Last Kiss

770 14 0
                                    

"Andrew stop please" saya mulai ketakutan dengan tingkah laku dia yang luar kendali.

Andrew langsung membuka ikatan tangan dan memeluk saya dengan erat sambil berkata 

"Maaf Luna".

Badan Andrew terasa sangat panas, nafasnya cepat, dan dia berkeringat dingin.

"kamu kenapa?" Saya coba untuk menenangkan dia, tapi dia hanya terdiam selama 10 menit.

Bercak darah diatas ranjang menunjukan betapa liarnya dia

"Maafkan saya yang tidak bisa mengontrol monster yang ada didalam diri saya" Andrew berlutut memohon maaf dihadapan saya.

"Kamu gak bisa seperti ini terus, apa dengan menyiksa saya membuat kamu senang?" Saya bertanya

"Apa kamu berfikir saya menginginkan semua ini? saya mencoba untuk terlepas dari ini semua tapi selalu gagal" Andrew berbicara sambil memeluk tubuh saya.

"Saya yakin kamu bisa terlepas dari ini, saya akan berada disamping kamu sampai kamu bisa kembali normal, saya mau kamu tidak menyakiti siapapun" saya berbisik ditelinganya.

Andrew terbaring lelah diatas ranjang, dan tidak lama dia tertidur lelap.

Saya keluar kamar dan membiarkan dia tertidur. 

"Luna kamu gak kenapa napa kan?" Alessandra bertanya.

"Iya gapapa kok" saya mengambil air dan duduk di sofa sambil minum dan berfikir apa yang terjadi.

Apa Andrew punya masalah dengan mentalnya? Atau dia sedang dalam tekanan pekerjaan?

Sepertinya dia harus dibawa konsultasi, karena ini sangat tidak normal. 

"Alessandra kamu tau psikiater deket sini ga?"

"Ke rumah sakit aja, biasanya mereka kasih rekomendasi" Alessandra menjawab, iya juga lebih baik bawa dia ke rumah sakit dulu.

Setelah 2 jam berlau Andrew terbangun saya hanya terdiam memandanginya

"Kita coba untuk ke psikiater dulu ya" saya berkata sambil membelai rambutnya.

"iya" jawab dia lemas.

************************************************************

Seminggu setelah kejadian yang menyeramkan itu, Andrew menepati janjinya untuk mendatangi psikiater.

Kami pun pergi ke rumah sakit didekat apartemen saya, dan menjelaskan apa yang terjadi pada staff rumah sakit.

Dokter Ben adalah psikiater yang akan menangani Andrew, dan kami membuat jadwal untuk minggu depan.

Saya pulang ke apartemen sementara Andrew pulang ke base setelah kami berpisah rumah sakit

"Sebaiknya kamu fikirkan lagi untuk tetap bersama Andrew, kondisinya tidak stabil" Maria memberi masukan yang memang sedang saya fikirkan.

"Saya mau lepas dia setelah dia sudah dalam penanganan khusus, setidaknya dia tidak akan menyakiti wanita lain" Mungkin ini yang terbaik untuk kami.

"ulang tahun kamu bulan depan kan? Kita bakal bikin party disini" Maria mencoba mengalihkan pembicaraan

"Oh iya bulan depan ya, gak berasa" ternyata waktu memang cepat berlalu disini, bulan depan umur saya menjadi 25, kalau di Indonesia sudah pasti disuruh nikah.

Saat masih SMA saya bilang ke mamah, kalau saya ingin menikah di usia 27 setelah mapan. Saya hanya punya waktu 2 tahun lagi untuk memenuhi janji saya pada mamah.

Tapi pastinya tidak dengan Andrew.

**********************************************************************

Hari berganti, Saya dan Andrew datang menemui psikiater, setelah menunggu diruangan masuk lah seorang dokter yang berusia sekitar 37 tahunan dengan tinggi 180cm, berkulit putih, bermata sipit, sepertinya blasteran Asia dan Eropa.

"Perkenalkan saya Ben, saya yang akan menjadi psikiater Andrew, tapi mohon maaf konsultasi ini hanya untuk pasien dan dokter saja, jadi yang lain mohon menunggu di ruang tunggu" Dokter Ben dengan sopannya menjelaskan prosedur konsultasi.

Saya keluar dan menunggu diruang tunggu, kurang lebih satu jam Andrew di dalam dan akhirnya dia keluar.

"Saya ada jadwal setiap hari Selasa dan Sabtu dengan dokter Ben, kamu mau temenin saya setiap kali saya konsultasi?"  Andrew Bertanya.

"Ya saya akan usahakan". Semoga saja dia bisa mengatasi masalahnya, saya pulang ke apartemen dan Andrew kembali ke Base yang berjarak sekitar 1 jam berkendara.

Hari demi hari berlalu, saya terus mendampingi Andrew sampai tidak terasa sudah 4 minggu, Andrew menjadi lebih tenang dan kami menjadi sangat dekat bukan hanya dalam kehidupan sexual tapi juga secara emosional. 

Sepertinya Saya mulai jatun cinta?

*******************************************************************************

"Maria ayo kita ke Tesco, shampoo sama sabun mandi udah abis ni, dipake onani mulu sama si Hiram hahahaha" Saya tertawa geli.

"Mangkannya cariin pacar dong biar sabun gak cepet abis" Hiram berkata sambil memainkan PS4 nya.

Saya dan Maria pun keluar berjalan menuju Tesco untuk membeli keperluan sehari-hari.

Saya membawa keranjang belanja dan memilih sabun mandi ukuran besar agar tidak cepat habis dipakai anak-anak di apartemen, dan Maria datang dan memasukan setumpuk kondom kedalam kerajang.

"Banyak banget, mau di jual?" saya bertanya dengan muka kaget, "Buat dipake lah masa di jual, persediaan".

"Luna" Suara pria terdengar memanggil nama saya dari arah belakang.

"Dokter Ben, apa kabar?" ternyata Dr.Ben

Dr.Ben merlihat keranjang belanjaan saya yang penuh dengan setumpuk kondom

"Eh ini bukan punya saya ini punya Maria" saya mencoba menyembunyikan keranjang belanjaan

"Kabar baik Luna, kebetulan bertemu disini ada yang mau saya sampaikan perihal Andrew" Dr. Ben memasang muka serius.

"Ada apa dok?" saya penasaran.

"Andrew meminta untuk dipindahkan ke rumah sakit lain untuk konsultasi, tepatnya ke rumah sakit Essex" Dr. Ben menjelaskan.

Kenapa dipindah? bukannya selama ini progress nya sangat baik, Essex kan jauh sekali sekitar 3 jam dari London.

"Alasannya kenapa ya dok?" Saya lanjut bertanya.

"Karena Andrew ingin tidak bertemu lagi dengan kamu Luna".

Saya terdiam dan kaget mendengar apa yang dikatakan Dr.Ben,


VanillaWhere stories live. Discover now