Pengecut

3.1K 202 15
                                    

Hai semuaaa.. Gimana? Masih mau lanjut? Ya masiih lah.. Oke dehh.. Kita lanjuutt....

🍁
pejaman mataku sedikit demi sedikit terbuka. rasa kantuk itu masih menyeruak. hingga aku memaksakan diri untuk bangun.

"tok tok tok....".

"nana.. ning.. bangun nduk.. katanya kamu mau berangkat ke kampus lebih pagi? mas hanif sudah siap di depan itu loo". kata umi dari luar.

ku buka pintu kamarku. umi menggeleng geleng kan kepalanya. lalu membenahi rambut panjangku yang terurai acak-acak an.

"sudah jam enam ini... belum mandi juga?!". umi menata rambut ku dan mencepolnya.

aku duduk di kasur. umi meraih handuk yang tergantung. lalu mengalungkan nya di pundakku.

"cepat mandi! umi bawakan sarapan!". kata umi.

aku mengangguk.
entah lah. apa yang akan terjadi hari ini. aku malas sekali untuk ke kampus. aku melihat diriku. menatap mataku sendiri. aku terkejut saat mas hanif datang dan mengomel karena aku lama.

"udah jam tujuh lebih ini dek.. ayo buruan!!".

aku mengangguk. lalu mengambil tasku dan mulai berjalan dibelakang mas hanif. sampai di depan. ku raih tangan umi ku. ku kecup tangan nya. dimana abah? pasti abah sudah di madrasah.

"loh? ini sarapan nya?". kata umi saat aku salim.

aku tersenyum, padahal aku sedang tidak ingin senyum.

"nana sarapan di kampus aja mi..".

"mosok bendino wi sarapan di kampus to?.. ta bawain bekel ya..". mata umi berbinar-binar.

aku tidak tega melihatnya. lalu aku mengangguk.

"tunggu sebentar. umi siapin dulu". lalu umi pergi dari hadapan ku.

"masih lama ndoro? sopir nya udah telat ini..". mas hanif menyenggol siku ku.

aku memukul lengan nya.
aku tidak tau, mengapa hari ini aku sangat-sangat tidak ingin bicara dengan siapa pun. tak perlu menunggu lama umi membawakan kotak makan itu..aku salim lalu masuk ke mobil. karena sopir tampan ku sudah menunggu.

di dalam mobil aku hanya diam. duduk manis sambil memegang kotak makan di pangkuan ku.

"sarapan dulu gih..". kata mas hanif.

aku membuka kotak makan nya. ada nasi putih, tempe orek, dan ayam goreng. satu suapan demi satu suapan, hingga sampai di kampus, nasi masih separuh. aku menutup kotak makan nya. lalu menaruh nya di jok belakang.

"abisin dulu..". mas hanif menatapku dengan lembut.

aku menggeleng. lalu turun dari mobil. mas hanif ikut turun. dia berjalan di belakangku. aku berbalik, menatap nya. tanpa ku ucap satu patah kata pun, dia pasti akan mengerti.

"iyaa.. mas akan langsung ke lab. dan nggak usah anterin kamu. karena kamu lagi badmood". ucapnya.

aku tersenyum simpul. ku kecup tanganya. lalu pergi ke kelas. aku duduk dengan lemas dikursiku.

"na! lo harus ke mading sekarang! cepetan na!". iffah panik.

"ada apa?". aku mengerutkan dahiku.

iffah menggeleng. dan langsung menarik ku keluar. sampai di depan mading, mataku terjebak di kertas puisiku. pak ali memang menepati janjinya. puisiku di tempel di mading utama. tapi mataku tidak hanya terjebak di kertasku saja. mataku pun terpaku di kertas puisi di sebelah puisiku. tidak! ini bukan puisi! tapi ini lebih ke pengungkapan perasaan.

Pangeran Alfiyyah [SELESAI] Onde histórias criam vida. Descubra agora