Luluh Lantahnya Waffa Ar-Razi

2.3K 161 12
                                    

Hai hai..... Jan lupa kritik dan saran nya ya say.. Lagi butuh dorongan nih... Semangatin laahh.. Okee.. Selamat dilanjuuut....
🍂

sinar matahari mengalun merdu menusuk pelupuk mataku. kehangatan nya memeluk, merasuk pada jiwaku. aku tidak tau apakah hari ini akan baik-baik saja atau malah sebaliknya. bagaimana tidak? semalam aku baru saja debat dengan faiz soal postingan faiz itu. tapi kuharap, ini merupakan hari dimana aku bisa balas dendam pada khilma.. dia kenangan masa lalu, yang pantas untuk dilupakan.
aku mengambil handphone ku yang sedari tadi berdering terus di atas meja kecilku. tidak tau orang sedang mandi apa?! iffah? aku mengangkat telfon nya girang. kangen karo mamak ku..

"assalamu'alaikum nduk..". suara iffah terdengar di ujung telfon.

"mamaaaakkk.. wa'alaikumussalam..". aku bahagia sekali.

"huh! di telfon dari tadi nggak diangkat! masih tidur ya? oohh!! baru bangun lu ya?! jorok ih!". celetuk mamak kui lo, seng gae kangen.. he he..

"ngawur! mandi tadi mak..".

"walahh.. reti mau mandi ora tak telfon, tapi tak video call..". iffah tertawa habis-habis an..

aku ikut tertawa.
"mesum! ngampus nggak?".

"iya lahh.. aku bawain oleh-oleh buat kamu nduk, buat abah dan umi kamu juga.. sama?..... buat gus hanif kuh tercintaaahhh.. ahehehee...". iffah adalah fans setia mas ku. meski dia tau aku sering adegan romance bareng mas hanif. tapi dia bilang dia nggak cemburu. karena besok dia bisa leluasa beradegan seperti itu sama mas hanif.. PD kan tu mamak ku.. ahahaha..

"ihh! oleh-oleh yang buat gus hanif muh tercintah, buat aku aja!, itung-itung PDKT dulu sama adek nya..". tawa ku melangit.

"ih! apaan?! wis-wis! tak tunggu di di kelas nanti sama si riki! oke! assalamu'alaikum genduk kuh!..".

"hmm wa'alaikumussalam.."

aku melihat jam digital di handphoneku. 06.45! aku segera ke bawah. kudapati umi sedang bicara dengan abah dan mas hanif. serius sekali.

"umiiiiii....". aku berteriak di saat menuruni anak tangga. lalu berlari memeluk umiku dari belakang.
umi menatap ku, cemas. abah berdiri meninggalkan ruang makan. rasa bahagia ku karena kepulangan iffah dari umroh musnah seketika setelah keadaan hening menguasai hatiku.

"umi?..". tanyaku, heran pada umi. setelah itu aku duduk dan mendekatkan kursiku pada kursi umi.
umi tetap diam dan menatapku. lembut sekali. aku melihat mas hanif, tatapanku bertanya ada apa ini?. namun mas hanif malah mengalihkan lalu menyeruput kopi panas nya.

umi membuka handphone nya. dan memperlihatkan sebuah chat di Whatsapp.
"PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA HAUL KE-6 GUS WAFFA AR-RAZI"

"acaranya lusa ning... ". umi berkata pelan sekali. mungkin umi tidak ingin membangkitkan perasaan ku kembali pada gus waffa. karena kini telah ada gus faiz yang telah bersemayam dalam lubuk hati paling dalam.

"umi berangkat saja bareng abah sama mas hanif. nana nggak papa kok..". suaraku melemah. apa ku bilang?! jika menyangkut gus waffa, serasa jiwa ini tak lagi ingin ada. jantung serasa ingin berhenti berdetak. mata tak ingin lagi berkedip. bagaimana tidak? terlalu banyak kisah yang aku rangkai bersamanya. dan banyak lagi sekenario yang belum usai di lakon i. masih banyak naskah yang belum dihafal. namun, Gusti telah menyuruhnya kembali. hanya gus waffa yang berani mengandeng tangan ku dengan mencubit lengan baju seragamku, saat pergi maupun pulang sekolah. hanya gus waffa yang berani menerima takziran kang pengurus menyapu halaman belakang yang penuh dengan pohon mangga dini hari menjelang pagi. gus waffa yang mengerti arti tatapan mataku setelah  mas hanif. gus waffa yang selalu membuatku kenyang di jam tahajjud, karena dia selalu bawa nasi dan lauk saat pergi ke aula untuk sholat tahajjud, katanya sholat tahajjud bikin laper. entah lah.. sampai sekarang aku belum menemukan bukti yang konkret dengan masalah itu. terlalu panjang kisah cinta konyol nana dan waffa di pondok ini. dia pergi meninggal kan sejuta luka, sejuta tangis. namun aku harus selalu kuat. aku harus melanjutkan hidupku. aku harus mencari pangeran alfiyyah di luar sana. seperti Isyfaizin Akhmad. iya! dia yang seharusnya ku pertahan kan. dia yang harus selalu ada dalam doa maupun ingatan. kisah baru ku dengan gus faiz baru saja di rilis, tapi sudah ada banyak air mata yang jatuh, sudah banyak emosi yang terlontar. sudah banyak pikiran yang telah habis untuk memikirkan semua masalah yang ada di grand opening kisah nana dan faiz. dengan tema masalah yang sama, judul yang sama, tokoh yang sama, aku lelah mengatasi nya.

Pangeran Alfiyyah [SELESAI] Where stories live. Discover now