23 - rindu.

2.6K 321 25
                                    

Jangan saling menyalahkan, disana kau adalah objeknya. Bagian-mu terluka? Tenang saja, rasa bahagia mu jadi penghibur bahkan hanya untuk sementara. Tak ada orang yang memiliki kebahagiaan mutlak di hidupnya, "We are the same!" Hanya nasib dan jalan ceritanya saja yang membedakan.

○•°

"Where are u going Mark? Kenapa gue jarang liat? Gak kangen emang sama the only one of your sissy!?"

"Haha gue kuliah lah kak, gimana kabar Doyoung?" Lelaki itu menyimpan kacamata bulatnya pada sebuah nakas kecil yang berada pada ruang tamunya

"Sounds good, gue berhasil bikin adeknya cemburu" gadis itu penuh senyum kemenangan memamerkan bentuk kebahagiaanya dalam rasa lega yang dapat terbaca melalui raut wajahnya saja.

"Kinan?" Kini sang adik menopang dagu menunggu obrolan selanjutnya akan mengarah kemana.

"Yes, surely we even talked about this"

"kenapa lo cemburu kak?" Mark mengernyitkan keningnya sambil sesekali memegang kerutan di keningnya, masih meragu pada alasan saudaranya itu jika wajar saja seorang adik bisa menyimpan rasa cemburu pada kekasih sang kakak.

"Definetely, dia bukan adik kandung Doyoung, dia perempuan, and yeah─ mereka deket banget mark. Feeling gue sih"

Lelaki itu sibuk memperhatikan, juga banyak mendengus pelan seakan terkesan menghirup oksigennya dua kali lebih banyak hingga desahan nafasnya terdengar. "Jangan raguin orang lo kak. Kalo Doyoung cinta sama lo ga akan dia lirik yang lain"

"youre, right mark. Tapi gua harus waspada" bola mata gadis itu berputar sedemikian rupa, menelaah isi otaknya mengenai rasa khawatir tentang sang pacar.

"Absolutely. You must" seru mark menandakan laki laki itu setuju dengan pernyataan kakaknya.

"Ga balik ke Bandung Mark?" Ujar gadis itu sambil menyesap secangkir teh hangat yang ada dihadapannya.

"Ga ada jadwal. Lagian mamih kan belum pulih" anak itu hanya mengangguk pelan mengingat orang tuanya masuk rumah sakit beberapa hari yang lalu.

●•°

"Gimana? Sudah lebih baik?"

"Of course. Aku udah membaik jun"

Laki laki itu membawakan beberapa buah tangan berupa buah buahan yang dirakit menjadi sebuah parsel cantik serta bunga lily putih yang di mix dengan rangkaian baby breath.

"Kenapa kasih bunga? Aku belum meninggal loh"

Lelaki itu hanya tertawa mendengar perkataan dari sang lawan bicara, "Memangnya harus orang yang sudah meninggal saja yang harus saya kasih bunga?" Lelaki itu kembali terkekeh kali ini tertawa dengan orang yang sedang dibicarakan.

"Jun, anakmu? Sudah tau keberadaanya?"

Lelaki itu mengangguk "ya. Saya sudah tau, tapi .." kini sorot matanya berubah, yang sedari tadi begitu santai kemudian menjadi sedikit gusar karena perempuan itu menyinggung keberadaan sang anak.

"Kamu belum memberitahukannya?"

"Belum tepat waktunya Jenn"

"Mau menunggu sampai kapan?"

"Anak itu sebatang kara, tak punya orang lain. Kamu gak kasihan?" Raut wajah wanita itu menjadi sendu, mengingat akan seorang anak kecil yang selalu ia bawa kemana mana, yang dititipkan padanya, bahkan kini ia tak tau dimana keberadaan anak itu.

Second Soulmate | KDY [✔]Where stories live. Discover now