PROLOG

13.8K 604 68
                                    

"Jadi gimana perjalananmu dari New York, Andreas?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi gimana perjalananmu dari New York, Andreas?"

Andreas Neevan Adiwijaya. Seorang cowok yang memiliki tatapan mata intens, membuat siapa saja yang ditatapannya akan jatuh cinta dalam hitungan detik, ia juga memiliki tampang yang tampan, alis sedikit tebal, rahang tegas, dan rambut hitam lembat yang membuat makhluk ciptaan tuhan ini semakin indah.

"Baik," Jawab Andreas singkat tanpa menoleh kearah wanita paruh baya yang duduk disisinya. Pemuda itu malah asik memetik senar gitar.

"Lalu, bagamaina dengan persiapan sekolahmu disini? Besok hari pertama kamu disekolah, kan?" Wanita paruh baya tersebut masih mencari topik agar Andreas berbicara pada dirinya. Ia adalah Maya, nenek dari Andreas.

Andreas memangut-mangut sembari memain gitarnya itu, "Ya," Lagi-lagi pemuda itu menjawab singkat.

Maya menoleh ke cucunya itu yang tengah sibuk sendiri dengan gitar.

"Kamu tahu, tidak? Kalau sekolah barumu itu, termasuk sekolah terbagus di Indonesia, loh. Sekolahnya juga keren, Grandma udah survei sendiri. Grandma yakin, pasti Andreas betah deh sekolah disana!"

"Ya,"

"Iya apanya?" Tanya balik Maya.

"Yang tadi,"

"Yang tadi apa?"

"Grandma."

"Kenapa, Grandma?"

"Ngomong."

"Ngomong apa?"

"Sekolah."

Maya gemas sekali dengan cucunya yang satu ini, entah Andreas yang memiliki sikap yang terlalu dingin, atau anak itu yang pelit berbicara. Susah sekali mengajak mengobrol anak ini, pasti akan dijawab satu atay dua patah saja. Maya pun bingung dengan sikap Andreas, entah keturunan dari siapa sikapnya itu.

"Andreas bisa gak kalau ngomong jangan pelit kata-katanya? Grandma capek-capek ngomong panjang lebar, tapi Andreas cuman jawab sepatah atau dua patah aja." Keluh Maya.

Andreas menghentikan senar gitarnya. "Bisa."

"Coba, buktiin ke Grandma. Harus lebih dari dua kata," Maya menantan cucunya itu.

Andreas menolah kearah neneknya, pemuda itu terdiam sesaat. Sedangkan Maya menatao penuh harap menunggu cucunya itu berbicara.

"Andreas. Kekamar. Dulu."

Pemuda itu meninggalkan Maya begitu saja dengan membawa gitarnya.

"ANDREAS, GAK GITU JUGAA!"

"CUCUKU INI DINGIN ATAU PELIT BICARA SIH?"

"KENAPA SUSAH BANGET DIAJAK NGOMONGNYA?"

"YASMIN NGIDAM APA SIH PAS HAMIL ANDREAS? KENAPA JADI KAYAK ES KUTUB BERJALAN!"

DUA ES KUTUBWhere stories live. Discover now