Arti Hidup

268 8 0
                                    

Saya dan mamah berkendara ke daerah Ubud dimana Ari dan keluarga tinggal, sesampainya disana saya melihat Ari yang sedang menyapu halaman depan rumahnya.

"Rajin banget Ari, ibu kamu pasti bangga punya anak pinter, rajin bantu orang tua" mamah mulai memuji Ari seperti biasanya.

Ari hanya tersenyum dan mengantar kami masuk, suasana rumah Ari yang begitu hijau dan tenang sangat berbanding jauh dengan kehidupan saya di London.

Penuh dengan kesibukan, stress dan persoalan disana sini, saya duduk di salah satu kursi kayu di halaman belakang rumah Ari, dan Ari datang sambil membawa teh melati kesukaan kami semenjak kecil.

"Gimana kamu di London? Seneng kuliah disana?" Ari membuka pembicaraan.

"Saya merasa tersiksa disana, tidak tenang rasanya" saya menjawab sambil meminum teh.

"Dulu kamu yang semangat belajar mati-matian untuk ke London, sekarang kok malah gak happy begitu? salah satu impian kamu sudah tercapai, syukuri pemberian Tuhan". Ucapan Ari memang benar.

"Dulu itu adalah obsesi, sekarang saya hanya ingin cepat menyelesaikan study disana dan pulang" hati saya berkata untuk cepat pulang ke tanah air.

"Apa kamu ada masalah disana? masalah cowo kah? Saya tau kamu tidak akan bermasalah dengan study, tapi kamu lemah dengan masalah emosi" Ari memang tau segalanya tentang saya, wajar kami berteman sangat lama.

"Apa aku selemah itu? rasanya sulit untuk saya menjalani sebuah hubungan, selalu berakhir dengan banyak alasan, saya ini memang tidak berbakat menjaga suatu hubungan" saya tersenyum dan mulai merasakan sakit di dada.

"Lebih baik untuk berakhir dari pada kamu pertahankan jika itu tidak baik, seseorang akan datang dan pergi pada waktunya, semua hanya sementara tidak ada yang abadi" Ari memang lebih bijak dalam menghadapi masalah dibanding saya padahal umur kita sama.

"Saya merasa hilang arah selama di London, secara tidak sadar saya mematikan nurani dan hanya mengandalkan otak setiap harinya. Nafsu, obsesi, dan naif adalah makanan sehari-hari disana, kadang saya merasa takut bahkan sangat takut" saya menjelaskan

"Pantas saja saya merasa ada yang berbeda saat kamu pulang kemarin, aura mu lebih gelap, muka kamu juga lebih muram, ternyata kamu mulai kehilangan arti hidup disana, kapan terakhir kamu bicara dengan diri sendiri? kapan ?" Ari bertanya

"Kalau mamah gak paksa saya untuk pulang sekarang, sepertinya saya akan benar-benar menjadi orang yang berbeda, saya sempat suka dengan seseorang yang memiliki kepribadian yang unik bahkan berbahaya, saya fikir saya bisa merubahnya tapi yang ada saya yang ditinggalkan. Setelah itu saya bertemu dengan seseorang yang terlihat begitu sempurna, tapi waktu menunjukan dia hanya seorang pemain cinta dan hilang tepat di depan mata saya begitu saja" saya bercerita sambil memandangi pepohonan hijau.

"Dasar kamu ini bodoh Luna, Orang barat itu tidak perlu kamu kasih hati, gaya hidup mereka hanya untuk have fun bukan untuk membangun keluarga, jadi jangan pernah berkhayal untuk menjadikan mereka suami atau ayah dari anak-anak kamu nanti, kurang ibadah kamu ini" Ari tiba-tiba mengomel.

"Lho kok jadi dimarahin, kan saya lagi curhat!" saya protes.

"Denger Luna, kita ini orang timur, dibesarkan dengan adat istiadat, agama dan hal - hal lainnya yang dimana semua itu tidak ada di negara barat sana, saat kita tumbuh dewasa kita diajarkan untuk mempersiapkan diri membangun keluarga seperti yang kita lihat pada orang tua kita, mereka membangun fondasi yang kuat saat awal, mulai dari persamaan prinsip hidup, kalau fondasi nya aja tidak kuat bagaimana rumahnya akan kuat diterpa hujan, angin, panas, gempa, tsunami, longsor dan lain lain?" Ari melanjutkan omelannya.

"Terus saya harus gimana?" saya mulai pasrah.

"Kamu harus menyamakan prinsip, bukan dengan orang lain tapi dengan diri kamu sendiri, antara akal dan hati harus satu jalur,  coba meditasi dan renungkan berdamai dengan diri sendiri itu hal dasar yang harus kamu lakukan, kalau tidak kamu akan kehilangan arti hidup, ingat Luna jangan paksakan ego itu hanya akan membuat kamu sakit". Kata- kata Ari membuat saya berfikir dalam, sangat dalam.


VanillaWhere stories live. Discover now