Porsche 991.1 Carrera

547 12 0
                                    

"Luna, kita punya rencana untuk pergi ke Buckinghamshire buat rayain ulang tahun kamu disana weekend ini, biar ada suasana baru gitu, jangan di London aja, kamu juga biar ga mikirin cowo brengsek itu terus, kita pergi sore ini ya" Bryan berbicara pada saya di dapur.

Memang benar saya perlu jalan-jalan agar tidak terlarut dalam suasana sedih, saya juga belum pernah ke Buckinghamshire, lebih baik saya bersenang-senang weekend ini, toh ini juga ulang tahun saya buat apa saya sedih.

"Oke, kita berangkat sore ini" Saya tersenyum pada bryan.

Saya membawa 1 tas ransel berisi beberapa baju ganti, karena kami berencana untuk menginap selama 3 malam disana, kami berkumpul di ruang tengah sebelum berangkat.

"Kita harus naik kereta dari Statiun Marylebone, sekitar 45 menit kita sampai disana, setelah itu kita naik taxi untuk sampai ke villanya" Hiram menjelaskan rute yang akan kami lewati.

Kami pun berangkat  menuju statiun kereta, dan menunggu jadwal keberangkatan dan kami bingung harus naik kereta yang mana, karena tidak ada seorang pun dari kami yang pernah naik kereta keluar London.

"Tanya aja sana sama petugas tiketnya" Alessandra bicara pada Bryan.

Bryan mengantri di loket pembelian tiket untuk bertanya.

"Keretanya udah pergi 10 menit yang lalu kita telat, kereta selanjutnya 1 jam lagi" Bryan menjelaskan pada kami.

Dan kami pun harus menunggu selama 1 jam untuk kereta selanjutnya. Waktu menunjukan jam 6 sore, dan langit sudah gelap, karena musim dingin matahari terbenam lebih cepat dari biasanya.

Setelah menunggu 1 jam kereta kami pun datang, kami duduk di dalam kereta dan menikmati perjalanan selama 45 menit, sebenarnya karena gelap kami tidak bisa melihat pemandangan di luar jendela kereta.

Padahal Buckinghamshire adalah tempat tercantik di Inggris Raya. 45 Menit berlalu dengan cepat, kami sampai di statiun tujuan.

"Sepi banget statiunnya, kayak gak ada yang tinggal disini" Maria berkata sambil melihat keadaan sekitar statiun yang memang sangat sepi, hanya kami yang turun di statiun ini.

Kami pun menyewa taxi di dekat statiun untuk mencapai villa yang sudah kami sewa. kami berkendara selama 20 menit dan sampai di villa. Tempatnya memiliki halaman depan yang sangat luas, villanya sangat klasik seperti tahun 1700an , dan tempatnya berjauhan dari villa yang lain.

Kami bertemu dengan pengelola villa dan memberikan kami tour keliling villa, 6 kamar tidur dengan kamar mandi yang sangat besar dimasing-masing kamar, ruang keluarga dengan perapian klasik dan hamalam belakang dengan kolam renang.

Tapi kami tidak akan berenang di musim dingin. Kami langsung masuk ke kamar masing-masing, saya ingin mencoba mandi di bathtub sambil minum wine, sedikit memanjakan diri boleh dong.

Air di bathtub sudah siap, saya menyalakan lilin dan wine juga sudah disiapkan,  waktunya untuk relax. Saya berbaring dalam bathtub dan memejamkan mata menikmati wangi dari lilin aromaterapi, sejenak terasa sangat damai.

Dan banyangan Andrew saat mencekik dan menenggelamkan kepala saya di bathtub saat itu terlintas. Saya langsung membuka mata, dan melihat sekitar kamar mandi.

Kenapa hal itu tiba-tiba terlintas saat ini, saya meminum wine dan menarik nafas panjang.

Luna kamu tidak butuh Andrew, dia tidak nyata,  tidak pernah ada dalam hidup kamu.

Saya berbicara pada diri sendiri.

Malam makin larut saya pun berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata, bayangan Andrew menggenggam ikat pinggangnya terlintas di pikiran saya.

Saya langsung membuka mata, ya Tuhan hapuskan semua memori tentang dia dalam fikiran saya.

Saya tidak bisa tidur karena setiap kali saya memejamkan mata bayangannya selalu saja muncul.

saya pergi ke kamar Maria dan mengetuk pintu "Maria kamu sudah tidur?" saya bertanya dari balik pintu.

"Belum masuk aja" Maria menjawab.

Saya masuk dan duduk di kasurnya, "Boleh gak saya tidur sama kamu malam ini?" saya bertanya.

"Boleh, sini tidur disebelah saya" Maria menjawab sambil tersenyum.

Saya berbaring disebelahnya, dan tiba-tiba Maria bertanya "Udah berapa cowo yang kamu chat di Tinder?" 

"Gak satu pun" saya menjawab

"Luna, cara terbaik dan tercepat untuk melupakan cowo itu dengan berkencan dengan cowo lain, kamu harus temuin salah satu cowo di tinder untuk bisa cepet lupain Andrew"

Apa iya? tapi sepertinya akan membantu mengalihkan pikiran saya yang setiap saat memikirkan Andrew.

"Iya besok pagi deh saya chat" saya menjawab.

"Sekarang dong! jangan besok, ayo buka tindernya" Maria mengambil handphone saya dan membuka aplikasi pencarian jodoh tersebut.

"Nah ini ada yang superlike, Robert ganteng ni. Kenapa kamu gak bales chat nya, buset dah hampir 3 bulan kamu gak bales, liat dia chat kamu berkali kali" Maria menunjukan chat robert yang ternyata memang dia terus chat saya berkali-kali.

Maklum selama dengan Andrew saya tidak membuka aplikasi tinder.

2 KM Away, ternyata dia ada di sekitaran sini apa dia lagi liburan juga ya? kok bisa kebetulan?

"Sini saya chat dia balik deh, dia juga gak terlalu jauh dari sini ternyata" Saya mengetik dengan cepat.

~Hi Robert, maaf saya baru membuka aplikasi ini lagi, apa kamu mau bertemu ?~

Tingg....! Robert langsung menjawab

~Hi Luna, tidak perlu minta maaf, saya bisa bertemu kamu besok pagi~

Buset dah ini cowo gercep amat. Saya membalas nya lagi

~Besok jam 9 Pagi saya sedang menginap di Villa Primerose~

Ting.....! Robert menjawab lagi

~ok Luna sampai bertemu besok pagi~

"Cepet banget dia balesnya, siap-siap besok bakal ketemu Robert dandan yang cantik" Maria berbicara seakan dia sangat ingin saya menemui cowo tersebut.

*************************************************************

Pagi pun datang alarm berbunyi, saat saya melihat jam sudah jam 9 Pagi.

Oh no! pagi ini kan ada janji, haduh telat bangun , kacau ini kacau

Masa date pertama telat!

Saya langsung keluar kamar dan sadar kalau Maria tidak ada di kamarnya, saya berlari ke ruang tengah dan Maria sedang berdiri melihat ke arah jendela luar.

"Kamu liatin apa?" Saya bertanya sambil menghampiri dia.

"Pilihan yang bagus Luna, sangat bagus" Maria bicara sambil tesenyum.

Saya melihat kearah jendela dan ada mobil Porsche 991.1 Carerra terparkir di halaman depan dan seorang pria keluar dari mobil menggunakan kaca mata hitam.

Oh No, itu Robert!


VanillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang