Julian

263 8 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, hari demi hari berganti, sudah 4 bulan Robert tidak menghubungi.

Sering saya mencoba untuk mencari kontak dia tapi selalu tidak ada hasil, Robert seakan menghilang dengan angin, tidak ada jejaknya sama sekali.

Walaupun saya tahu dimana rumahnya tapi hati ini enggan untuk melangkah kesana, Chris yang selama ini sabar menghadapi saya yang terus terlihat murung, selalu menyemangati untuk move on.

Saya masih tidak paham apa yang sebenarnya terjadi antara kami, memang tidak seharusnya saya terlalu mudah untuk jatuh hati.

Saat ini saya dan Chris tinggal bersama, tidak ada perasaan saya terhadap dirinya. Mungkin karena saya belum sepenuhnya move on.

Rasanya saya sudah lelah dan muak dengan cinta? 

Chris pun tidak mempermasalahkan mengenai perasaan saya kepadanya.

Suatu hari Chris mengajak saya untuk terbang ke Oslo, Norwegia. Untuk berlibur musim panas tepatnya, tetapi karena jadwal kuliah yang sangat sibuk kami membatalkan liburan tersebut.

Sering Chris harus pergi ke beberapa negara Eropa lain untuk perihal pekerjaannya, dan dia selalu mengajak saya untuk ikut sekalian belibur, tetapi saya ingin menjaga jarak dan tidak ingin hubungan kami semakin dalam.

*************************************************************

"Saya akan pulang ke Swedia bulan depan untuk 3 minggu, kamu mau ikut?" Chris berbicara sambil menikmati makan malam.

"Saya lagi kejar materi kuliah, makasih tawarannya, salam ya untuk keluarga kamu disana"  padahal saya sedang santai-santai nya di kampus.

"Kamu gak mau liburan gitu kemana musim panas ini?" Chris bertanya lagi.

"Saya rencanya akan berkunjungke Barcelona, sudah kangen banget sama Maria" Saya tersenyum.

Chris hanya mengangguk dan kami melanjutkan makan malam, keesokan harinya saya membooking tiket pesawat ke Barcelona untuk berlibur selama satu minggu, ini akan jadi pengalaman pertama saya ke Barcelona.

Maria juga sudah membelikan saya tiket menonton Barcelona FC di Camp Nou dan konser Shakira, ini akan jadi liburan yang sangat menyenangkan.

Saya terduduk di sudut apartemen sambil memandangi Chris yang baru selesai mandi dan berbalut handuk, saya adalah orang yang tidak suka dengan tato, tetapi Chris memiliki tato di bagian lengan atas dan dada nya.

Tidak buruk juga karena Chris memiliki bentuk badan yang sangat bagus, tinggi, berotot dan kulitnya yang super putih membuat tatonya terlihat begitu kontras.

Rasa yang sama pada tubuh yang berbeda, mungkin saya terlalu naif, tapi saya selalu menikmatinya. 

Chris adalah seseorang yang mendominasi diatas ranjang, sudah 3 pria dominant dalam hidup saya selama di London ini.

Saya sudah mengakui jika saya ini berlabel submissive, mungkin sudah alamiah jika wanita memang kebanyakan lebih menurut kepada pria.

Tetapi rindu masih tetap terasa begitu nyata dalam hati, Robert dimana kamu sekarang?

******************************************************************

Pikiran saya sedang tidak karuan, setelah selesai ngampus saya pulang ke apartemen, Chris tidak ada.

Saya menerima chat whatsapp darinya

-Saya akan pulang larut, sedang ada meeting penting-

Saya memutuskan untuk pergi ke salah satu PUB di pusat kota London untuk membunuh waktu.

Waktu menunjukan pukul 10 malam, saya memesan segelas martini, dan duduk sendiri di salah satu sudut meja. Tidak lama seorang pria datang dan duduk disamping saya.

"Boleh saya duduk disini?" Sapa pria dengan tingi 180 cm, bermata hijau dan berambut pirang.

"Silahkan" saya menjawab singkat dan meneguk minuman.

"Sendiri saja malam ini?" Pria tersebut membuka pembicaraan.

Saya hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Nama saya Julian, nama kamu siapa?" 

"Luna" 

Kami mengobrol dan bercerita tentang kehidupan dan dari mana kami berasal, Julian adalah orang Perancis yang sudah tinggal di London selama 20 tahun, dia berkata jika dia harus keluar dari kota yang dingin ini, hingga akhirnya berakhir di apartemen Julian.

Julian tinggal di salah satu jajaran apartemen termahal di pusat kota London, dengan piano di depan ruang tamu dan cahaya lampu berwana burgundy menyambut kedatangan saya.

Saya lihat deretan piala penghargaan di salah satu sudut ruangan, Julian membuka satu botol wine yang dia bilang langsung dibawanya dari Paris.

Kami duduk di sofa dan menonton IP Man, yang ternyata adalah film favorite kami berdua, baru 20 menit film di putar kepala saya sudah pusing, sepertinya saya mabuk.

Julian mulai mendekat dan kami berciuman, hingga akhirnya kami melakukannya di sofa dengan IP Man di layar kaca. Bukan kombinasi yang romantis, tapi karena setengah sadar saya tidak ingat bagaimana rasanya.

Satu jam berlalu, saya melihat darah pada baju kemeja putih Julian, ini bukan jadwal menstruasi saya, tapi kenapa ada darah cukup banyak.

Apa terlalu ekstrem sampai berdarah?

Kami langsung mandi dan saya melihat ada bekas jahitan tepat di dada kiri Julian.

"Ini bekas jahitan?" saya bertanya sambil menyentuh dada kirinya.

"Iya saya oprasi jantung saat kecil, ada masalah pada jantung saya saat itu" Julian menjelaskan.

"Apa sekarang masih sakit?" saya kembali bertanya.

"Tidak, sudah sembuh total". Setelah mandi julian langsung duduk di depan piano dan memperlihatkan keahliannya.

"Saya bisa melihat rasa sakit yang kamu pendam dari sorot mata mu" Julian berhenti memainkan piano dan mendekati saya yang berdiri dekat jendela.

"Saya baik-baik saja" saya tersenyum sambil meminum wine

"Seorang wanita cantik minum di PUB sendirian, apa lagi alasannya jika bukan dia sedang bersedih?"

Julian membelai rambut saya dan memegang pinggang saya untuk mendekatinya.

"Kamu sangatlah amazing, banyak pria akan berlutut untuk memohon dirimu, jangan biarkan seseorang membuat dirimu bersedih, dia tidak pantas untuk kamu tunggu"

Perkataan Julian membuat saya berfikir

"Kamu masih muda, bukan saatnya untuk terjebak dengan masalah seperti ini. Ini memang tidak mudah, tapi waktu akan menyembuhkannya"

Julian mencium bibir saya 

"Terima kasih untuk nasihatnya" saya menatap matanya

"Kamu bisa datang kapan saja kesini, pintu akan selalu terbuka untuk mu"

Tapi maaf sepertinya saya tidak akan datang lagi ke tempat ini, saya tidak mau menambah pria dalam kehidupan saya.

VanillaWhere stories live. Discover now