03 - How we started.

11.1K 737 74
                                    

Kata orang jangan percaya pada cinta pertama, kadang kesannya tak sampai hilang. Kalau begitu, jangan menyukai cinta; kalau rumit? Ya sudah. Jangan diteruskan, karena sejak jaman dulu arti-kata pengorbanan sudah kita kenal sejak jaman penjajahan. ─Mereka rela mati-matian, karena membela Negara kita tercinta. Tapi kalo aku yang bela kamu mati matian, apakah kamu cinta aku sama seperti penjajah yang meninggalkan rasa bangga setelah kepergiannya?

○•°









Enjoy the story!

Pagi itu manakala sang Matahari yang terbangun tak pernah padam memberikan sinar kecilnya yang lambat laun semakin menyeruak, sebuah apartment yang dibangun ratusan lantai masih tetap berdiri kokoh disana.

Gadis itu terbangun kemudian mengusak wajahnya tak teratur, tatanan wajahnya tak berbentuk lagi setelah bergulat semalam dengan tidur panjangnya ─lalu bergelinjang kemudian beranjak dari kasur mengedarkan pandangan menjelajah mencari sesuatu.

"astaga handphone gue!"

Ditengoknya kebawah kasur dan menemukan hpnya tergeletak dibawah kasur, seperti biasanya yang ia lakukan, teledor itu hal yang biasa bagi seorang gadis yang tinggal hanya seorang diri. Tak ada yang mengingatkan, tak ada pula yang membantu merapihkan.

"kebiasaan" Sahut laki-laki yang berperawakan tegas, tinggi dan berkulit pucat sambil memainkan handphonenya di sofa sebelah ranjang kecil milik gadis itu.

Gadis itu mendecih remeh kepada lelaki tersebut, seakan dialah orang yang tak pernah mengenalnya selama 8 tahun belakangan ini, "ya biarin sih, aku tuh kalo tidur nunggu ketiduran jadi sambil streaming." Tengok perempuan itu seraya menepis pandangannya dari laki laki tersebut. mengedarkan pandangannya sebentar sambil mengumpulkan separuh nyawanya yang tersisih dari alam mimpi.

"gabaik nan" balas laki-laki yang bernama Doyoung itu sambil memperhatikannya lalu kemudian gadis yang masih sama dengan orang yang meluluh lantahkan kamarnya sendiri mengerucutkan bibirnya sebal.

"kak, aku mana bisa tidur gitu aja. kakak juga tau" Kinan memberengut, sedikit menunjukan raut tak nyamannya karen Doyoung enggan membagi hal yang biasanya dia berikan, yaitu tubuhnya. Doyoung sudah hampir setiap hari akan berada disamping gadis itu untuk sekedar menemani dan berbagi peluk.

"kakak sering kelonin kam─"
Ujaran Doyoung terpaksa harus berhenti dan dilanjutkan oleh gadis itu

"... 2 bulan yang lalu ya kak"

Henyak sebentar suasana dari kamar itu. Jika sang lelaki tetap meneruskan pembicaraanya, akan jauh semakin melebar kemana mana, karena memang pada hakikatnya seorang lelaki lebih banyak diam dibanding perempuan yang bisa mengoceh ratusan kata dalam hitungan detik.

"kakak, mau sarapan apa?" Kinan mulai memberanikan diri bersuara lagi, tanpa tergubris oleh sang lelaki, mencoba membuka pembicaraan dari awal yang lain.

"keluar aja yuk?" ajak lelaki itu sambil terkesiap berdiri dan berjalan menuju wastafel hendak membasuh muka bantalnya walaupun memang tak memudarkan secercah wajah tampan nan elok miliknya.

"hhh... mager" ujar Kinan sambil menyemprotkan air ke pot bunga hidup yang ada di jendela kamarnya, ia sangat suka benda benda indah yang bersifat hidup seperti bunga.

"yaelah.. kamu tuh mageran dasar! Sinar matahari tuh baik tau"

Tanpa balas kata, gadis itu hanya menatap malas pada Doyoung yang merajuknya setengah mati untuk berusaha keluar rumah.

Setelah selesai membasuh wajah dan berganti pakaian, mereka keluar dari apartement, seperti biasa.. saat weekend Doyoung memang sering mengajak gadis itu untuk berjalan-jalan.

Second Soulmate | KDY [✔]Where stories live. Discover now