Tersakiti

580 12 0
                                    

"Dokter bercanda kan?" Saya bertanya dengan nada lucu

"Andrew yang meminta saya untuk memberitahukan ini pada kamu, pada pertemuan terakhir kami minggu lalu" Dr. Ben bicara dengan serius

"Makasih dokter informasinya, kami pulang dulu ya" Maria tiba-tiba berbicara pada Dr.Ben dan menarik tangan saya menuju kasir dan pulang ke apartemen.

"Duduk disini, mana handphone kamu" Maria membawa saya masuk ke kamarnya dan berusaha mencari handphone saya.

Ini sih bercanda kayaknya, minggu lalu kan saya yang antar Andrew ke Dr. Ben untuk konsultasi dan kami juga masih berhubungan seperti biasa, mana mungkin dia tiba-tiba tidak ingin bertemu dengan saya lagi. 

Kenapa?!!

"Kita telepon Andrew ya" Maria menghubungi Andrew menggunakan handphone saya, dan tiba-tiba.

"Nomor yang anda hubungi salah mohon periksa kembali nomor tujuan anda" 

Dada saya terasa sakit apa dia meninggalkans aya begitu saja?

"Coba Saya whatsapp deh, masa salah nomornya" Maria mengetik whatsapp untuk Andrew

Tidak ada foto profil dan tidak terkirim chatnya.

"Saya mau ambil minum dulu" Saya berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air dan mencoba menenangkan diri.

Pintu apartemen terbuka saya lihat Inggrid dan Hiram yang datang membawa bir.

"Baby, liat kita beli 2 box bir buat party ulang tahun kamu weekend ini" Inggrid terlihat sangat happy , tetapi wajah dia  berubah menjadi heran melihat muka saya yang pucat pasi.

"Kamu sakit ? kok pucet?" Inggrid menghampiri saya dan mencoba untuk mengecek suhu badan saya dengan tangannya.

Saya tidak bisa bicara apa-apa, tangan saya menjadi dingin dan gemetar.

"Nomor kamu di block semua sama si bajingan itu" Maria keluar dari kamar dan menghampiri kami.

"Siapa?" Inggrid bertanya penasaran.

"Si Andrew dia bilang sama psikiaternya kalau dia ga mau ketemu sama Luna lagi dan minta dipindah konsultasinya kerumah sakit lain, dia juga block nomor Luna dan ga bisa dihubungin" Maria menjelaskan dengan kesal.

"Luna kamu ada masalah sama Andrew?" Inggrid bertanya.

Saya hanya menggelengkan kepala. Bingung ! itu yang saya rasakan.

"Dia janji kan untuk datang ke pesta ulang tahun kamu weekend ini, kenapa tiba-tiba dia gak mau ketemu kamu lagi? itu cowo waras ga sih?" Inggrid berbicara dengan menaikan volume suaranya.

"Ada apa ini?" Bryan dan Alessandra baru pulang dari kampus dan bertanya apa yang sedang terjadi karena melihat kami berkumpul di dapur

Maria menjelaskan kepada mereka apa yang terjadi, Inggrid mencoba untuk menenangkan saya.

"Coba telepon pake nomor saya" Hiram mencoba menghubungi Andrew.

"Di loudspeaker ya" Inggrid meminta Hiram untuk mengencangkan suara teleponnya.

Andrew pun mengangkat telepon.

"Halo" Suara Andrew terdengar.

"Andrew?" Hiram bertanya

"Iya ini siapa?" Andrew menjawab

"Saya Hiram temannya Luna, kenapa tiba-tiba kamu tidak mau bertemu dengan Luna dan block nomor dia?" Hiram langsung pada inti permasalahan.

"Ini bukan urusan kamu" Andrew menjawab singkat.

"Luna ada disini, dia mau penjelasan dari kamu" Hiram melanjutkan pembicaraan

"Good Bye" Andrew menutup teleponnya.

Tangis saya pun pecah seketika, menyadari bahwa saya lah yang menjadi korban disini. Bodohnya saya mempercai lelaki ini.

"Hijo de puta!!!! (Son of B*tch)" Inggrid berteriak kesal mendengar apa yang Andrew katakan.

"Cowo macam apa si Andrew ini, dia tinggalin Luna yang nganterin dia terus ke rumah sakit buat konsultasi. Dan 3 hari sebelum ulang taunnya, kurang ajar!" Alessandra kesal.

"Luna sudah jangan nangis, cowok begitu gak usah kamu tangisin, hapus air mata kamu" Hiram mengusap air mata saya.

Saya tidak bisa memahami apa yang terjadi saat ini, apa saya sudah dipermainkan?

Semua terjadi begitu aneh,  3 hari lagi ulang tahun saya, apa ini pertanda?

Apa firasat saya saat pertama kali bertemu dengan Andrew itu benar?

Bagaimana bisa saya tidak menyadari permainannya?


VanillaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ