Engkau Yang Menyakiti Atau Aku Yang Telah Salah Menaruh Hati

2.7K 182 9
                                    

malam ku tenggelamkan dalam kelam. seiring raga yang membayang. walaupun larut dalam hitam nya. kala rasa tak seharusnya merindu. pada sesuatu yang dianggap benalu. sayang nya terlanjur tumbuh di qalbu. terkadang.. aku pikir apakah perasaan ini semu? apakah aku hanya menjadi pelarian cinta? apakah aku hanya menjadi pengisi kekosongan saja? apakah aku hanya menjadi pelampiasan hasratnya? semoga tidak begitu. hatiku bertanya-tanya apakah dia mencintaiku seperti dia mencintai yang pertama? atau mungkin lebih dari yang pertama? ah! aku tak tau! aku tak tau kadarnya. sering aku berdiskusi dengan diriku sendiri. hanya untuk memastikan bahwa aku tidak sedang membabi buta dengan perasaan ini. diriku yang lain berbisik. bahwa tidak semua perempuan pertama itu adalah pemberhentian terakhir. ia bisa saja yang pertama tapi belum tentu yang terakhir. ia bisa saja jadi yang pertama tapi belum tentu yang tercinta. ia bisa jadi yang pertama tapi belum tentu yang terbahagia. ini hanya soal waktu mereka bertemu lebih dulu.
cukup nana! jangan terlalu banyak berfikir. apakah sudah ada cinta diantara kamu dan faiz atau belum. kamu harus yakin na! apa yang kamu rasakan ini adalah cinta.

aku bangkit dari duduk ku. lalu berjalan ke arah jendela kamar ku. ku buka jendela nya sedikit agak lebar. letak kamarku di lantai dua ini memang strategis. aku jadi merasa lebih dekat dengan langit.
dulu, aku biasa menikmati langit malam bersama DIA. iya! yang kini telah tiada. dia bagian dari santri-santri abah. teras aula! tempat bersejarah dimana ia sering di takzir oleh kang pengurus karena bertemu dengan ku saat malam mulai larut.
"itu bintang ku!". begitu ucap nya setiap kali ada bintang yang jaraknya dekat dengan bulan. terlebih ketika purnama. katanya, ketika bintang itu sangat dekat dengan bulan, itu artinya kamu sedang merindu. sesekali ku bertanya.
"apa yang kamu rindukan?".
dia tak menjawab. dan menoleh kepadaku. menatapku dengan lekat. sejenak kemudian dia palingkan diri dan menatap langit. aku tak pernah mengerti dengan caranya itu. sampai akhirnya dia pergi.

hmm dan kini, saat aku melihat bintangmu, aku mengerti dan paham dengan apa yang terjadi selama ini. kamu merindukan orang yang kamu tatap dengan lekat malam itu.

handphoneku yang tergeletak manis di meja belajarku berdering. aku segera mengambilnya. Iffah? ngapain dia telfon malam-malam seperti ini?

"assalamu'alaikum ifaaaahhhh...." aku sengaja terlihat girang. karena iffah selalu tau jika aku sedang tidak baik-baik saja. tak terkecuali lewat suaraku.

"duh! mbenginging kupingku na! wa'alaikumussalam..."

"aku rindu kamu maaakk! kapan to pulang umroh?".

"lusa baru balik.. o ya nduk! cepet buka IG ne faiz! penting iki nduk! ndang di bukak! tapi janji karo mamak, ra oleh nanges!". katanya. serius.

"opo to mak?".

"wes ndang di bukak.. aku ra tegel ngomong dewe..".

"okeee.."

"yo wis.. tak lanjut dulu.. assalamu'alaikum genduk kuuuuhhh..". iffah selain memanggilku dengan namaku ia juga selalu memanggil ku nduk. dan akhirnya ku panggil dia mamak saja.. he hee..

"iyaa.. wa'alaikumussalam".

setelah kututup telfon nya. aku segera membuka IG faiz. ku ketik @Isyafizin_Akhmad. lalu muncul postingan 7 menit yang lalu. mataku terjebak pada foto wanita cantik. mengenakan kerudung coklat cream. dengan begroun dinding hijau bertaburan daun. wajah glowing nya. bulu mata lentiknya. dan bibir merah meronanya. masya allah. sangat indah. jika aku lelaki, aku pun tertarik padanya. di postingan faiz tertulis,
"Engkau bulan yang tertidur di langit, doa ku ialah angin yang pelan-pelan mengecup matamu @Annisa_Khilma"

saat itu pula, hatiku hancur sebelum waktunya. pada saat rasa sakit datang, air mata perempuan bisa saja jatuh. menetes. hingga mengalir menelusuri pipi. rasa sakit itu menusuk hingga kedasar jiwa. bahkan dalam kesendirian di ujung malam, air mata itu pun dapat menetes tanpa tau penyebab nya. aku pun tidak tau mengapa hal ini bisa terjadi.
aku terhentak saat ketukan pintu itu mengusik renung ku. umi!
"ning.. abah mau bicara di bawah..". ucap umi.

Pangeran Alfiyyah [SELESAI] Where stories live. Discover now