Egois

2.7K 173 4
                                    

pagi ini dengan sangat terpaksa, aku berangkat ke kampus sendirian. karena mas hanif ada tugas praktek di luar kota. kemarin sore dia berangkat. pagi ini memang nasib sialku. aku kesiangan. hingga abah sudah berangkat mucal di madrasah. di pondok ada banyak mobil dan motor. tapi aku nggak bisa naik mobil. bahkan motor pun aku nggak bisa. jadi, dengan amat sangat terpaksa, aku harus jalan kaki sampai jalan raya dan naik taksi atau angkot. dasar nana.. ! kenapa nggak telfon iffah?! aku membuka handphone ku, kucari kontak bernama "Iffah". setelah ketemu, aku menelfon nya. telfon nya nggak aktif. aku menelfon nya lagi, tapi tetap saja hasilnya sama. dasar bodoh! hari ini Iffah kan berangkat umroh sekeluarga. ya pantes lah handphone nya mati. aku kembali berjalan. tiba-tiba ada mobil berjalan di sampingku. lalu berhenti. dia! dia membuka jendela nya.

"masuk!". katanya. dengan nada jutek.

aku tidak menghiraukan nya. aku tetap berjalan. lalu dia keluar dari mobil dan menarik tanganku. memaksaku masuk kemobilnya.

"kamu kenapa sih faiz?!! aku mau jalan kaki aja!!". bentak ku setelah aku duduk di jok depan.

"mau jalan kaki? yaudah.. silahkan.. tapi, asal kamu tau, jarak dari sini ke kampus masih 5 kilometer lagi. mungkin sampai kampus, kaki kamu udah sampai segini.." dia memegang separuh pahanya.

aku menatap nya kesal.

dia melajukan mobil nya.
"kamu egois na!". dia memulai pembicaraan.

"kemarin kamu bilang aku egois, sekarang kamu juga bilang aku egois! pada part mana aku egois?!!". tanya ku kesal.

"kenapa kamu nggak angkat telfon ku semalam? seandainya kamu angkat, perjodohan ini nggak akan terjadi". katanya. dia masih fokus pada jalan.

"aku nggak ngerti, maksud kamu?".

"semalam, adalah malam dimana aku harus membuat keputusan setuju tidak nya perjodohan ini! abah dan umiku sudah menyetujui abah dan umi mu juga sudah menyetujui. tinggal keputusan ku dan keputusan kamu! tapi kamu di telfon malah nggak diangkat, di chat nggak dibales. seandainya kamu angkat, setidak nya kita bisa musyawarah bareng". terang nya.

"aku nggak mau dijodohin sama kamu!". aku memalingkan wajah ku keluar jendela mobil.

"keputuasan kamu udah nggak ada guna nya lagi".

"pokok nya aku nggak mau nikah sama kamu!". aku kembali menatap nya.

"kamu pikir aku mau nikah sama kamu?!".

"tapi kenapa kamu malah mengiyakan perjodohan ini?!".

"karena aku nggak mau egois!".

"aku nggak mau faiz.. aku takuut.." suara ku melemah.

"ketakutan kamu nggak akan berarti saat ini". faiz menghentikan laju mobilnya
"na.. jujur.. aku mencintai wanita lain. aku sungguh mencintainya. namun aku bisa apa? tanggung jawab yang diberikan kedua orang tua ku dan kedua orang tua mu begitu besar. ambisi mereka untuk menjodohkan kita begitu besar. lebih besar dibanding cinta tak berguna ku itu". faiz terlihat bingung. aku pertama kalinya melihat faiz se resah ini. dia yang biasanya tenang. kalem. kini? entah lah.. mengapa aku jadi berfikir kalau aku memang egois.

"mencintai wanita? siapa?".

"nama nya Khilma ".

ini yang kutakut kan. saat aku sudah mulai membuka hati. tapi ia malah tak jadi masuk, dia berbelok.  seharusnya aku senang, dia mencintai wanita lain. dan perjodohan ini akan batal. tapi kenapa malah aku cemburu? kenapa aku merasa sakit saat faiz bilang, dia mencintai wanita bernama khilma?.

"katakan! aku harus apa iz?". aku berusaha untuk tenang. menutupi rasa cemburuku.

faiz menggeleng.

"kejar cinta kamu faiz!".ku berikan ia setitik semangat.

"tidak najma."
faiz menatap ku lekat.
"aku akan belajar mencintaimu".

"tapi aku takut iz..". aku menunduk kan pandanganku.

"apa yang kamu takutkan? belajarlah mencintaiku. pantaskan dirimu untuk ku". faiz kembali melajukan mobilnya.

kami saling diam. belajar mencintai nya? bagaimana jika aku sudah mencintainya, namun ia malah kembali pada cinta lama nya? lalu apa guna nya cinta ku ini?

ia menghentikan mobilnya. saat sudah sampai di parkiran kampus. aku membuka pintu mobil nya, namun dihalangi oleh faiz.

"biarkan aku belajar menjadi calon suami yang baik dan perhatian pada calon istri". katanya lalu keluar dari mobil. dan membukakan pintunya untuk ku.

"sekali lagi kamu bilang seperti itu, akan ku pukul kamu!". kataku ketus.

dia jalan mengekor di belakangku. lalu berjalan disampingku. sampai di depan kelas, dia masih saja mengikuti ku. ah! mungkin dia mau ngobrol dengan riki. tapi aku tidak melihat riki disini. aku duduk di kursiku. lalu mendongak melihat faiz yang masih setia di sampingku.

"mohon maaf pak. ini kelas sastra arab. kelas bahasa inggris di sebelah utara". kataku. sinis.

"iya. aku tau, aku hanya memastikan kalau calon istri ku sudah sampai di kelas". katanya. sambil berjongkok di depanku.

"Isyafaizin Akhmad!!". bentak ku.

dia mengerutkan dahinya.
"oke-oke.. pulang nanti kamu bareng aku! jangan pulang sendiri!!". dia menggertak meja ku.

"hari ini aku mau ke toko buku! jadi, aku bisa pulang sendiri".

"ssttt... kamu harus belajar patuh pada calon suami!". dia membalik kan tubuh nya. lalu pergi.

aku menarik napas panjang. lalu menggertak mejaku sendiri.

hampir 15 menit aku menunggu nya di parkiran. tapi si tengil itu tak muncul juga. sesaat kemudian aku melihat nya berjalan dengan riki. pantas lama! di tengah perjalanan, dia dan riki terpisah. dia berjalan ke mendekat ke arah ku.

"maaf lama.. ada urusan sama riki dulu tadi..". dia membuka pintu mobil

aku nggak mau tau, dia ada urusan sama riki atau ada bisnis sama riki atau apalah itu, tapi aku benar-benar kesal menunggu nya disini.
aku duduk di jok depan. dia mulai melajukan mobilnya. kita saling diam. sunyi hampa. semuanya tidak ada bedanya.

"soal perjodohan kita? kamu setuju kan?". faiz memulai pembicaraan.

"sudah ku bilang! aku nggak mau!". aku nyolot.

"beneran nggak mau??". faiz mengedipkan satu matanya. genit.

"apaan sih! jangan kurang ajar ya!". aku membentak nya.

dia sedikit tertawa. lalu memutar musik di mobilnya. lagu alm.uje jadi sasaran nya. aku diam menikmati lagunya. hatiku terenyuh saat sampai di bagian lirik:
ربنا هب لنا من ازواجنا و ذريتنا قرة اعين وجعلنا للمتقينا اماما.......
aku tak sengaja menyanyikan lagu itu, bersamaan dengan faiz. kami saling tatap. lalu mengalihkan pandangan dengan bersamaan.
faiz? kau tampan! halaahh.. dasar!

saat keringat bercucuran karena kepanasan.
kau usap dengan sebuah senyuman.
yang membuat degup jantungku berlarian.
tak mampu kulukiskan.
ututtututuuuu... ;)

Pangeran Alfiyyah [SELESAI] Where stories live. Discover now