Aurora Borealis

298 8 0
                                    

Malamnya saya diajak bergabung untuk makan malam dengan keluarga Chris, Ibu Chris sangatlah ramah dan bahagia menyambut kedatangan saya dirumahnya.

"Chris kenapa kamu tidak bawa Luna untuk datang kesini lebih cepat?" Ibu Chris bertanya di tengah makan malam.

"Luna sibuk kuliah bu, jadi baru ada waktu luang sekarang" Chris menjawab, sebenarnya saya yang selalu menolak untuk pergi bersamanya.

"Jangan sungkan disini ya Luna, anggap saja rumah sendiri" Ibu Chris berbicara sambil memegang tangan saya di meja makan.

Saya hanya bisa tersenyum mendengarnya, betapa hangat keluarga ini. Sesaat saya ingin menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi itu tidak mungkin.

Sinar mentari masih telihat jelas di waktu malam, di musim panas ini malam memang datang lebih lambat, saya terduduk di kamar Chris sambil memandang keluar jendela.

"Kenapa kamu lebih suka untuk menyelesaikan masalah sendiri?" Chris duduk di depan saya sambil menggengam secangkir teh.

"Karena ini adalah masalah saya sendiri, jadi harus saya selesaikannya sendiri, jika itu berkaitan dengan orang lain maka saya akan selesaikan bersama dengan orang tersebut." Saya menjawab dan mengambil cangkir yang di genggam Chris.

"Bisakah saya menjadi bagian dalam hidup kamu? sebentar saja, walaupun selama ini kita tinggal bersama tapi saya merasa kamu tidak pernah menganggap saya ada, fikiran dan hati kamu selalu pada dirinya yang sudah lama hilang". Perkataan Chris membuat hati saya terasa sesak.

Chris memang sangat mempesona, penampilan dan perhatiannya bisa membuat para perempuan berlutut memohon untuknya, tapi dia masih tetap bertahan dengan saya yang tidak pernah memberikan perhatian padanya.

Dia bagaikan aurora borealis di musim panas, tak terlihat walaupun mengagumkan. Sinar matahari menutupi warnanya, sinar yang terlalu kuat sampai saya tidak bisa merasakannya, dan sinar itu adalah Robert, masa lalu yang terus menyiksa.

Sudah setahun lebih saya masih mengharapkan Robert kembali, rindu yang semakin bertambah dan membuat sesak di dada. Ingin rasanya saya melepas perasaan ini, tapi tidak ada yang bisa menggantikannya.

Saya memutuskan untuk pulang ke London setelah beberapa hari menghabiskan waktu di Stockholm kota dengan suasana yang tenang dan damai, Chris ikut pulang bersama saya, kami tidak banyak berbicara selama perjalanan pulang. 

Saya harus mengambil langkah saat ini juga.

Sesampainya di apartemen saya langsung memeluk Chris dengan erat.

"Maafkan saya yang selama ini dingin dan tidak acuh dengan keberadaan kamu, terima kasih sudah bersabar menghadapi sifat saya yang keras kepala, saya akan memberikan apa yang kamu mau sekarang, sampai waktunya saya pulang ke tanah air" saya berbicara sambil meneteskan air mata.

"Terima kasih Luna" Chris menjawab singkat sambil memeluk saya dengan erat.

*********************************************************************

Lembaran baru saya buka, rasanya memang aneh tapi seiring berjalannya waktu saya akan mulai terbiasa.

Aurora yang dulu tak terlihat karena sinar mentari yang kuat, kini mulai muncul menampakan warnanya yang memukau di malam hari yang gelap.

Semua berjalan sesuai yang Chris inginkan, senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya menunjukan betapa bahagianya dia, kenapa tidak dari dulu saya menyadari keberadannya?

Memang sudah terlambat untuk menyesalinya, saya sampai pada titik dimana saya bisa mengatakan pada diri saya sendiri bahwa Robert hanya seseorang yang pernah singgah untuk sesaat. Dan sudah waktunya saya untuk menutup memory tentangnnya.

Mengubur dalam rasa rindu, dan berhenti mencari keberadaannya. Saya yakin Robert baik-baik saja diluar sana, dia bahagia dengan hidupnya, dan saya pun harus bahagia dengan hidup saya.

*********************************************************************

"Selamat pagi cantik" Chris menyapa saya yang baru terbangun

"Pagi juga ganteng" Dirinya berdiri tanpa busana setelah mandi

Chris memang selalu bangun lebih awal, karena tidak pergi tidur sekita jam 10 malam, berbeda dengan saya yang selalu begadang setiap malamnya.

"Ada yang nungguin kamu di ruang tengah tuh" Chris berbicara sambil memakai satu persatu pakaiannya

"Siapa?" saya bertanya

"Liat aja sana" Chris mencium kening saya

Saya berjalan menuju ruang tengah dan ternyata itu Maria & Andres!

"Mariaaaa.... Andres......!!!!" saya langsung memeluk mereka

"Kangen banget sama kamuuuu!" Maria berbicara dengan senyum yang lebar.

Saya melihat cincin di jari manisnya

"Eh! apa kalian sudah ??" saya bertanya dengan muka penasaran

"She said Yes!" Andres berkata

Ya Tuhan! saya langsung memeluk mereka, betapa bahagianya saya melihat dua orang ini mengikat janji setia.

"Selamat ya kalian berdua" Chris datang sambil membawakan beberapa botol bir

"Saya gak bisa minum bir lagi" Maria menolak

"Wah sejak kapan kamu menolak bir???" saya heran

Maria mengelus - ngelus perutnya dan tersenyum

OMG! Maria hamil!

"Selamat yaa... ya Tuhan kalian bakal punya baby, seneng deh...!" saya mulai berkaca-kaca 

Kami mengobrol seru mengenai kehamilan Maria, pernikahan mereka dan rencana mereka untuk tinggal di sudut kota Barcelona.

Dari semua teman yang saya miliki, Maria dan Andres adalah yang paling dekat dengan saya. Mereka ada disaat suka dan duka.

Ini mengajarkan saya seleksi alam akan memperlihatkan siapa teman yang sesungguhnya.

VanillaWhere stories live. Discover now