanya.

Rena tertawa jahat. "Habis dimarahin Abangnya, jadi gitu deh."

"Kenapa Leo marah? Pasti Lea buat salah?!" tanya Arga lagi.

"Iya, hari ini dia udah ngelakuin banyak kesalahan," kompor Rena.

"Mami," ucapnya dengan tatapan memohon.

Rena tetaplah Rena, Ibunya yang selalu senang melihat ia menderita. Inilah yang namanya Ibu Kandung rasa Ibu Tiri.

Tiba-tiba tatapan Arga berubah menjadi tajam. "Lea ikut Papi," ucapnya kemudian berlalu pergi.

Lagi-lagi Rena tersenyum mengejek kemudian berlalu menyusul sang suami.

Lea hanya bisa pasrah, ia berdiri dengan malas, wajahnya sudah ditekuk berjalan dengan langkah lemas.

Lea duduk tepat dihadapan Ayahnya. Mata bulat itu semakin membulat saat di atas meja sudah tersusun beberapa surat panggilan dari sang wali kelas.

Bulu kuduknya seketika merinding saat Arga mulai membaca satu persatu isi surat tersebut. "Kenapa baru bilang ke aku?" tanya Arga pada Rena.

"Lea yang suruh, katanya potong aja uang jajannya tapi jangan kasih tau Papi, gitu!" jelas Rena semakin menyudutkan Lea.

"Terlambat 3 kali, memukul teman, nilai harian banyak yang kosong, dan mem-bully guru. Apa ini Leandra?!"

"Maaf," cicitnya.

"Kemana aja kamu sampai terlambat 3 kali begini?! Bukannya kamu selalu berangkat pagi!"

Lea menggeleng. "Sebelum ke kelas, Lea ke kantin dulu biar gak di suruh piket," jujurnya.

Arga menghela nafas lelah. "Terus, kenapa kamu bisa mukul teman kamu sendiri?"

"Bukan mukul, Pi. Lea gak sengaja. Dino, teman Lea yang duduk di belakang Lea ganggu terus, colek colek ketek Lea mulu. Lea jadi kesel, waktu mau balik badan, ehh mukanya Dino gak sengaja kena sikut Lea jadi hidungnya berdarah. Terus Ibu guru liat, jadi Lea dimarahin, deh. Padahal Dino udah jelasin semuanya tapi Ibu guru gak nanggepin, Ibu Guru emang sensi sama Lea kayaknya."

Arga mengangguk-angguk mendengar penjelasan putrinya. "Surat ketiga bilang nilai harian kamu banyak yang kosong. Papi tau kamu rajin masuk sekolah, terus kenapa nilai-nilai kamu gak ada. Ngapain aja kamu di kelas?!"

Gadis itu cemberut. "Lea gak suka pelajarannya, jadi Lea gak kerjain!"

"Papi gak mau tau! Besok nilai-nilai kamu yang kosong harus terisi, kalau perlu kejar guru yang bersangkutan dan minta tugas biar kamu dikasih nilai. Papi gak mau punya anak yang gak naik kelas nantinya."

Rena mengangguk setuju. "Bener, harusnya kamu contoh Leo, udah ganteng, rajin, berbakti sama orang tua, pinter lagi. Ditinggal kan kamu, nanti Leo udah lulus kamu masih sekolah, emang enak!"

Leo memang telah menjadi kakak kelas Lea, otak cerdas Arga menurun pada cowok itu hingga bisa mengikuti akselerasi.

"Terakhir, Papi mau dengar alasan Lea mem-bully guru! Ini sudah keterlaluan Leandra."

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang