Ruby

2.1K 138 15
                                    

"na..". suara faiz memecah lamunan ku.

aku yang sedari tadi menunduk menceritakan kisah waffa pada faiz, menoleh.

"kamu nangis?". tanya faiz. dan langsung mencari tisu di jok belakang. lalu menyerahkan nya padaku.
"kamu baik-baik saja?". tanya faiz sekali lagi.

aku hanya tersenyum.

"aku paham na.. kejadian semalam di kantor polisi membuatmu hancur untuk yang kedua kali nya". ucap faiz tanpa melihatku.

aku tak membalas faiz. dan masih setia dengan bisuku. dari saat aku dan faiz beranjak dari makam waffa, aku selalu diam, bukan berarti tak mengahargai faiz, faiz pun tau aku sedang jatuh.

"na.. maafkan khilma..". faiz menatap ku, sekilas.

"jangan pernah menyebut nama itu lagi, faiz!". aku menatap faiz, tajam.

"jangan jadi pendendam na..".

"pendendam? aku yang pendendam atau pacar kamu itu yang pembunuh?!".

seketika faiz menghentikan laju mobilnya.
"na..". faiz tajam menatap ku.

"apa?! benarkan? pacarmu itu seorang pembunuh!".

"dan korban nya? kekasihmu bukan?". faiz mendekatkan wajah nya padaku.

"faiz?".

"kenapa? kamu tidak suka aku bilang seperti itu?". faiz masih setia menatapku.

aku menunduk.

"na.. aku faiz! bukan waffa! aku tidak waffa yang cuek! yang misterius dan menyimpan banyak rahasia! aku faiz! apa pun itu, bagaimana pun keadaan nya, akan kubicarakan dengan gamblang nya!".

aku terus menunduk.

"termasuk khilma! aku mencintai nya na! meski sekarang aku tau, dia begitu menjijikkan! kamu tidak akan pernah mengerti na.. aku begitu mencintaimu, aku pun juga mencintai khilma..".

"khilma, khilma, khilma!! faiz, aku tidak mengerti dengan kondisi ini.. seakan-akan kamu memelukku tapi mencintainya! mendekapku tapi menyebut nama nya! apakah hidup diantara dua hati itu bahagia hah?! seperti tadi yang kamu katakan, kamu bukanlah waffa! begitu juga aku! aku tidak bisa tampil mewah layaknya khilma! karena aku bukanlah khilma!". aku menahan derai tangisku.

faiz mengalihkan pandangan nya. seperti sedang mencerna kata-kata ku.

"bahkan, kamu bersedia menikahiku, karena semata-mata untuk membahagiakan abah dan umi mu kan?".

faiz terhentak menatapku.
"jaga bicara kamu na!".

"benar kan? kamu tidak pernah mencintaiku! namun aku terlalu tolol akan manismu! dan aku mulai mencintai isyfaizin akhmad!". aku tertunduk.

"tau seperti itu, kenapa kamu tidak berusaha untuk membuatku mencintaimu?". faiz merubah posisi duduknya.

"bagaimana bisa aku masuk ke kerajaan indah nan megah sementara di depan kerajaan itu, terdapat gerbang besar yang terbuat dari besi dan tembaga? percuma aku mengetuknya, karena suara ketukan ku, tak akan pernah terdengar oleh Sang Raja Bijaksana! dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk menunggu sang raja keluar dari kerajaan nya, menemuiku di depan gerbang besi, menyapa ku, lalu mempersilakan ku untuk masuk dan menjadi permaisurinya!". aku menggenggam dan meremas tanganku. kesal akan arah pertengkaran ini.

faiz mengalihkan pandangan nya. masih diam membisu.

"ada apa? apa aku salah bicara? mengapa sang raja hanya diam? keluarkan semua prajuritmu! jangan hanya diam!".

Pangeran Alfiyyah [SELESAI] Where stories live. Discover now