Chris

343 10 0
                                    

Saya langsung menelepon Maria setelah apa yang saya lihat di supermarket tadi.

"Halo Maria, temui saya di Costa Cafe sekarang!"

Saya menunggu di salah satu sudut Cafe dan tidak lama Maria datang dengan muka penasaran.

"kenapa? Ada apa?" Maria penasaran.

Saya membuka handphone dan memperlihatkan video yang saya ambil di supermarket tadi.

Muka Maria langsung memerah dan nafasnya menjadi lebih cepat.

"Saya mau pindah apartemen, ini lebih baik untuk kesehatan mental saya, kamu mau ikut pindah sama saya?" saya coba mengajak Maria untuk pindah dari apartemen untuk kebaikan dirinya.

"Oke kita pindah secepatnya" Maria setuju untuk pindah.

Kami duduk di Cafe sambil menikmati kopi dan mencari apartemen dekat kampus untuk 2 orang.

Dan akhirnya kami membuat janji untuk survey beberapa apartemen yang menurut kami bagus dan cocok di dompet pelajar.

Karena saya tidak mau kembali ke apartemen karena saya harus menghindari tempat dan orang yang akan membuat saya sesak nafas, saya memutuskan untuk tinggal di airbnb apartemen untuk beberapa hari sampai pindah ke apartemen baru.

Maria membantu saya untuk mengambilkan semua pakaian saya ke apartemen sementara.

Keesokan harinya kami pergi ke 3 apartemen yang sudah kami pilih, apartemen pertama ternyata terlihat lebih kecil dari foto yang kami lihat di website.

Apartemen kedua kamar mandi ya harus sharing dengan apartemen lain dan terlihat tidak bersih.

Kami mulai kesal dan kami datangi apartemen ke 3, berada di area kota London bagian barat dengan taman yang luas dan bangunan apartemen yang modern.

Kami langsung menyukai apartemen ini, walaupun harganya agak sedikit mahal dari 2 apartemen sebelumnya, tapi pilihan kami tetap jatuh pada apartemen ke 3 ini.

Dan di hari yang sama kita bisa langsung pindah, karena apartemennya kosong. Saat kami pindahan ada seorang pria menyapa.

"Hai, kalian penghuni apartemen baru ya?" pria itu menyapa.

"Iya kami baru pindah hari ini, saya Maria dan ini teman saya Luna" Maria menjawab pria tersebut.

"Saya Chris, tinggal di apartemen sebelah, senang bertemu dengan kalian" Pria tersebut masuk Apartemennya sambil tersenyum.

"Ganteng ya.... Kira-kira masih single gak?" Maria bertanya.

Memang Chris ini ganteng banget! tinggi 182cm, rambut blonde khas Scandinavian, bermata hijau, dan badan berotot, pastinya dia tidak single. Mana mungkin cowo seganteng itu single.

Saya tidak ambil pusing dan langsung masuk ke apartemen baru kami.

"Apa ada yang bertanya kenapa kita pindah apartemen?" saya bertanya pada Maria.

"Hiram yang tanya kenapa pindah, saya jawab pengen cari suasana baru aja" Maria menjawab santai.

Saya melihat ada raut kecewa pada muka Maria Dikhianati oleh teman dekatnya.

Saya yang baru kenal selama beberapa bulan saja merasa sakit hati, apa lagi Maria yang mengenal mereka selama bertahun tahun lamanya.

"Kamu sama Robert gimana Luna?" Maria mengalihkan pembicaraan.

"Baik, ternyata dia memang kaya raya" saya menjawab singkat.

"Tapi kamu gak se-happy saat bersama Andrew, padahal Robert jauh lebih baik, kenapa?" Maria penasaran.

"Mungkin karena kasus Inggrid jadi saya kelihatan gak happy, padahal Robert membuat saya happy banget kok, saya merasa tenang bersama dia" saya tersenyum

"Kamu itu gak bisa bohong Luna, Robert itu bukan tipe mu kan? walaupun dia kaya raya tapi kalau memang ga pas di hati itu terlihat jelas" Maria memang benar.

"Kamu sendiri gimana sama Harry? masih bertahan?" Saya bertanya sambil merapihkan pakaian.

"Ya udah pasti bubar dong, ngapain juga buang-buang waktu sama pedejo (stupid man) kayak dia" Maria tersenyum lebar.

"Tetangga kita lumayan juga loh buat selingan, dia tipe kamu banget tuh Luna, tinggi, blonde, berotot, mata nya juga cakep walaupun bukan warna biru" Maria mulai menggoda saya.

"Robert aja udah cukup kok" Saya menjawab.

"Luna, Robert itu jauh loh dia sekitar 1 jam dari sini, dan kalian ini bukan boyfriend dan girlfriend. Gak ada aturan yang bilang kalau kamu harus stay sama 1 cowo aja, kalau ada cowo ganteng tinggal di depan apartemen kita, jangan di sia-siakan. Inget Luna, Live your Life!" Maria berbicara dengan semangat.

Saya hanya tersenyum mendengarkan Maria, saya tidak mau ambil pusing dengan tetangga baru kami, saya coba untuk fokus belajar dan menyelesaikan study.

******************************************************************

Seminggu berlalu, kami mulai merasa nyaman di apartemen baru ini.

Kring...! Telepon saya berdering.

Ternyata Hiram yang menelepon saya.

"Halo Hiram" saya menjawab.

"Luna, kamu sama Maria pindah kemana?" Hiram bertanya.

"Gak jauh kok masih sekitaran kampus, ada apa?" saya balik bertanya.

"Inggrid masuk rumah sakit, kalau ada waktu sempetin tengokin dia ya" Hiram mengakhiri pembicaraan.

Maria menatap saya dan bertanya "Siapa?".

"Hiram bilang kalau Inggrid masuk rumah sakit kalau ada waktu dia minta kita untuk nengokin dia" saya menjawab santai.

"Nengokin perempuan yang khianatin kita? gak makasih!" Maria memasang muka sebal.

Walaupun Maria tidak mau untuk menengok Inggrid, saya tetap merasa kasihan jadi saya berjalan keluar apartemen menuju rumah sakit tempat Inggrid dirawat.

Saya melihat Hiram dari kejauhan melambaikan tangannya, tidak lupa saya juga membawa bouquet bunga kecil untuk Inggrid.

"Inggrid sakit apa?" saya bertanya pada Hiram.

"Um.....Inggrid memar di hampir semua bagian badannya, dia juga mengalami pendarahan di bagian alat vitalnya" Hiram memasang muka khawatir.

"Kecelakaan ?" Saya bertanya lagi.

"Um... bukan kecelakaan Luna, tapi ini gara-gara Andrew". Hiram menjawab pelan.

Seperti Deja Vu, Memar di sekujur badan dan pendarahan di alat vital, sama seperti yang saya alami saat itu.

Tapi mengapa saya merasa senang?

Saya tersenyum kecil dan berjalan masuk ke lorong rumah sakit.

VanillaWhere stories live. Discover now