38 - Meet him.

2.2K 262 36
                                    

Kadang kita hanyalah jiwa yang bisu
Tak mampu berkata kemudian menipu.

──────•○☆°•


Welcome to Mark Lee Story. Part ini akan sangat berkesinambungan dengan cerita selanjutnya.

Tinggal di Canada bukanlah hal yang sulit bagiku, keturunan asli negeri sana yang kemudian diadopsi oleh seorang lelaki paruh baya dari sebuah tempat penampungan anak.

Tak memiliki orang tua atau mungkin lebih tak tau bagaimana rasanya memiliki orang tua bagiku sudah biasa. Mereka biasa menyebutku dengan julukan 'si beku', manusia aneh yang tak pernah berinteraksi oleh siapapun.

Interaksi bukanlah keahlianku, entah aku tak tau apa itu arti dari Interaksi, berhubungan dengan orang banyak? Mereka saling bertemu? Mengobrol? Atau mungkin menggosip membahas hal hal yang bukan jadi urusan mereka, ck bukan urusanku.

Teman? Apa itu? Aku hanya mengenal orang itu, pria ini, wanita itu, dan si pesuruh. Tak banyak orang yang mau mengenalku, jangankan untuk saling berkenalan, desas desus di luar sana lebih mengerikan dari pada yang aku pikirkan tentang diriku sendiri. Wah sehebat itukah julukan 'si beku' itu? Mark Lee kau adalah seorang monster sungguhan.

Mencibir, menghina, mencaci maki, bagi mereka aku adalah tempat mereka melampiaskan semua ocehan ocehan sampah itu. Tak mengapa mereka membicarakanku dari belakang, memang rasanya telinga ini sudah penuh, namun bagiku kelayakanku disini lebih diuntungkan daripada semua cibiran sampah mereka padaku.

Aku tak pernah memberi nilai pada diriku sendiri bahkan untuk menghargainya saja sudah sulit. Namun tetap, entah keyakinan dari mana yang menggebu gebu ini menjadikanku seorang sarjana kedokteran dengan menyandang lulusan terbaik di kampusku. Orang orang bertanya bagaimana manusia sepertiku diberikan anugerah yang kelewat besar padahal aku sendiri tak mampu mengakui diriku sendiri dan orang lain. Aku akui itu.

Keluarga Dedrick datang padaku ketika aku beranjak kelas 6. Mereka membawaku jalan jalan keliling dunia, karna bisnis mereka sudah berjalan dimana mana jadi mengharuskan kami selalu pindah rumah dan tak pernah menetap. Kemudian London membawaku pada seorang anak laki-laki yang mengenakan jas dokter dan berkacamata bulat. Johnny Dynnata nama lengkapnya.

"Kau bersama siapa?"

"Oh, ini adik kecilku Mark"

"Dia lucu"

"Sama seperti aku, bukan?"

"Tidak kalian berbeda."

"Bagaimana kau tau?"

"Hanya, tau saja."

Johnny adalah satu satunya orang yang kukenal dan tentu saja ia mengingatku. Siapa sangka anak yang baru masuk kelas 2 pada Sekolah Menengah Pertama itu mau berteman dengan bocah SD sepertiku yang songong setengah mampus. Haha dia penyabar rupanya. Namun sabar saja tidak cukup untuk menjadi temanku.

"Hei John, kenapa mau berteman denganku?"

"Kau bocah langka Mark,"

"Aku bukan pajangan museum,"

"Bagaimana ya? Kau itu tidak pernah perduli dengan dirimu dan sekitarmu."

"Terus?"

"Kenapa kau kemarin menolong adikku? Bukankah kau tak perduli dengan sekitarmu?"

"Jadi itu alasan kau ingin bermain denganku bodoh?"

"Tentu saja bukan. Beberapa kali aku lihat kau membantu beberapa orang orang sakit di jalan. Entah itu kau beri uang jajanmu yang sangat sedikit atau kau sekedar menggendongnya dan membawanya ke klinik."

Second Soulmate | KDY [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt