25 - hope. 🔞

6.6K 340 60
                                    

Gadis itu terlihat lunglai terduduk di pinggir ranjangnya, kini Doyoung meraih sepasang sepatu yang ia kenakan, bekas air mata gadisnya sudah tak tersisa namun sembab matanya masih banyak menyisa disana, wajahnya sendu namun sekarang lebih tegar karena lelaki itu sudah pulang, sudah pada tempat yang seharusnya.

Doyoung sibuk kesana kemari menyiapkan untuk gadisnya ─obat, baju tidur, bahkan membawakan air hangat yang akan membasuhkan wajah kecil gadis itu tanpa membawanya masuk ke kamar mandi. Kinan tak menolak, dia hanya diam seribu bahasa tak pula memperhatikan sibuknya lelaki itu untuknya. Ia hanya mengerutkan keningnya sesekali sambil mencerna kata-kata yang diutarakan Doyoung di Cafe tadi.

Sekarang lelaki itu mengusap wajah gadisnya dengan sangat perlahan, atensinya berhenti pada nanar mata Doyoung yang mengusap bagian wajah tepat di bawah bagian matanya dekat tulang pipi anak itu. Sesekali tatapan mata itu bertemu kembali, rasa hangat tak dirasakan hanya pada wajahnya, namun juga tubuhnya. Perlakuan Doyoung benar-benar membuatnya menghangat.

"Jangan nyakitin diri kamu sendiri, sekalipun itu karena aku" diusapnya bagian dagu hingga leher anak itu sampai benar benar basah wajah bagian bawahnya sekarang.

"Kamu tau aku cuma bajingan yang bisa lukain perasaan kamu"

"Aku ini laki laki brengsek"

"Mungkin Jaehyun lebih baik─ tapi, kamu gak butuh dia. Kamu butuh aku"

Kamu selalu tau apa yang aku butuhin, kak.

"Aku pengen rasanya lepas kalian berdua" sekarang raut wajahnya berubah, Doyoung menadah dagu gadis itu dengan lembut.

"Tapi aku tau, aku gak bisa apa-apa tanpa satu jiwa disana" Matanya berair, turun setetes di bagian pelupuk mata kanannya. "Aku brengsek yang masih punya perasaan, nan"

Aku tak tega, sungguh.

"Kamu sakit kaya gini, aku luka─nan.."

"Aku gak akan pernah siap kapanpun, kehilangan kamu".

Mungkin karena aku sudah lepas masa tangisku, aku tak bisa mengeluarkan lebih banyak air mata lagi.

Aku bergerak, mengusap air matanya, mengecup lembut kedua matanya dan memeluk rasa tangis itu dalam dalam di dalam pelukku, rasanya begitu sakit jika hanya bisa memendam tanpa bisa menyampaikan. Kau tak hanya sakit di bagian fisikmu, luka dalammu lebih mengerikan dibanding yang terlihat dari luar.

Aku mengecup kepalanya beberapa kali, lelaki itu bisa rapuh, dan aku baru saja pertama kali melihat Doyoung serapuh itu. Laki laki itu sekarang tak berdaya. Aku memegang rahangnya menangkup seluruh permukaan wajahnya. "Aku cinta kakak, aku sayang kamu kak" sesekali kembali menghapus air matanya, tangisan itu tak bersuara.

"Tapi aku cemburu, aku cemburu liat kamu bermesraan sama perempuan lain, aku pengen mengenggam tangan kakak dan gak ada lagi yang menahan tangan kakak disana"

Ia menggenggam tanganku erat-erat "kamu hidupku, nan."

Kami saling menyalurkan rasa tenang satu sama lain, selama 2 minggu terakhir rasanya seperti berpuluh puluh minggu tanpanya. Tanpa memiliki gairah untuk hidup besok, tanpa memiliki kekuatan untuk menjalani pagi yang akan kutemukan di setiap waktu, aku hanya akan bernafas bukan karena aku ingin, sebegitu buruknya aku ketika tidak dengannya. Hampa, kosong, seperti robot. Tak ada yang menggerakan kekuatanmu disana, kau hanya akan diam di sepanjang waktumu jikalau majikanmu tak ada disana.

Aku mengecup genggaman tangannya sembari membetulkan tatanan wajahnya yang masih berbekas oleh rintik air mata yang tak banyak itu, di benakku sekarang terbentuk berbagai macam pertanyaan, yang kutakutkan adalah─ bagaimana jika perlakuan kami sama? Bagaimana jika Doyoung kembali bersandiwara? Ntah. Bahkan diriku sendiri tidak percaya adanya keyakinan yang kuteguhkan. Diri ini terlalu banyak dikelilingi fakta yang menyakitkan, kau tak bisa menolaknya, kau hanya bisa menerimanya lapang dada atau tidak.

Second Soulmate | KDY [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang